Kata temu merupakan kata yang berhomonim karena memiliki dua makna yang berbeda. Dua kata temu ini termasuk ke dalam dua kelas kata, yaitu verba dan nomina. Kata temu yang termasuk verba bermakna “sua; jumpa”, sedangkan kata temu yang tergolong nomina bermakna “tumbuh-tumbuhan yang umbinya untuk ramuan obat dan sebagainya”.
Dua makna kata temu ini dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Akan tetapi, di dalam artikel ini, kata temu yang akan dibahas adalah kata temu yang termasuk ke dalam kelas kata verba. Meskipun kata ini sudah tergolong verba, penggunaannya hampir selalu disertai dengan imbuhan. Ini membuat kata temu berbeda dengan kata dasar verba lainnya yang bisa berdiri sendiri, baik ketika digunakan dalam bentuk kalimat aktif, pasif, maupun kalimat imperatif.
Kita bisa melihat perbandingan penggunaan kata temu dengan salah satu verba lainnya, yaitu kata baca (kata baca bisa digunakan dalam bentuk dasarnya, bisa juga ditambah dengan imbuhan). Berikut ini adalah contoh penggunaan kata baca dalam beberapa jenis kalimat:
- Dia sudah baca itu.
- Dia sudah membaca buku itu dua kali.
- Surat itu dibaca oleh ayah secara saksama.
- Saya sedikit marah karena adik sudah menghilangkan buku yang belum saya baca.
- Bacalah buku ini!
Dari lima kalimat tersebut, kita bisa melihat bahwa kata baca bisa disertai dengan imbuhan (membaca dan dibaca), ditambah partikel (bacalah), dan juga bisa berdiri sendiri (baca, pada kalimat 1 dan 4). Ada banyak jenis verba seperti kata baca ini (bisa digunakan langsung tanpa imbuhan, seperti makan, minum, tidur, pergi, duduk, pulang, lari, lompat, lihat, mandi, dan cuci). Berbeda dengan kata-kata verba lainnya itu, kata temu sangat jarang digunakan dalam bentuk dasarnya ketika berfungsi sebagai predikat pada sebuah kalimat. Mari kita cek beberapa contoh kalimat berikut:
- Kemarin, saya bertemu dengan teman saya di kafe. (bertemu = ber- + temu)
- Saya akan menemui dosen saya di kantornya. (menemui = men- + temu + -i)
- Pasien itu sudah ditemui oleh keluarganya. (ditemui = di- + temu + -i).
- Kami belum menemukan lokasi yang cocok untuk rencana pembangunan ini. (menemukan = men- + temu + -kan)
- Surat itu ditemukan oleh ayah di dalam lemari. (ditemukan = di- + temu + kan)
- Surat itu saya temukan di dalam lemari. (temukan = temu + -kan)
- Temukan surat itu segera! (temukan = temu + -kan).
- Temui dia sekarang! (temuilah = temu + -i + partikel -lah)
- Saya akan mempertemukan anak itu dengan kakak kandungnya. (mempertemukan = memper- + temu + kan)
- Kami dipertemukan oleh ibu saya di sebuah kafe. (dipertemukan = diper- + temu + -kan)
- Ani dan Tiara akan saya pertemukan di acara perpisahan sekolah. (pertemukan = per- + temu + -kan).
Sebelas kalimat ini menampilkan kata temu yang berfungsi sebagai predikat ditambah dengan dua contoh kalimat imperatif (nomor 7 dan 8). Kita bisa menarik kesimpulan bahwa kata temu hampir selalu disertai dengan imbuhan. Selain kata temu, ada juga kata yang persoalannya mirip, yaitu kata juang. Kehadiran kata juang sebagai predikat juga selalu disertai dengan imbuhan (berjuang, memperjuangkan, dan sebagainya). Kembali pada persoalan kata temu, dalam tuturan informal pun, kata ini juga disertai dengan imbuhan, yaitu ketemu. Kata ketemu ini dimaknai mirip dengan kata bertemu dan ditemukan yang digunakan secara formal. Berikut ini adalah contoh kalimatnya:
- Kemarin, saya bertemu dengan adik saya.
- Kemarin, saya ketemu dengan adik saya.
- Akhirnya, buku itu ditemukan.
- Akhirnya, buku itu ketemu.
Dari berbagai variasi imbuhan yang menyertai kata temu, kemudian muncul pertanyaan, apa yang membedakan makna dari kata-kata tersebut. Untuk itu, kita akan membahasnya satu per satu. Pertama kata bertemu. Di dalam KBBI, kata ini memiliki sembilan makna. Secara umum, kata ini digunakan dalam dua konteks, yaitu keadaan jumpa yang dilakukan berdasarkan kesepakatan dan keadaan jumpa yang dilakukan tanpa sengaja. Untuk konteks pertama, adanya kesepakan membuat kegiatan bertemu dilakukan oleh kedua belah pihak. Berikut ini adalah contoh kalimatnya:
- Kami akan bertemu di depan kantor pos pada pukul 02.00 siang.
- Saya belum pernah bertemu dengan dia.
- Di mana kita akan bertemu?
Konteks kedua dengan situasi yang tanpa disengaja bisa dilihat dalam contoh kalimat berikut:
- Eh, tadi aku bertemu dosen kita waktu mau jalan ke perpustakaan.
- Kami tidak sengaja bertemu di pasar saat sama-sama membeli sayur.
Intinya, kata bertemu melibatkan kedua belah pihak yang kemudian saling jumpa di suatu tempat. Kata ini sangat berbeda dengan kata menemui. Untuk itu, kita akan masuk pada pembahasan selanjutnya.
Kedua, kata menemui. Di dalam KBBI, kata ini memiliki lima makna. Secara umum, kata ini memiliki konteks bertemunya kedua belah pihak, tetapi kegiatan temu tersebut bisa terlaksana setelah adanya aksi dari pelaku (subjek) kepada objeknya (orang atau situasi). Ini sangat berbeda dengan kata bertemu yang menunjukkan aksi dilakukan oleh kedua belah pihak. Contoh kalimatnya sebagai berikut: “Saya akan menemui beliau di kantornya besok pagi”. Di dalam situasi ini, kita bisa melihat bahwa saya sebagai pelaku akan melakukan kegiatan temu terhadap objeknya, yaitu beliau. Artinya, pelaku akan melakukan perjalan atau perpindahan dari posisi awalnya ke posisi objek berada, sedangkan objek tidak melakukan hal yang sama. Inilah yang membedakan kata menemui dengan bertemu. Kata menemui tidak hanya berlaku kepada manusia sebagai objeknya. Objek dari predikat menemui juga bisa diisi dengan situasi. Contoh kalimatnya adalah: “Penelitian itu menemui kendala serius, sehingga terhenti cukup lama”. Akan tetapi, dalam situasi kalimat kedua ini pun, konteksnya sama dengan situasi kalimat pertama. Kata penelitian sebagai subjek melakukan kegiatan temu terhadap objeknya, yaitu kendala serius. Selain imbuhan gabungan men-i, kata temu juga disertai dengan imbuhan gabungan yang mirip, yaitu men-kan, menjadi menemukan.
Ketiga, kata menemukan. Situasi kata menemukan hampir mirip dengan kata menemui. Oleh sebab itu, masih banyak pengguna bahasa Indonesia yang bingung menggunakan dua istilah ini secara tepat. Persoalan yang membuat dua kata ini hampir sama karena subjeknya melakukan tindakan terhadap objeknya (hal ini menjadi salah satu ciri utama awalan me-). Jika pada kata menemui, sebagian besar subjek melakukan tindakan terhadap manusia lain sebagai objeknya, pada kata menemukan, subjek melakukan tindakan terhadap suatu benda sebagai objeknya. Namun demikian, kata menemukan juga bisa disandingkan dengan manusia (berbeda konteks dengan menemui). Hal ini sesuai dengan makna kata menemukan yang ada di dalam KBBI, yaitu “mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya; mendapatkan; mendapati”. Berikut ini adalah contoh kalimat kata menemukan yang disandingkan dengan suatu benda sebagai objeknya:
- Saya menemukan sebuah dompet di dalam bus.
- Polisi belum menemukan bukti baru di dalam kasus tersebut.
Kata menemukan dalam dua kalimat tersebut tidak bisa digantikan dengan kata menemui. Sebagian besar kata menemukan disandingkan dengan suatu benda sebagai objeknya. Lalu, bagaimana dengan manusia? Apakah manusia tidak bisa menjadi objek untuk predikat menemukan? Jawabannya bisa. Akan tetapi, konteksnya menjadi berbeda dengan kata menemui. Mari kita simak contoh-contoh berikut dengan seksama:
- Akhirnya, perempuan itu mau menemui anaknya di rumah sakit.
- Hingga saat ini, perempuan itu belum bisa menemukan anaknya yang sudah hilang sejak 3 bulan yang lalu.
- Dia akan menemui ayahnya di Jakarta.
- Dia menemukan ayahnya sudah tergeletak di lantai.
Sebagai pengguna bahasa Indonesia, kita tentu sudah bisa merasakan nuansa yang berbeda antara kalimat 1 dengan kalimat 2, dan kalimat 3 dengan kalimat 4. Intinya, mengapa kata menemukan banyak disandingkan dengan suatu benda sebagai objeknya, karena maknanya “mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya; mendapatkan; mendapati”. Jika objek ini diisi oleh manusia, maknanya pun tetap sama.
Keempat, kata mempertemukan. Di dalam KBBI, kata ini memiliki lima makna. Secara umum, kata ini dipahami dalam situasi yang melibatkan tiga pihak. Ada satu pihak yang berlaku sebagai fasilitator untuk dua pihak lainnya agar bisa saling bertemu. Kita bisa melihat contoh kalimatnya sebagai berikut:
- Kami akhirnya menikah, setelah Ani mempertemukan kami tahun lalu.
- Saya akan mempertemukan ayah dan ibu saya kembali.
- Laki-laki itu mempertemukan calon istrinya barunya dengan anak-anaknya.
- Acara itu mempertemukan dua partai politik yang saling sindir di media sosial.
- Polisi belum bisa mempertemukan pelaku dengan keluarga korban.
Dari lima contoh kalimat ini bisa terlihat bahwa subjek melakukan aksi, tindakan, atau aktivitas yang membuat kedua belah pihak lainnya bisa bertemu. Ini sangat berbeda dengan kata menemui dan menemukan, tetapi masih memiliki makna bertemu. Hal ini juga berlaku untuk bentuk kalimat pasifnya.
Selain kata temu dan imbuhan-imbuhan yang semakin mengukuhkan fungsi verbanya sebagai predikat dalam sebuah kalimat, kata temu juga memiliki kelas kata nomina ketika disertai dengan imbuhan lainnya. Kata-kata tersebut adalah temuan, penemu, penemuan, dan pertemuan. Dengan demikian, kita akan melanjutkan pembahasan ini pada poin berikutnya.
Kelima, kata temuan. Di dalam KBBI, kata ini memiliki dua makna. Akhiran –an dalam kata ini membuat kata temu yang awalnya verba menjadi nomina. Salah satu makna dari akhiran –an adalah hasil dari tindakan yang sesuai dengan aktivitas kata kerjanya. Contoh dari penjelasan ini adalah: hasil dari memasak adalah masakan; hasil dari menulis adalah tulisan; hasil dari melukis adalah lukisan; hasil dari merekam adalah rekaman; hasil dari menendang adalah tendangan; hasil dari memukul adalah pukulan; hasil dari menampar adalah tamparan; hasil dari mencuri adalah curian; hasil dari merebus adalah rebusan; begitu pun dengan temuan. Kata temuan merupakan hasil dari penelitian, percobaan, pencarian, dengan tujuan menemukan sesuatu. Hasil itulah yang disebut sebagai temuan. Contoh kalimatnya adalah: “Peneliti itu sedang mempresentasikan temuan terbarunya”.
Keenam, kata penemu. Kata ini memiliki alomorf pen- dari awalan pe-, seperti yang sudah banyak diketahui oleh pengguna bahasa Indonesia, awalan pe- memiliki makna profesi, orang yang melakukan aktivitas sesuai dengan kata kerjanya, sifat, dan alat. Di dalam KBBI, kata penemu memiliki makna “orang yang menemukan (suatu alat, sesuatu yang belum diketahui orang, dan sebagainya)”. Contoh dari kalimat ini adalah: “Siapa penemu telepon pertama kali?”
Ketujuh, kata penemuan. Kata ini juga tergolong dalam kelas kata nomina karena diapit oleh imbuhan pen-an (alomorf dari pe-an). Imbuhan gabungan pe-an memiliki banyak makna, salah satunya adalah cara atau proses. Di dalam KBBI, kata penemuan memiliki makna tersebut, yaitu “proses, cara, perbuatan menemui atau menemukan”. Contoh dari kalimat ini adalah: “Penemuan artefak itu memakan waktu selama 2 tahun”. Kata penemuan di dalam kalimat ini menjelaskan prosesnya yang berlangsung selama 2 tahun. Selain kata penemuan, ada kata dengan imbuhan gabungan yang hampir mirip, yaitu pertemuan. Untuk itu, kita akan masuk ke poin delapan.
Kedelapan, kata pertemuan. Kata pertemuan juga tergolong dalam kelas kata nomina. Kata ini memiliki lima makna di dalam KBBI. Mengapa kata penemuan dan pertemuan bisa berbeda, padahal sama-sama dari kata temu? Mari kita simak penjelasannya. Kata penemuan berkaitan dengan aktivitias menemukan. Perubahan awalannya juga sama, yaitu pen- (dari alomorf pe-) dan men- (dari alomorf me-) yang membuat huruf t sebagai huruf pertama kata temu menjali lesap (hilang). Hal ini sangat berbeda dengan kata pertemuan yang masih memiliki huruf t. Ini terjadi karena kata pertemuan berkaitan dengan kata bertemu, baik secara makna, maupun ketika disesuaikan dengan imbuhannya. Kita bisa mengambil contoh lain, yaitu kata ajar. Kata ajar memiliki dua verba yang berbeda, yaitu belajar dan mengajar. Kata belajar dilakukan oleh pelajar, sedangkan kata mengajar dilakukan oleh pengajar. Kata belajar berkaitan dengan pelajaran, sedangkan kata mengajar berkaitan dengan pengajaran. Begitu pun dengan kata temu dengan dua versi. Pertama, aktivitas bertemu dengan nominanya pertemuan. Kedua, aktivitas menemukan dengan nominanya penemuan. Jika kata pertemuan, berkaitan dengan kata bertemu, maka apa makna dari kata pertemuan tersebut? Di dalam KBBI, kata pertemuan memili makna “1 perbuatan (hal dan sebagainya) bertemu; perjumpaan; 2 tempat bertemu (berkumpul dan sebagainya); 3 perkumpulan (seperti rapat, konferensi); 4 pergaulan; 5 perjodohan; perkawinan”. Ketika membaca lima makna yang tertera di dalam KBBI tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa kata pertemuan akan terjadi ketika adanya kesepakan yang tentunya dilakukan lebih dari satu pihak. Inilah keterkaitan makna antara kata pertemuan dengan bertemu. Selain itu, kata mempertemukan juga bisa dimasukkan dalam lingkaran ini karena adanya usaha atau perjanjian yang dilakukan subjek terhadap pihak-pihak lainnya. Berikut adalah contoh kalimatnya:
- Dosen itu selalu memberi informasi silabus kepada mahasiswanya pada pertemuan pertama.
- Pertemuan antara dan pihak penjual dan pembeli bisa berlansung dengan cepat setelah Rani berusaha keras untuk mempertemukan mereka semua.
- Pertemuan keluarga akan dilakukan pada hari Sabtu depan.
Selain delapan kata temu dan imbuhan yang menyertainya, ada juga kata temu yang digunakan dalam konteks informal, yaitu kata ketemu. Penjelasan tentang kata ketemu sudah diuraikan di bagian awal artikel ini. Inilah keunikan kata temu yang selalu digunaan dengan imbuhan. Dari sekian banyak variasi imbuhan kata temu, dua kata yang penggunaannya masih saling tumpang-tindih adalah kata menemukan dan menemui. Semoga dengan adanya penjelasan dalam artikel ini bisa membantu pembaca untuk lebih tepat menggunakan diksi agar informasi yang ingin disampaikan bisa tersalurkan secara efektif. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post