Kegiatan tulis-menulis tidaklah segampang yang terlihat. Banyak orang mengalami hambatan dalam menulis karena tidak paham dengan teknik menulis. Menulis merupakan keterampilan dalam menyampaikan ide atau gagasan dalam bentuk jalinan kata dan konjungsi menjadi sebuah teks yang bermakna dan dapat diterima oleh logika. Tidak sedikit orang yang kewalahan saat menulis karena tidak menguasai teknik dan tidak terampil dalam merangkaikan kata dengan konjungsi. Alhasil, kalimat yang ditulis tidak bisa dipahami, kehilangan makna, dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu keterampilan yang mesti diasah oleh seorang penulis agar dapat menghasilkan kalimat yang baik dan dapat diterima logika adalah harus paham teknik penggunaan kata penghubung atau konjungsi. Konjungsi didefinisikan sebagai partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 2008). Jika konjungsi tidak digunakan dengan baik, sebuah kalimat hanyalah tumpukan kata yang acak-acakan dan tidak dapat dimaknai karena tidak ada jembatan yang merangkaikan kata-kata tersebut menjadi sebuah jalinan kalimat yang indah, paragraf yang apik, dan teks yang kaya makna.
Kata penghubung cukup banyak ragamnya. Ada kata penghubung antarkalimat dalam paragraf, contohnya Oleh sebab itu, Dengan demikian, Selain itu, Selanjutnya, Kemudian, dan sebagainya. Selain itu, ada kata penghubung intrakalimat atau kata-kata yang menghubungkan antarklausa dalam sebuah kalimat, seperti dan, sedangkan, tetapi, atau, sebab, akibatnya, karena, maka, sehingga, agar, jika, dan lain-lain. Para ahli bahasa juga membagi konjungsi dengan jumlah yang beragam, seperti Kridalaksana (2008) membagi konjungsi atas sembilan, yaitu 1. konjungsi adversatif, 2. konjungsi ekstratekstual, 3. konjungsi ingkar, 4. konjungsi intrakalimat, 5. konjungsi intratekstual, 6. konjungsi kausal, 7. konjungsi koordinatif, 8. konjungsi korelatif, dan 9. konjungsi subordinatif.
Dalam klinik bahasa edisi ini, kita tidak akan membahas semua jenis konjungsi. Kita hanya akan membicarakan penggunaan salah satu konjungsi yang sering keliru digunakan dalam tulis-menulis. Keliru menggunakan konjungsi sama halnya dengan menyajikan tumpukan kata yang acak-acakan tanpa makna. Penggunaan konjungsi yang sering keliru tersebut adalah konjungsi antarkalimat dalam paragraf yang menyatakan makna kausal atau sebab akibat.
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan makna kausal atau kausalitas dalam bahasa Indonesia terbagi atas dua, yaitu Oleh sebab itu dan Oleh karena itu. Kedua konjungsi kausalitas itu banyak digunakan dalam paragraf atau teks-teks deskriptif, naratif, dan eksposisi. Konjungsi kausalitas berfungsi untuk menyatakan makna kausalitas atau sebab akibat yang diakhiri dalam bentuk kesimpulan. Konjungsi ini sering digunakan dalam latar belakang dalam karya ilmiah maupun pada bagian akhir sebuah teks naratif yang didahului dengan rincian atau penjelasan induktif dan diakhiri oleh kesimpulan deduktif.
Penggunaan konjungsi Oleh sebab itu dapat dilihat pada contoh paragraf di bawah ini.
Aida sering terlambat masuk kantor. Ia juga sering salah dalam menyampaikan pendapat ketika rapat. Ia juga kerap kali keliru dalam menyelesaikan tugas yang diberikan atasan. Bahkan, Aida juga tidak luput dari keteledoran dalam menyelesaikan laporan keuangan. Oleh sebab itu, Aida diskors atasannya selama satu bulan.
Paragraf di atas berisi kalimat-kalimat yang menyatakan sebab Aida diskors yang terletak pada bagian awal dan kemudian diakhiri dengan kalimat akibat yang ditandai dengan penggunaan konjungsi kausalitas Oleh sebab itu. Selain contoh penggunaan konjungsi Oleh sebab itu, penggunaan konjungsi Oleh karena itu dapat dilihat pada contoh paragraf di bawah ini.
Atta Halilintar adalah contoh anak muda sukses yang suka menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu orang susah. Ia tidak perhitungan dan ringan tangan saat memberikan bantuan. Salah satu sumbangan yang diberikan YouTuber terkenal itu baru-baru ini adalah sumbangan untuk korban penjajahan Israel di Palestina. Oleh karena itu, wajar saja jika warganet menyebut Atta sebagai anak muda yang rendah hati, pemurah, patut dicontoh, dan diteladani.
Selain konjungsi Oleh sebab itu dan Oleh karena itu, konjungsi Maka dari itu juga sering digunakan sebagai konjungsi yang menandakan hubungan kausalitas. Penggunaan konjungsi Maka dari itu sebagai konjungsi kausalitas merupakan bentuk yang keliru, tidak tepat, tidak baku, dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Alasan konjungsi Maka dari itu disebut keliru, tidak tepat, dan tidak benar adalah karena konjungsi ini terbentuk dari kata maka yang merupakan jenis konjungsi kausalitas intrakalimat atau konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua klausa di dalam kalimat. Sebagai bentuk yang tidak baku dan tidak tepat, konjungsi Maka dari itu tidak dianjurkan untuk digunakan dalam tulisan ilmiah ataupun semiilmiah. Penggunaan konjungsi Maka dari itu sebagai konjungsi kausalitas yang tidak tepat dapat dilihat pada contoh paragraf di bawah ini.
Dalam pemberitaan yang terbit di beberapa media nasional hari ini, rumput Jakarta International Stadion (JIS) menjadi sorotan. Rumput stadion tempat berlangsungnya pertandingan Piala Dunia U-17 itu terlihat jelek dan kurang segar dari televisi. Ada beberapa pernyataan dari warganet yang menyebut bahwa rumput JIS terlihat lebih jelek daripada Stadion Manahan, Solo dan juga Stadion Bung Tomo, Surabaya. Maka dari itu, Arya Sinulingga, Komite Eksekutif Persatuan Sepakbola Indonesia, menyarankan untuk melihat langsung kondisi rumput tersebut di lapangan karena kondisi pencahayaan masing-masing televisi penonton berbeda-beda dan menyebabkan rumput JIS terlihat jelek.
Penggunaan konjungsi Maka dari itu pada paragraf di atas merupakan bentuk yang tidak tepat. Penggunaan konjungsi kausalitas yang tepat dan benar untuk menggantikan konjungsi tersebut adalah Oleh sebab itu karena kata sebab menunjukkan makna lebih aktif dan merupakan jenis kata benda (nomina) yang dapat mengalami proses morfologis berupa penambahan kata di depan ataupun di belakangnya, seperti penambahan kata oleh dan itu pada Oleh sebab itu. Kemudian, Oleh karena itu berasal dari kata karena yang berstatus sebagai konjungsi. Seyogyanya, konjungsi mempunyai fungsi sebagai jembatan penghubung antarkata dalam sebuah kalimat, bukan antarkalimat dalam sebuah paragraf. Persoalan penggunaan konjungsi terlihat sepele dan remeh, tetapi sangat berperan dalam menentukan kualitas kelogisan makna, estetika, dan keberterimaan sebuah tulisan.
Jika ketiga konjungsi yang menunjukkan makna kausalitas tersebut digunakan dalam tiga tulisan yang berbeda, tulisan yang paling layak mendapat nilai terbaik adalah tulisan yang menggunakan konjungsi Oleh sebab itu karena konjungsi tersebut merupakan bentuk yang tepat dan juga terbentuk dari proses yang mengikuti kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Discussion about this post