Sebagai pengajar bahasa Indonesia yang ditugaskan universitas ke sana, saya merasa bangga menyaksikan realitas itu. Untuk kesekian kalinya, saya merasa tidak salah pilih jurusan atau program studi saat berkuliah. Pilihan tersebut telah membekali rasa cinta terhadap bahasa Indonesia dan membuat saya menekuninya, bahkan sampai mengantarkan untuk mengajarkan bahasa Indonesia sampai ke negeri orang.

Pada hari Sabtu dan Minggu, Maroko sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang Indonesia. Restoran itu lebih ramai lagi pada hari libur tanggal merah, seperti pada Hari Raya Chuseok dan Seollal. Para perantau Indonesia membuat janji untuk bertemu di sana untuk mengisi liburan mereka. Dengan banyaknya pengunjung Indonesia yang datang ke sana, membuat pemilik dan pelayan restoran merasa senang. Sebagai bentuk apresiasi terhadap pengunjung, mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk menyapa pengunjung. Dengan senyum ramah, mereka menggunakan ungkapan-ungkapan pendek, “Apa kabar?” dan “terima kasih”. Ungkapan-ungkapan sederhana itu menjadi candu yang membuat rindu.
Restoran Maroko cukup recommended karena menyajikan masakan ala timur tengah, seperti daging kambing bakar, sapi bakar yang empuk dan gurih, kari kambing, kari sapi, serta ayam bakar. Semua menu daging-dagingan selalu disajikan bersama menu pendamping berupa asinan timun dan wortel yang dipotong tipis-tipis. Tidak ketinggalan sepiring kacang Arab kukus yang lezat dan gurih serta satu teko teh hangat khas Maroko. Saya sangat menyukai semua sajian itu.
Jika ada tamu-tamu yang datang dari Indonesia, saya tidak lupa membawa mereka ke Maroko. Makanannya aman, halal, dan terhindar dari unsur yang dilarang oleh agama Islam. Harganya juga murah. Satu porsinya sekitar 5000 hingga 15 ribu won. Selain menjual menu daging yang telah dimasak, Restoran Maroko juga menjual daging mentah, seperti daging ayam, daging sapi. dan daging kambing halal. Saya sering membeli daging mentah di sana untuk saya simpan di kulkas jika sewaktu-waktu saya rindu masakan Indonesia. Saya bisa mengolahnya sendiri sesuai dengan selera.
Dari segi transportasi, Maroko merupakan tempat yang mudah dijangkau. Banyak alat transportasi yang dapat digunakan untuk menuju ke sana. Ada kereta bawah tanah (subway) atau jihacol dalam bahasa Korea, ada bus kota, dan ada juga taksi. Maroko mudah dikenali karena terletak di samping Masjid Al Fatah, masjid terbesar kedua di Korea Selatan setelah Itaewon, Seoul. Masjid ini merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Kota Busan selain kuil-kuil, seperti Beomosa dan Haedong Yonggungsa. Jika sahabat destinasi jalan-jalan ke Busan, jangan lupa mampir di Maroko. Silakan coba kacang Arab kukus dan daging bakarnya yang lezat.
Discussion about this post