Rabu, 15/10/25 | 20:58 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

Suatu Hari di Sekolah

Minggu, 13/8/23 | 12:42 WIB

Lastry Monika

(Kolumnis Rubrik Renyah)

Suatu hari sewaktu di Sekolah Menengah Pertama, kami para siswi dikumpulkan untuk mendapat penyuluhan. Ketika itu, kami berkumpul di musala sekolah karena sekolah itu tidak memiliki aula khusus untuk mengadakan pertemuan selain musala dan lapangan terbuka untuk upacara. Sedari istirahat kedua, sekolah kami memang seperti kedatangan tamu. Beberapa wanita paruh baya berbaju putih tampak berlalu-lalang di sekitaran sekolah.

Rupanya beliau-beliau itu adalah para perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya. Sudah pasti mereka mendatangi sekolah kami untuk memberi penyuluhan tentang kesehatan, begitulah pikir kami. Akan tetapi, kenapa hanya siswi-siswi perempuan saja? Begitu pulalah kami bertanya.

Sebelum jam pelajaran berakhir, kami mendengar pengumuman dari meja piket. Seluruh siswi perempuan belum diperbolehkan pulang dan disegerakan menuju musala setelah bel berbunyi. Di sana akan diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.

BACAJUGA

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB
Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Meskipun pengumuman dari meja piket terdengar dengan jelas, di kelas malah terdengar bisik-bisik terkait hal lain, yaitu tentang tes keperawanan. Tidak jelas asal-mula bisik-bisik itu. “Kalian siswi perempuan akan dites keperawanannya!” Begitulah salah satu kalimat bisik-bisik yang sampai ke telinga kami. “Bila tidak perawan, maka tidak diperbolehkan ikut Ujian Nasional!” Begitu kelanjutan bisik-bisik itu.

Pada jam pelajaran terakhir itu, kelas menjadi agak ribut. Kami pun ditegur guru. Akan tetapi, sedikitpun beliau tak menyinggung hal yang kami ributkan meskipun samar-samar bisik-bisik kami pasti sampai juga ke telinganya.

Raut wajah beberapa dari kami, para siswi, mulai gelisah. Beberapa lainnya takut. Bagaimana tidak? Bisik-bisik itu amat meresahkan dan tak terbayangkan oleh remaja sebelia kami. Akan tetapi, raut muka gelisah dan takut kami justru dibaca sebagai tanda bahwa kami sudah tidak perawan. Siswa laki-laki melenggang pulang dengan riang. Tidak lupa sambil mengejek tentang bisik-bisik yang diributkan di kelas tadi.

Semua siswi perempuan diwajibkan hadir di musala. Sebab, katanya, akan ada presensi di sana. Barang siapa yang tidak hadir, akan menerima konsekuensinya. Di musala, setiap siswi diharuskan duduk sesuai kelas. Kami pun duduk berjejer seperti yang diinstruksikan wali kelas. Benar, beliau memegang presensi. Secara bergantian, kami sibuk menceklis kehadiran di lembaran presensi yang diberikan. Kami mulai lupa dengan bisik-bisik tes keperawanan.

Di hadapan kami, ibu-ibu berbaju putih mulai menyalakan infokus. Di pantulan layar yang besar itu kami dapat membaca tampilan salindia bertajuk “Penyuluhan Kesehatan Reproduksi untuk Siswi Sekolah Menengah”. Salah seorang dari tenaga kesehatan itu memulai sesi penyuluhan, dimulai dari sapaan ramah, dan penuh semangat terhadap kami semua.

Pembukaan pada acara penyuluhan tersebut cukup menyenangkan hingga sampailah pada seorang penyuluh yang menjelaskan persoalan keputihan pada alat reproduksi perempuan. Beliau bercerita tentang salah seorang pasiennya yang mengalami keputihan yang parah. Alih-alih menerangkan penyebab dan cara mengatasi keputihan, sesi itu justru berlangsung seperti acara gosip yang tengah membicarakan seseorang yang bermasalah.

Saya masih mengingat ekspresi beliau yang seolah memancarkan kejijikan atas keputihan yang menimpa pasiennya. Pada penyuluhan itu, satu pesan yang kami terima ialah agar menjaga pergaulan dengan lawan jenis. Pesan yang kami tidak mengerti korelasinya dengan masalah keputihan. Penyuluh seolah hendak menyampaikan bahwa keputihan yang dialami pasiennya dikarenakan pergaulannya dengan lawan jenis yang telah melewati batas kewajaran.

Pada penyuluhan itu, kami seharusnya diberitahu hal-hal yang menyebabkan keputihan. Pada penyuluhan itu pula, kami seharusnya mendapat pengetahuan bahwa keputihan tidak selalu pertanda buruk. Akan tetapi, itu adalah hal normal yang dapat terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, hingga masa subur.

Pada penyuluhan itu, kami seharusnya diberitahu cara merawat area kewanitaan. Kami seharusnya diberitahu bahwa cara mencucinya ialah dari depan ke belakang. Kami seharusnya diberitahu bahwa mencuci dengan air lebih baik ketimbang dengan sabun yang berpotensi mengubah kadar pH yang normal. Kami harusnya diberitahu bahwa keputihan berbeda antara setiap orang. Kami seharusnya diberitahu mana keputihan yang normal dan mana yang perlu diwaspadai. Sayang hal-hal itu hampir tidak diterangkan.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Membenahi Permasalahan Remaja pada Hari Remaja Internasional

Berita Sesudah

Cerpen “Telur Kemerdekaan” Karya Otriramayani dan Ulasannya oleh Azwar, M.Si.

Berita Terkait

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Minggu, 12/10/25 | 19:23 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Entah mengapa, hari itu saya hanya ingin mendengarkan satu lagu. Satu lagu saja! Padahal...

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Ada satu fenomena unik yang saya kira hampir semua kita pernah...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pilihan dan Segala yang Beda-Beda Tipis

Minggu, 28/9/25 | 21:25 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang ungkapan “beda-beda tipis” atau “sebelas dua belas”. Ternyata, maknanya...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Beda-Beda Tipis, Hidup Tetap Manis

Minggu, 21/9/25 | 19:27 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Pernahkah mengalami kebingungan saat membeli pakaian? Misalnya, dihadapankan pada dua kemeja berwarna biru tua...

Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Seorang bos Yakuza pensiun, lalu ia memutuskan untuk menjadi bapak rumah...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Harmoni dalam Kata: Mantra sebagai Representasi Kearifan Lokal

Minggu, 07/9/25 | 15:34 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Mantra merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun...

Berita Sesudah
Cerpen “Telur Kemerdekaan” Karya Otriramayani dan Ulasannya oleh Azwar, M.Si.

Cerpen "Telur Kemerdekaan" Karya Otriramayani dan Ulasannya oleh Azwar, M.Si.

Discussion about this post

POPULER

  • Walikota Padang Fadly Amran bersama Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara saat meninjau rehabilitasi saluran drainase dipadang pasir, Rabu (8/10). (Foto: Ist)

    Walikota Apresiasi Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara Dalam Rehabilitasi Saluran Drainase di Padang Pasir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kolaborasi Legislator PKB Hadirkan Listrik untuk 584 KK di Sijunjung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyicil dari Hasil Arisan, Ketuk Pintu Baitullah hingga Lahirkan Warisan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenlu RI Dukung Kota Padang Kerjasama Dengan Hildesheim Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Persiapkan Tenaga Kesehatan Untuk Ke Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024