Kamis, 16/10/25 | 23:07 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home EDUKASI

Destinasi di Yogyakarta 15 Tahun Kemudian

Senin, 14/10/24 | 06:52 WIB

Oleh: Ronidin
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Setelah 15 tahun, putra saya kembali ke Yogyakarta. Kenangannya di kota gudeg kembali terbuka ketika ia mengunjungi tempat-tempat yang dulu pernah singgah dalam hidupnya. Lima belas tahun yang lalu ia bersama saya, ibu, dan adiknya tinggal di Yogyakarta. Terakhir sebelum pulang ke Padang, ia telah menamatkan pendidikan prasekolah (TK) di Yogyakarta.

BACAJUGA

Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Destinasi Relaksasi di Kota yang Ingar-Bingar

Sabtu, 21/9/24 | 23:07 WIB
Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Destinasi Keagamaan yang Menentramkan

Minggu, 08/9/24 | 06:19 WIB

Pada usia balitanya di Yogyakarta, putra saya belajar mengenal lingkungan sebagaimana adanya. Sebelum pulang ke Padang selesai TK, ia sudah bisa berbicara dengan bahasa Jawa. Hal itu karena setiap hari ia berinteraksi dengan kawan-kawannya dan masyarakat lokal yang menggunakan bahasa Jawa. Sebelum pulang ke Padang, ia pun sudah menyimpan dalam memorinya destinasi-destinasi utama di Yogyakarta. Tidak heran, ketika 15 tahun kemudian ia kembali ke Yogyakarta, kenangan itu kembali berpendar dalam memorinya walaupun ia harus bekerja keras memutar ulang memorinya itu karena sudah terpendam cukup lama dan juga karena sudah banyak yang berubah di Yogyakarta.

Ketika ia ke Yogyakarta akhir Agustus 2024 yang lalu, saya ajak ia menyusuri kembali destinasi-destinasi yang dulu pernah ia kunjungi. Kenangan 15 tahun yang lalu kembali hadir di hadapan matanya. Ia masih ingat ketika saya ajak ke sekolah TK-nya di kawasan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. TK itu tidak berubah, masih seperti 15 tahun yang lalu, katanya. Sayang ia tidak dapat bertemu guru-guru TK-nya karena kami datang pada siang hari ketika sekolah sudah tutup. Ia antara ingat dan tidak ketika melewati Rumah Sakit Sakina Idaman yang lokasinya tidak begitu jauh dari sekolahnya bahwa dulu ia pernah akan melempar batu para perawat di sana karena menginfus adiknya yang terkena muntaber.

Ketika saya bawa ke tempat kos kami di kawasan Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, ia terkenang bahwa dulu pernah belajar ngaji di TPA Masjid As-Salam yang ada di sana, pernah bermain di gang-gang sempit yang ada di sana, pernah hampir hanyut di Kali Code yang ada di dekat kosan kami. Ia juga masih ingat dengan jembatan kuning atau Jembatan Sarjito di mana dulu ia sering bermain di bawah jembatan itu dan juga pernah melewati jembatan itu seorang diri ketika kabur dari Mirota Kampus saat berbelanja dengan ibunya (lihat Destinasi Scientia 04/03/2023).

Ketika kami ke Monjali (Monumen Jogja Kembali), ingatannya terbuka (lagi) tentang tempat itu. Monjali bagi putra saya berkesan karena dulu kami sering ke sini karena tidak jauh dari tempat tinggal kami. Ia dan adiknya suka ke sini untuk menikmati wahana-wahana bermain yang tersedia di depan gedung utama (museum). Saya juga mau menemani mereka sambil mencari suasana baru setelah mumet dengan urusan akademik.

Sambil menikmati suasana di Monjali, saya berbagi cerita kepada anak-anak tentang  perang kemerdekaan di Jogja yang sering dikenal dengan istilah 6 jam di Jogja atau serangan umum 1 Maret 1949. Saya ceritakan juga bahwa Monjali adalah museum perang itu. Di sini disimpan bukti-bukti perlawanan tentara Indonesia bersama rakyat menentang Belanda sepanjang tahun 1948-1949. Dari Monjali ini, 15 tahun yang lalu anak-anak kami enggan untuk pulang ke rumah karena merasa kerasan menikmati berbagai wahana yang ada, termasuk wahana air.

Setelah memarkir kendaraan di tempat parkir, sambil berjalan ke lokasi utama Monjali, saya mengatakan kepada putra saya bahwa dulu ia pernah berfoto di atas kendaraan lapis baja peninggalan Belanda yang dipajang di tempat itu. Foto kenangan itu sebelumnya sudah saya perlihatkan kepadanya sebagaimana juga saya perlihatkan kepada Dunsanak pembaca seperti di bawah ini.

Foto 1 Putra penulis di Monjali 15 tahun yang lalu

Saya bersama putra saya mencari kendaraan itu dan menemukannya masih seperti dulu. Hanya posisinya yang sedikit bergeser. Bila dulu ada di sebelah timur, kini bergeser ke arah barat. Kendaraannya masih itu juga. Setelah mengelilingi kendaraan itu, kembali putra saya berfoto di sana seperti 15 belas tahun yang lalu. Fotonya seperti di bawah ini.

Foto 2 Putra penulis di Monjali Akhir Agustus 2024

Sesudah dari Monjali yang berkesan itu, besoknya perjalanan kami lanjutkan ke destinasi lain yang dulu pernah dikunjunginya. Ia tidak hendak ke Malioboro karena dulu pernah punya pengalaman tidak menyenangkan di sana. Ia yang ketika itu masih TK merasa kesakitan ketika harus menahan pipis karena kebelet dan tidak menemukan toilet umum di sekitar itu. Lokasinya dekat Halte Malioboro 3 di depan gedung istana atau di seberang Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Kami hanya lewat di Malioboro yang sudah banyak berubah itu.

Kami terus ke Taman Pintar di timur Benteng Vredeburg. Di sana kami juga tidak lama, hanya mengenang saja bahwa 15 tahun yang lalu ia sering ke taman itu bukan untuk belajar ini itu, tetapi  untuk bermain sesuai usia kanak-kanaknya. Ketika itu kami sering ke Taman Pintar karena saya tiap sebentar harus ke Shopping Centre (kedai buku) di samping Taman Pintar itu untuk mencari buku yang diperlukan dalam studi. Terakhir ketika ke Shopping Centre, saya mengamati suasana menyedihkan di sana. Banyak kedai buku yang sudah tutup karena orang tidak lagi membeli buku. Irvan, seorang perantau Minang yang berjualan di sana mengaku omsetnya setiap hari tidak lagi mencukupi untuk hidup.

Dari Taman Pintar kami ke alun-alun. Di sana kami juga tidak lama karena tempat itu tidak lagi seperti dulu. Lapangan alun-alun yang luas yang dulu merupakan tempat bermain, kini tidak lagi bisa dinikmati. Tempat itu ditimbun pasir putih dan ditutup. Tidak bisa lagi bermain di sana. Di sepanjang alun-alun bermunculan tempat-tempat makan minum kekinian. Kunjungan kami ke alun-alun Yogyakarta untuk membuka kembali memori 15 tahun lalu putra saya  di sana berakhir di Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta. Lokasinya persis di sebelah barat alun-alun utara Yogyakarta. Kami salat Zuhur dan rehat siang di masjid yang masih mempertahankan arsitektur Kesultanan Yogyakarta tersebut.

Destinasi berikutnya yang kami lewati adalah Stasiun Lempuyengan. Lima belas tahun yang lalu, di bawah jembatan layang dekat stasiun itu kami sering bersantai menunggu senja dan kereta lewat sambil menikmati aneka kuliner yang dijajakan di sana. Anak-anak kalau ke sana akan minta naik odong-odong yang memang setiap hari mangkal di situ. Menikmati kereta yang datang dan pergi dari ujung stasiun itu menjadi kebahagian tersendiri bagi kami empat beranak sebelum magrib menjelang. Putra saya tidak begitu ingat dengan apa yang sering dia lakukan di stasiun itu, yaitu menggangu adiknya mewarnai gambar seusai naik odong-odong.

Dari Stasiun Lempuyangan, kami ke Stadion Mandala Krida. Stadion dekat kantor walikota Yogyakarta ini menyimpan kenangan bagi putra-putri kami. Kami sering ke sini untuk mencari lontong padang dan es durian yang dijual di dekat situ. Juga untuk menikmati pertandingan bola. Waktu itu stadion Mandala Krida masih belum sebagus sekarang. Sekarang sudah bagus selesai direnovasi.

Foto 3 Mandala Krida 15 tahun yang lalu

Tidak banyak yang diingat putra saya di Mandala Krida karena tampilan barunya yang benar-benar berbeda. Dari Mandala Krida kami ke stadion lain di Yogyakarta, yaitu stadion Waguwoharjo di Sleman. Kami punya kenangan di stadion ini ketika tahun 2010 Yogyakarya dilanda musibah Gunung Merapi meletus. Ketika kami ke stadion ini untuk melihat-lihat warga yang mengungsi, anak kami turut serta antre untuk mendapatkan mie gelas. Ketika mie didapat dengan lahap mereka menyantapnya. Ibunya pun turut serta. Ketika saya dan putra saya ke Maguwoharjo, stadion ini sedang direnovasi. Kami tidak bisa masuk. Hanya bisa memfoto dari jauh.

Begitulah, destinasi-destinasi yang 15 tahun lalu pernah ada di memori putra saya dibangkitkan lagi ketika ia mengunjungi Yogyakarta di akhir Agustus 2024 yang lalu. Ada banyak yang berubah dan ada yang tetap. Putra saya tidak lupa bahwa ia pernah tinggal di negeri yang menjadi impian banyak orang untuk mengunjunginya. Bersyukurlah bagi siapa yang pernah tinggal atau pernah singgah di kota yang berhati nyaman ini. Wallahualam bissawab. 

Tags: #Ronidin#Wisata Yogya
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cawako Erman Safar Jalin Silaturahmi di Aur Kuning, ini Harapan Warga

Berita Sesudah

PKB Padang Gelar Rakercab, Yusri Latif : Kita Optimistis Fadly Amran-Maigus Nasir Menangkan Pilkada Padang

Berita Terkait

Pariaman Gelar Festival Malingka Carano Jo Arai Pinang Tingkat Sumbar 2025

Pariaman Gelar Festival Malingka Carano Jo Arai Pinang Tingkat Sumbar 2025

Kamis, 16/10/25 | 08:26 WIB

Pariaman, Scientia.id - Suasana penuh semangat mewarnai Festival Malingka Carano Jo Arai Pinang tingkat SD/MI se-Sumatera Barat Tahun 2025 yang...

6,8 Juta Akun WA Penipu Diblokir, Terbanyak dari Asia Tenggara

6,8 Juta Akun WA Penipu Diblokir, Terbanyak dari Asia Tenggara

Rabu, 15/10/25 | 06:05 WIB

Jakarta, Scientia.id - Meta menonaktifkan 6,8 juta akun WhatsApp yang terlibat dalam aksi penipuan online selama paruh pertama tahun 2025....

Smart Surau Inovasi Memakmurkan Masjid dengan Digital

Smart Surau Inovasi Memakmurkan Masjid dengan Digital

Minggu, 12/10/25 | 20:16 WIB

Seorang guru ngaji di Masjid Raya Ampang, Kota Padang sedang menscan barcode sebagai bukti kehadiran siswa subuh mubarakah pada Minggu,...

Caleg di Angkot

Kenangan bersama Pak Yos: Dari Kolega Menjadi Sahabat

Minggu, 12/10/25 | 10:44 WIB

Oleh: ALFITRI (Dosen Departemen Sosiologi FISIP Universitas Andalas)   Waktu terus berjalan. Seperti matahari yang perlahan turun ke ufuk barat,...

61 Alumni MAN PK/MAN 2 Padang Panjang Tembus Kampus Ternama di Timur Tengah

61 Alumni MAN PK/MAN 2 Padang Panjang Tembus Kampus Ternama di Timur Tengah

Senin, 06/10/25 | 08:54 WIB

Padang Panjang, Scientia.id - Sebanyak 61 alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Program Khusus (PK) atau MAN 2 Padang Panjang menorehkan...

FLP Sumbar Gelar Bedah Buku “Gaza Tak Pernah Sunyi” dan Pelantikan FLP Padang

FLP Sumbar Gelar Bedah Buku “Gaza Tak Pernah Sunyi” dan Pelantikan FLP Padang

Minggu, 05/10/25 | 22:58 WIB

Foto: doc pribadi Padang, Scientia-Dalam rangka menjaga semangat literasi, khususnya budaya baca dan menulis di kalangan mahasiswa, pelajar dan penggiat...

Berita Sesudah
PKB Padang Gelar Rakercab, Yusri Latif : Kita Optimistis Fadly Amran-Maigus Nasir Menangkan Pilkada Padang

PKB Padang Gelar Rakercab, Yusri Latif : Kita Optimistis Fadly Amran-Maigus Nasir Menangkan Pilkada Padang

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024