Padang, SCIENTIA – Puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Muda Sumatera Barat (Sumbar) menggelar demonstrasi di halaman Gedung Mapolda setempat, pada Selasa, (3/12).
Aksi demontrasi gabungan dari berbagai organisasi kepemudaan dan organisasi kemahasiswaa ini, membawa tujuh tuntutan. Salah satunya terkait maraknya tambang ilegal di daerah Sumbar.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Rahmat Hanafi menyinggung banyaknya keterlibatan anggota Polri dalam tambang ilegal di Sumbar. Salah satunya di Kabupaten Solok Selatan yang terbongkar pascaperistiwa polisi tembak polisi baru-baru ini.
“Kami minta kasus tambang ilegal di Sumatera Barat diusut tuntas ke akar-akarnya. Tambang ilegal ini banyak dibekingi aparat, itu sudah rahasia umum,” katanya.
Hanafi meminta, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo harus segera turun tangan menyelesaikan persoalan atau kasus tambang ilegal di seluruh wilayah Sumbar.
Ia menilai, Kapolri harus bertindak tegas terhadap semua anggota Polri yang terlibat tanpa tebang-pilih. Jika tuntutan tidak diindahkan, pihaknya akan membawa massa lebih banyak.
“Kami pastikan, jika tuntutan kami tidak digubris 1×24 jam, kami pastikan akan membawa massa lebih banyak. Setuju kawan-kawan?” teriak Hanafi.
Pernyataan serupa juga disampaikan Koordinator Aksi, Salendra, yang meminta semua aparat kepolisian yang menjadi beking tambang ilegal di Sumbar segera ditindak secara tegas.
Menurutnya, kasus-kasus tambang ilegal ini bukan hanya terjadi di Solok Selatan, tapi tersebar di berbagai daerah Sumbar lainnya. “Tambang ilegal ini banyak di Sumbar, tapi hanya di Solok Selatan yang terungkap,” ujarnya.
Setelah orasi lebih satu jam dan membakar sejumlah ban bekas, akhirnya massa ditemui langsung, Direktur Intelijen dan Keamanan Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Mulyanto.
Dirintelkam Polda Sumbar ini menyayangkan massa aksi demontrasi ini karena membakar ban bekas. Kendati demikian, ia menilai massa ini masih bisa dikendalikan.
“Rekan-rekan saya nilai masih bisa kami kendalikan, tapi yang disayangkan sebenarnya bakar-membakar,” ujar Dwi yang langsung diteriaki mahasiswa.
Ia mengaku tidak bisa menjawab langsung tuntutan massa, dengan alasan bukan bidangnya. Kendati demikian, pihaknya bersedia menerima tuntutan yang disampaikan massa demontrasi.
“Sebenarnya seperti ini tidak perlu, perwakilan masuk ke dalam, kita bicarakan itu bisa sebenarnya,” kata Dirintelkam Polda Sumbar ini.
Meskipun sempat terjadi riak-riak kericuhan, lantaran dilarang membakar-bakar ban namun aksi demontrasi berakhir damai. Massa akhirnya dengan damai membubarkan diri sekitar pukul 18.15 WIB. (hyu)