Jumat, 17/10/25 | 00:05 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home DESTINASI

Suatu Siang di Malioboro

Sabtu, 26/8/23 | 07:02 WIB

Oleh: Ronidin
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

Empat orang dosen muda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas yang sedang studi doktor di Universitas Gadjah Mada  bertemu di Malioboro. Jarang-jarang momen seperti ini terjadi. Setiap diri sibuk dengan tugas masing-masing. Kalau pun bertemu, tidak pernah lengkap keempat-empatnya. Kalau pun bertemu, hanya satu dua di antara yang empat, itu pun tidak di Malioboro. Paling sering bertemu di kampus. Ada kalanya di kontrakan. Sekali-kali di tempat makan. Buat janji, lalu bertemu.

BACAJUGA

Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Destinasi di Yogyakarta 15 Tahun Kemudian

Senin, 14/10/24 | 06:52 WIB
Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Destinasi Relaksasi di Kota yang Ingar-Bingar

Sabtu, 21/9/24 | 23:07 WIB

Pertemuan empat dosen muda ini di Malioboro yang merupakan pusat urat nadi kota Yogyakarta dapat dikatakan sesuatu yang istimewa. Lebih istimewa lagi karena pertemuan keempatnya diikuti pula pertemuan dengan seorang senior lulusan Sastra Minangkabau, Fakultas Sastra, Universitas Andalas tahun 1991 yang sekarang menjadi staf pengajar (dosen) di Universitas Leiden di Belanda, yaitu Dr. Suryadi, M.A.  Kebetulan pada hari itu, Uda Suryadi–saya biasa memanggilnya Uda karena gagap memanggilnya Ajo seperti kebiasaan di Pariaman–yang telah menjadi dosen tetap di Universitas Leiden sejak tahun 2001 itu sedang berlibur bersama keluarganya di Yogyakarta.

Tidak ada yang merencanakan pertemuan itu. Semua serba kebetulan. Hari itu, Dini seorang dari empat dosen FIB Unand yang sedang studi di FIB UGM melaksanakan ujian komprehensif. Dini lulus ujian dengan memuaskan. Selesai ujian, yang tiga lainnya datang memberikan ucapan selamat. Ketiganya tidak hadir ketika Dini sedang ujian karena memang tidak terbuka untuk disaksikan. Ucapan selamat untuk Dini disampaikan di University Club UGM, tempat Dini menginap. Tidak lama di sana, keempat dosen muda itu meluncur ke Malioboro untuk bertemu Uda Suryadi yang telah dikontak Defi untuk bertemu. Keberadaan Uda Suryadi di Yogyakarta terlacak melalui akun facebooknya. Gayung bersambut, keinginan bertemu akhirnya bisa terwujud.

Mulanya pertemuan direncanakan di warung makan “Sate Gajah”  Malioboro. Keempat dosen muda menunggu di sana, tetapi terjadi lost contact dengan Uda Suryadi yang tidak terkoneksi sinyal internet karena menggunakan HP dengan nomor Belanda. Menurut Uda Suryadi, kini sulit untuk membeli nomor Indonesia karena harus registrasi macam-macam. Tidak seperti beberapa tahun silam di mana begitu sampai di bandara Indonesia dari penerbangan luar negeri dapat segera membeli nomor Indonesia. Karena tidak memiliki nomor Indonesia, Uda Suryadi terpaksa memanfaatkan jaringan wifi dan tethering HP untuk mengaktifkan akun medsosnya yang menjadi medianya untuk berkomunikasi. Tidak berapa lama menunggu di depan warung makan “Sate Gajah” Malioboro, Uda Suryadi muncul di sana sesuai dengan jam yang dijanjikan. Nampaknya kedisiplinan Uda Suryadi terhadap waktu telah menjadi bagian dari hidupnya sebagai manisfestasi dari keberadaannya di dunia barat yang memang dikenal disiplin waktu.

Foto 1: Menunggu sambil menikmati suasana Malioboro

Pertemuan yang direncanakan di warung “Sate Gajah” Malioboro batal karena agak bising. Pertemuan dipindahkan ke sebuah tempat makan di Malioboro Mall lantai tiga. Suasana di dalam Malioboro Mall sama seperti di jalan Malioboro. Ramai. Banyak orang berkunjung ke sana. Belibur menikmati suasana. Ada juga yang sekedar cuci mata melihat-lihat produk baru dan isi mall. Tamu-tamu Malioboro dari luar daerah berbelanja berbagai produk khas Yogyakarta yang diperdagangkan di sana.

Bagi saya dan teman-teman dosen muda FIB Unand bukan suasana di Malioboro itu yang menarik karena kami sudah sering ke sana. Pertemuan dengan Uda Suryadi justru yang  berkesan. Walaupun tidak lama, kami dapat pencerahan melalui diskusi berbagai topik, seperti selesai kuliah tiga SKS. Bukan seperti ota lapau. Diskusi diawali dengan cerita perjalanan Uda Suryadi kali ini dari Belanda ke Indonesia dalam rangka mengisi liburan musim panas mereka. Walaupun istilahnya pergi berlibur, tetapi tetap saja ada beberapa permintaan baginya untuk memberikan kuliah umum di beberapa tempat di Indonesia. Jadi katanya, kedatangannya tidak mutlak berlibur. Lebih tepatnya berlibur sambil bertugas. Di Yogyakarta dia berusaha untuk bersembunyi, tetapi tetap saja teman-temannya yang mengetahui kehadirannya di kota tersebut memintanya menghadiri beberapa forum. Kebetulan pada saat yang bersamaan, di FIB UGM sedang dilaksanakan kegiatan seminar Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa). Untuk kali ini, Uda Suryadi terpaksa mintak nas saja.

Pada pertemuan siang itu kami sempat mendiskusikan topik disertasi masing-masing. Lalu mendiskusikan fenomena dan perkembangan bahasa Indonesia saat ini. Mendiskusikan sumber-sumber pembelajaran dan arsip-arsip yang tersedia di Indonesia dan di Belanda. Uda Suryadi memberi gambaran pada kami bahwa apa pun arsip mengenai Indonesia ada di Belanda. Berbanding terbalik dengan kondisi yang dialami oleh salah seorang dari kami yang tidak menemukan arsip yang dibutuhkannya di lembaga arsip nasional. Uda Suryadi menyebutkan bahwa arsip tentang pabrik Semen Indarung 1 yang mulai beroperasi tahun 1910 lengkap dengan laporan keuangannya setiap tahun tersimpan dengan baik di Belanda. Uda Suryadi menjanjikan, jika butuh referensi yang sudah terlacak, tetapi tidak menemukannya di Indonesia, bisa meminta bantuannya untuk mencarikannya di Belanda.

Diskusi mengenai bahasa Indonesia menjadi tema yang paling menarik siang itu. Bahasa Indonesia merupakan sesuatu yang selalu menarik dan tidak pernah selesai untuk dibicarakan. Misalnya saja bagaimana bahasa Indonesia menyerap kosakata bahasa asing seperti bahasa Belanda dan bahasa lainnya dari waktu ke waktu. Bagaimana saat ini bahasa Indonesia dibanjiri oleh istilah-istilah baru yang bukan asli Indonesia. Bagaimana Badan Bahasa mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia, dan sebagainya. Termasuk juga bagaimana bahasa Indonesia dipolitisasi untuk kepentingan duit dan proyek. Kami distimulus oleh Uda Suryadi untuk menelurkan penelitian-penelitian baru mengenai fenomena tersebut. Kata “tethering” tiba-tiba menjadi contoh diskusi kami karena tiba-tiba muncul sebagai bahasa yang populer di tengah masyarakat saat ini. Dari mana kata itu berasal. Apa maknanya. Kapan dia muncul. Itu semua dapat diteliti dan dijadikan sebagai artikel ilmiah yang menarik.

Foto 2: Pertemuan dengan Dr. Suryadi, M.A. yang menginspirasi

Tidak terasa waktu berlalu, akhirnya kami mengakhiri pertemuan. Uda Suryadi ada janji lagi dengan mahasiswanya di Leiden yang sedang belajar di Yogyakarta untuk bertemu. Kami berpamitan. Besoknya Uda Suryadi akan meneruskan liburan sambil bertugasnya ke Surabaya. Ketika keluar dari Maliobooro Mall ternyata hari sudah menjelang magrib. Nun dari corong masjid yang ada di sekitaran Malioboro telah berkumandang suara azan. Saya ke masjid untuk salat magrib. Tiga teman lain juga berpencar-pencar kembali ke kontrakan masing-masing.

Begitulah, hari itu kami memperoleh ilmu dan berkah dari sesuatu yang tidak direncanakan, tetapi telah ditakdirkan Yang Maha Kuasa. Siang itu, empat anak muda yang sedang menuntut ilmu di Yogyakarta bertemu di Malioboro yang ikonik itu, berdiskusi hangat dengan seorang intelektual hebat, pakar filologi dan kebudayaan Minangkabau, putra Piaman yang meretas sejarah intelektualnya di Leiden, Belanda. “Maka nikmat Tuhanmu yang  manakah yang kamu dustakan”. Siang itu, bagi kami Malioboro bukan lagi sekadar tempat pelesiran, melainkan tempat merajut silaturahmi antara dua generasi dari almamater yang sama, yaitu Universitas Andalas. Wallahu alam Bissawab.

Yogyakarta, 25/08/2023

Tags: #Ronidin
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Disrupsi dan Suksesi Tampuk Kepemimpinan

Berita Sesudah

Pandangan Kematian dalam Film Marry My Death Body

Berita Terkait

Kota Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Tengah Gurun Arab Saudi

Kota Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Tengah Gurun Arab Saudi

Sabtu, 11/10/25 | 06:03 WIB

Jakarta, Scientia.id - Para arkeolog dari Prancis dan Arab Saudi menemukan sisa-sisa kota kuno berusia sekitar 4.000 tahun di barat...

Jejak Asteroid Purba di Dasar Laut Utara Akhirnya Terungkap

Jejak Asteroid Purba di Dasar Laut Utara Akhirnya Terungkap

Kamis, 02/10/25 | 09:26 WIB

Jakarta, Scientia.id - Selama lebih dari 20 tahun, Kawah Silverpit di dasar Laut Utara menjadi perdebatan sengit para ilmuwan. Ada...

Pedang Diduga Milik Firaun Berusia 3.000 Tahun Ditemukan

Pedang Diduga Milik Firaun Berusia 3.000 Tahun Ditemukan

Sabtu, 13/9/25 | 17:09 WIB

Jakarta, Scientia.id - Jejak kekuasaan Ramses II kembali terungkap. Para arkeolog Mesir baru-baru ini menemukan pedang diduga milik Firaun legendaris...

Lele Raksasa (Foto: Ist)

Pria ini Taklukan Lele Raksasa Ukurannya Nyaris Tiga Meter

Senin, 18/8/25 | 06:10 WIB

Lele Raksasa (Foto: Ist) Jakarta, Scientia.id - Seorang pemancing asal Republik Ceko kembali mengukir prestasi luar biasa di dunia perikanan....

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Senin, 11/8/25 | 09:57 WIB

Jakarta, Scientia.id - Situs prasejarah Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali jadi sorotan setelah tim kajian menduga usianya...

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Jumat, 08/8/25 | 06:12 WIB

Scientia.id - Terletak di selatan Prancis, Cap d’Agde dikenal sebagai desa naturis terbesar di dunia. Destinasi ini mewajibkan semua pengunjung...

Berita Sesudah
Representasi Kekerasan terhadap Perempuan dalam Film Darlings (2022)

Pandangan Kematian dalam Film Marry My Death Body

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024