Senin, 16/6/25 | 23:42 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI

Label Lelaki Plastik

Minggu, 08/10/23 | 10:40 WIB

Lastry Monika

(Kolumnis Rubrik Renyah)

Ketika pelesiran di media sosial, terkadang membuat kita tersesat ke konten yang bisa jadi tidak kita minati. Akan tetapi, begitulah algoritma media sosial dengan cara kerja yang agak membingungkan. Suatu kali, ketika asyik menggulir-gulir layar telepon pintar, saya berhenti di sebuah konten yang membandingkan atlet sepak bola dengan idola K-pop asal Korea Selatan.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Konten tersebut menyorot cedera yang dialami oleh keduanya. Salah seorang atlet sepak bola ditampilkan mengalami cedera setelah terkena tendangan keras dari pesepak bola lain. Tendangan serupa itu memungkinkan ia mengalami cedera patah tulang yang parah. Di samping itu, konten tersebut juga menampilkan seorang idola pria Korea Selatan yang terpeleset dari tangga ketika tampil di atas panggung.

Pasalnya, perbandingan kemungkinan cedera yang ditampilkan dalam konten bertujuan untuk meremehkan atau mencemooh salah satunya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan pula kolom komentar dipenuhi oleh komentar-komentar yang membuat pembaca dapat berdecak keheranan.

Komentar-komentar tersebut menunjukkan betapa susahnya seseorang dalam mengendalikan jempolnya. Komentar yang menyebut ‘lelaki plastik’ tidak hanya satu, dua, atau tiga yang bermunculan. Label ini ditujukan kepada idola K-pop yang terpeleset. Lebih mengherankannya, label ini kemudian seolah ditujukan secara general untuk semua idola pria dalam per-K-pop-an. Dalam pendapat yang dikemukakan terdapat tendensi para idola ini jauh dari kata maskulin. Sebab, selain dianggap melakukan operasi plastik, mereka berdandan, memakai warna pink, dan bertingkah imut.

Memang tidak dapat pula dipungkiri bahwa operasi plastik bukan tidak mungkin dilakukan oleh sebagian idola pria tersebut. Hal ini tergolong lazim dilakukan bahkan oleh mereka yang bukan idola di Korea Selatan sana. Lagipula, keputusan untuk operasi plastik tidak selalu berdasarkan kemauan para idola, tetapi berdasar pada kemauan dan tuntutan dari agensi yang menaunginya. Tampil sempurna seolah menjadi tuntutan yang perlu dipenuhi.

Sebagaimana profesi pesepak bola, profesi idola juga berhasil dicapai dengan kerja keras, bukan tampilan menawan belaka. Sebagaimana cedera berat yang dialami pesepak bola, para idola juga memiliki kemungkinan mengalami cedera yang sama beratnya. Tarian yang yang ditampilkan di atas panggung tidak sekadar mengayunkan kaki ke kiri dan ke kanan. Sebagian dari tarian bahkan tergolong sulit dan menuntut kekuatan fisik.

Seorang pesepak bola barangkali telah mengawali kariernya dengan menjadi bagian dari akademi sepak bola sedari belia. Hal yang sama juga dilakukan oleh seseorang yang berkeinginan menjadi idola. Sejak di sekolah menengah, mereka tergabung ke dalam sekolah seni di samping mulai berlatih bertahun-tahun sebagai trainee di sebuah agensi. Menjadi idola dan memiliki banyak penggemar bukanlah suatu hal yang didapat secara instan. Hal itu sama saja dengan profesi lainnya yang diinginkan oleh setiap orang.

Melabeli ‘lelaki plastik’ dengan tujuan merendahkan memang membikin berdecak keheranan. Melakukan operasi plastik, berdandan, memakai warna pink, dan bertingkah imut saya kira tidak perlu dinilai sebagai ancaman yang dapat menggores kemaskulinan seseorang. Namun, hal ini barangkali terkecuali bagi orang-orang dengan sisi maskulin yang memang mudah terluka.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Jonson Effendi dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Seleksi ASN 2023: Ijazah Salah, Otomatis Gagal!

Berita Terkait

Puisi-puisi Natalia Zebua

Puisi-puisi Natalia Zebua

Senin, 16/6/25 | 10:46 WIB

Pelarungan Oleh: Natalia Zebua Arus laut tampak gemetar melihat kedatanganku Dalam diam kuberanikan diri untuk melarung melati yang enggan mekar...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jalan Pagi atau Jajan Pagi

Minggu, 15/6/25 | 17:57 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Beberapa minggu terkahir ini, di akhir pekannya saya suka jalan-jalan pagi. Niat awalnya olah...

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Minggu, 15/6/25 | 10:52 WIB

Oleh: Mita Handayani (Mahasiswa Magister Linguistik FIB Universitas Andalas)   Cassirer (dalam Lenk, 2020) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum,...

Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

Minggu, 15/6/25 | 09:39 WIB

Oleh: Arina Isti’anah (Dosen Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma) Baru-baru ini kita disadarkan oleh fenomena kerusakan alam Raja Ampat yang...

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 08/6/25 | 16:36 WIB

  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Alienasi Hidup Kita hanya seorang pelancong Yang mengembara segala tempat Lalu tinggal – termenung Di...

Berita Sesudah
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

Seleksi ASN 2023: Ijazah Salah, Otomatis Gagal!

Discussion about this post

POPULER

  • Pengasuh Ponpes Miftahul Huda Dharmasraya Diduga Cabuli Puluhan Santriwati

    Pengasuh Ponpes Miftahul Huda Dharmasraya Diduga Cabuli Puluhan Santriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dugaan Korupsi Dana COVID-19, Kantor BPBD Dharmasraya Digeledah Polisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puan Maharani Temui Diaspora Indonesia di San Francisco : Di Mana Pun Berada, Kita Tetap Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Koto Padang Dharmasraya Swadaya Perbaiki Jembatan Gantung yang Ambruk

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Pagi atau Jajan Pagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024