Minggu, 24/8/25 | 18:15 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Slow Living: Mencari Ketenangan dalam Kehidupan yang Serba Cepat

Minggu, 21/7/24 | 09:55 WIB


Oleh: Anne Pratiwi
(Dosen Program Studi Sastra Inggris FIB Universitas Andalas)

Dalam dunia yang semakin cepat dan terhubung, teknologi dan tuntutan pekerjaan seringkali membuat kita merasa tertekan dan terburu-buru. Filosofi slow living, menawarkan sebuah alternatif yang menyegarkan. Slow living atau kehidupan yang lambat adalah sebuah pendekatan yang mendorong kita untuk memperlambat langkah dan menikmati setiap momen dengan lebih sadar.

Konsep slow living berasal dari gerakan slow food yang lahir di Italia pada akhir 1980-an sebagai reaksi terhadap munculnya restoran fast food. Seiring waktu, prinsip-prinsip dari slow food telah meluas ke berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari cara kita makan hingga bagaimana kita bekerja, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Slow living mendorong kita untuk mengurangi kecepatan dalam rutinitas harian kita, dengan tujuan untuk lebih menikmati momen-momen kecil, membuat keputusan yang lebih bijaksana, dan menciptakan hidup yang lebih bermakna.

Pentingnya slow living dapat dilihat dari berbagai manfaat yang ditawarkannya. Di tengah kehidupan yang penuh tekanan dan tuntutan, slow living dapat membantu kita mengurangi stres dan kecemasan yang sering kali mengganggu kesejahteraan kita. Dengan memberikan diri kita waktu untuk berhenti, merenung, dan menikmati saat ini, kita bisa menemukan ketenangan yang kita butuhkan untuk mengatasi stres.

BACAJUGA

Dari Tangan ke Pikiran: Revolusi Belajar Bahasa Inggris melalui Ponsel Pintar

Dari Tangan ke Pikiran: Revolusi Belajar Bahasa Inggris melalui Ponsel Pintar

Minggu, 07/7/24 | 12:30 WIB

Selain itu, slow living juga meningkatkan kualitas hidup kita dengan memungkinkan kita untuk lebih menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti waktu bersama keluarga, menikmati makanan sehat, atau hanya menikmati kebersamaan dengan teman-teman. Prinsip ini juga mendorong kita untuk lebih sadar dan mindful, dengan menghadapi setiap aktivitas dengan penuh perhatian, alih-alih hanya menjalani rutinitas harian tanpa berpikir.

Slow living tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan mental, tetapi juga untuk lingkungan kita. Dengan memilih untuk hidup lebih lambat, kita dapat membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, misalnya dengan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak perlu, memilih produk yang ramah lingkungan, dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat, kita berkontribusi pada pelestarian planet dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Slow living juga memberikan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang-orang terdekat. Dengan meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman tanpa gangguan teknologi, kita bisa memperkuat ikatan kita dan menciptakan momen-momen yang benar-benar berarti.

Slow living bukan secara khusus memberikan manfaat untuk orang-orang yang lelah dengan rutinitas sehari-hari yang monoton dan penuh tekanan. Prinsip dalam slow living juga dapat diterapkan oleh orang-orang dengan kebutuhan yang berbeda. Para profesional yang merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan dapat menemukan cara untuk mengurangi stres dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan mereka melalui slow living.

Keluarga dengan jadwal yang sibuk juga bisa menggunakan prinsip slow living untuk menciptakan waktu berkualitas bersama dan menikmati kebersamaan. Selain itu, mereka yang mencari ketenangan dan mindfulness dapat menggunakan slow living untuk mengembangkan praktik mindfulness yang lebih mendalam dalam kehidupan mereka. Bahkan para pecinta alam dan aktivis lingkungan dapat memanfaatkan slow living untuk membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dan memperkuat koneksi mereka dengan alam.

Untuk menerapkan slow living dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak perlu melakukan perubahan besar. Sebaliknya, kita bisa memulai dengan langkah-langkah kecil yang mudah diterapkan. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan memulai dari hal kecil, seperti meluangkan waktu setiap hari untuk meditasi singkat atau mengatur waktu tanpa gadget selama makan malam. Selain itu, kita bisa merencanakan aktivitas tertentu, seperti menjadwalkan waktu untuk hobi atau melakukan piknik di taman.

Praktikkan juga mindfulness dalam rutinitas, dengan fokus pada aktivitas yang sedang kita lakukan, seperti menikmati makanan tanpa gangguan atau merasakan lingkungan saat berjalan. Kurangi konsumsi media sosial dengan membatasi waktu yang dihabiskan di platform tersebut dan melakukan digital detox sesekali. Adopsi juga pola makan yang sederhana dan sehat, dengan memasak makanan di rumah menggunakan bahan-bahan segar dan belanja lokal.

Sisihkan waktu untuk diri sendiri dengan melakukan perawatan diri, seperti mandi santai atau menulis jurnal. Fokuskan perhatian pada kualitas hubungan dengan orang-orang terdekat, dan ciptakan ruang untuk ketenangan di rumah. Terakhir, ingatlah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri, dan berlatihlah untuk lebih memahami dan memaafkan diri sendiri dalam proses menerapkan slow living.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip slow living, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, memuaskan, dan penuh makna. Slow living bukan hanya tentang mengurangi kecepatan, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam momen-momen kecil yang sering kali terlewatkan dalam kehidupan kita yang serba cepat. Melalui langkah-langkah sederhana ini, kita dapat mulai merasakan manfaat dari slow living dan menciptakan kehidupan yang lebih memuaskan dan penuh arti.

Tags: #Anne Pratiwi
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Refleksi Pemikiran Hamka dalam Karya Fiksinya

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Langkuik, Hidden Gem di Tengah Hutan Tanah Galugua

Minggu, 17/8/25 | 16:20 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Langkuik Kolam bukan kolam. Petualangan kami ke sana bukan...

Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Minggu, 17/8/25 | 16:05 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra, S.Hum., Gr. (Guru Muatan Lokal Keminangkabau SMAN 1 Ranah Pesisir)   Mengapa di Minangkabau dilarang melakukan...

Aspek Fonologis dan Keformalan Bahasa

Aspek Fonologis dan Keformalan Bahasa

Minggu, 17/8/25 | 15:49 WIB

Oleh: Nani Kusrini (Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Lampung)   Komunikasi merupakan proses dinamis untuk menyampaikan dan menerima pesan antara...

Penulisan Jenjang Akademik dalam Bahasa Indonesia

Memilih Menantu (Sumando)

Minggu, 10/8/25 | 13:46 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra, S.Hum., Gr. (Guru Muatan Lokal Keminangkabauan SMAN 1 Ranah Pesisir)   Orang Minangkabau dalam memilih menantu...

Modernisasi Penampilan Rabab Pasisia Di ISI Padangpanjang

Emansipasi Wanita dalam Drama “Nurani” Karya Wisran Hadi

Minggu, 03/8/25 | 16:48 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)            Kesetaraan gender merupakan sebuah isu yang banyak dibahas...

Nyonya-Nyonya dan Luka Tak Terbagi Karya Wisran Hadi

Nyonya-Nyonya dan Luka Tak Terbagi Karya Wisran Hadi

Minggu, 03/8/25 | 15:56 WIB

Oleh: Cynthia Syafarani (Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Indonesia) Siapa sangka, sebuah teras rumah bisa menjadi medan...

Berita Sesudah

Refleksi Pemikiran Hamka dalam Karya Fiksinya

Discussion about this post

POPULER

  • Gubernur Sumbar terima penghargaan.[foto : ist]

    Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • IPNU-IPPNU Pesisir Selatan Cetak Pemimpin Baru, Teguhkan Semangat Kaderisasi Pelajar NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pawai Alegoris Meriahkan HUT ke-80 RI di Kota Pariaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahyeldi Lantik 14 Pejabat Baru, Dorong Kinerja Pemprov Sumbar Lebih Profesional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024