Aditya Putri Sholikhat
2210722040
Mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Akan tetapi aku telah bebas … Benar, di Surabaya dahulu sudah juga aku merasai kesenangan hidup di dunia, bersuka ria, bergurau-senda dengan perempuan. Bukan main, tapi…”
Kehidupan masa kini, tidak akan pernah terlepas dari kehidupan masa lampau, sebab apa yang kita jalani pada hari ini, merupakan hasil perbuatan kita di masa lampau. ‘hukum tabur tuai’ sebagaimana telah diyakini oleh masyarakat, menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut seharusnya mendorong seseorang atau masyarakat untuk terus berhati-hati dalm bertindak atau setidaknya berfikir sebelum bertindak.
Sebuah karya sastra tidak hadir sebagai sebuah kekosongan semata, akan tetapi sebuah karya sastra hadir dan dibuat sebagai bentuk kepedulian seorang pengarang terhadap kehidupan masyarakat pada zamannya. Sebagaimana diungkapkan dalam (Semi, 1993: 1) bahwa Karya sastra merupakan suatu cerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang terjadi pada zamannya. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, menaruh minat terhadap dunia dan realita yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. Maka dalam hal ini, Nur Sutan Iskandar, dalam novelnya yang berjudul Neraka Dunia juga pasti mengungkapkan kehidupan sosial masyarakat pada zamannya.
Selain pengarang dan masyarakat sekitar, sebuah karya sastra dapat mempengaruhi pembacanya. Siapa pembaca karya sastra? Kembali lagi pada masyarakat atau manusia. Maka dalam hal ini dapat kita lihat bahwa karya sastra itu lahir karena masyarakat dan untuk masyarakat. Atau dipengaruhi dan mempengaruhi manusia.
Masyarakat atau manusia tidak hanya dapat berperan sebagai penikmat sastra. Masyarakat juga dapat memberikan tanggapan terhadap hasil dari karya sastra tersebut. tanggapan yang diberikan oleh pembaca tentu berbeda-beda, dalam hal ini dapat berupa komentar, atau membuat karya sastra yang juga selaras dengan karya sastra tersebut, atau bahkan dari kehidupan nyata yang merubah sikapnya sesuai kritik sastra yang diberikan pengaranng karya tersebut. semua itu tergantung pada bagaimana penerimaan masyarakat terhadap karya sastra. Yang jelas, dalam karya sastra, menurut Hans Robert Jauss (dalam Sastriyani 2001: 253), tanggapan terhadap teks karya sastra, pembaca dijembatani oleh horizon harapan pengalaman kesastraan dan horizon pembaca, kritikus, dan pengarang.
Perbedaan tanggapan seorang pembaca dan pembaca lain dari suatu periode ke periode disebabkan oleh dua hal yang merupakan dasar teori estetika resepsi. Pertama prinsip horizon harapan dan yang kedua prinsip tempat terbuka (pradopo:1995:219). Adapun Horizon harapan dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah dibaca, kedua, oleh pengetahuan dan pengalaman atas teks yang pernah dibca sebelumnya, dan yang ketiga dipengaruhi oleh pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami karya sastra baik dari horizon sempit (harapan-harapan sastra) maupun horizon luas (pengetahuannya tentang kehidupan).
Salah satu permasalahan yang terdapat pada novel Neraka Dunia karya Nur Sutan Iskandar ialah tentang masa lalu tokoh utama Ahmad Salam yang mempengaruhi kehidupannya setelah menikah. Pada masa mudanya Ahmad Salam ini,merupakan seorang perantau untuk kuliah, namun bukannya menjaga diri, Ahmad Salam justru merusak dirinya dengan ‘bermain wanita’. Akibatnya Ahmad Salam ini mendapatkan karma diberi sebuah penyakit yang mengerikan. Penyakit tersebut bernama Sifilis atau raja singa. Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular Seksual) yang dapat menyebabkan kematian. Dan karena menular tersebut hal itu berpengaruh pada kehidupan Ahmad Salam setelah menikah, penyakitnya menular pada istrinya, dan anaknya meninggal. Kehidupan bahagianya yang sebentar menjadi malapetaka karena perbuatannya dimasa lampau. Hal ini menggambarkan bahwa hukum tabur tuai benar-benar ada pada kehidupan nyata.
Judul yang dituliskan oleh Nur St. Iskandar, terkesan relate dengan cerita yang di dalamnya. Bagaimana perbuatan buruk dibalas pula dengan keburukan oleh tuhan. Serapat apapun bangkai ditutupi, pasti baunya akan tercium juga, ungkapan demikian sekiranya cocok untuk menggambarkan kehidupan Ahmad Salam. Dosa yang dibuatnya dimasa lalu, serapat apapun Ahmad Salam menjaganya, hal tersebut tetap ditunjukkan oleh tuhan, bahkan menjadi malapetaka di masa depannya.
Kisah tersebut, sangat menggambarkan kehidupan masa kini, banyak masyarakat terutama anak-anak muda, bahkan anak SD yang telah melakukan perbuatan keji tersebut. norma kehidupan seakan telah hilang, seks bebas bukan lagi hal yang tabu pada kehidupan masyarakat. Kehidupan yang dijalani tidak lagi sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia, tetapi telah terpengaruh dengan budaya asing terutama budaya barat. Dari novel Neraka Dunia, kita tahu bahwa ternyata perbuatan seks bebas sudah terjadi sejak dahulu, akan tetapi tidak terbuka seperti saat ini. Hari ini, hal tersebut menjadi hal yang biasa, bahkan tidak kaget lagi ketika ada berita yang membahas tentang sepasang pemuda melakukan kegiatan seks bebas.
Kisah Ahmad Salam yang digambarkan Nur st. Iskandar seharusnya dapat digunakan sebagai refleksi bagi pembacanya. Tidak hanya di masa lampau, tetapi juga di masa sekarang.Seharusnya, anak-anak muda juga masyarakat dapat mengetahui novel Neraka Dunia ini. Akan tetapi, karya Nur st. Iskandar tersebut merupakan karya sastra lama, sehingga tidak banyak masyarakat yang mengenalnya. Namun, sebagai salah seorang mahasiswa yang telah membaca karya dari Nur St. Iskandar tersebut, sebagai bentuk tanggapan dan penerimaan terhadap karya sastra itu, novel ini harus diperkenalkan kembali dalam masyarakat, baik dalam bentuk film maupun dalam bentuk cetakan novel baru, sehingga masyarakat mampu mengenal, mengetahui, menikmati, dan menanggapi karya tersebut.
Discussion about this post