Istilah sinonim dan antonim tidak asing lagi bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Istilah ini sudah sering diperkenalkan kepada siswa sejak Sekolah Dasar. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki kesamaan makna, sedangkan antonim adalah lawan kata. Ya, secara umumnya memang demikian. Namun, apakah ruang lingkup sinonim dan antonim sesederhana definisi yang kita kenal tersebut? Mari kita bahasa secara detail.
Di dalam ilmu bahasa, sinonim dan antonim tergolong dalam lingkup “relasi makna”. Relasi makna ini mencakupi kata, frasa, atau kalimat yang memiliki keterkaitan makna dengan kata, frasa, atau kalimat lainnya. Keterkaitan makna tersebut bisa berupa kemiripan, perbedaan, kategori, dan sebagainya. Pada edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini, penulis akan memaparkan segala hal yang berkaitan dengan sinonim dan antonim. Pembahasan pertama adalah sinonim. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sinonim memiliki makna “bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain; muradif”. Rangkuman pendapat dari berbagai ahli bahasa juga demikian.
Ada yang perlu kita perhatikan dari pengertian sinonim tersebut. Ada beberapa kata yang dikategorikan sebagai “bermakna sama” dan ada juga yang dikategorikan sebagai “bermakna mirip”. Artinya, dalam hubungan makna tersebut, ada kata yang bisa saling menggantikan dan ada juga yang tidak bisa. Oleh sebab itu, batasan hubungan makna antara dua kata atau lebih tersebut juga dibatasi dengan kata “mirip”. Sebagai contoh, kita sepakat bahwa kata bapak, ayah, dan papa tergolong kata yang bersinonim. Akan tetapi, penggunaannya tidak bisa saling menggantikan untuk beberapa konteks. Mari perhatikan kalimat berikut!
- Bapak saya sedang bekerja.
- Ayah saya sedang bekerja.
- Papa saya sedang bekerja.
Kata bapak, ayah, dan papa pada tiga kalimat tersebut memiliki konteks makna yang sama yaitu, kata sapaan untuk orang tua laki-laki. Akan tetapi, pada konteks yang berbeda, kata-kata itu tidak bisa saling menggantikan. Contohnya bisa dilihat pada kalimat berikut, “Bapak Joko Widodo mengunjungi Sumatera Barat”. Kata bapak pada kalimat tersebut tidak bisa digantikan dengan kata ayah atau papa. Hal ini disebabkan kata bapak memiliki makna lain yang tidak dimiliki oleh kata ayah dan papa. Kata bapak selain bermakna orang tua laki-laki, juga bisa diberikan kepada laki-laki yang lebih tua dan digunakan secara umum. Dengan demikian, kita bisa memahami bahwa kata-kata yang bersinonim tidak selamanya memiliki “kesamaan makna”, tetapi juga sekadar “kemiripan makna”. Contoh lainnya bisa dilihat pada kalimat-kalimat berikut!
- Perempuan itu adalah tetangga saya.
- Wanita itu adalah tetangga saya.
Kata perempuan dan wanita di dalam dua kalimat ini memiliki makna yang mirip. Mengapa mirip? Sebab ada konteks lain yang membuat dua kata ini tidak bisa saling menggantikan. Contohnya pada kalimat “Anak perempuan saya akan menikah”. Kata perempuan pada kalimat ini tidak bisa digantikan dengan kata wanita. Oleh sebab itu, makna katanya tidak bisa dikategorikan “sama” karena masih ada perbedaan konteks.
Selanjutnya, kita akan membahas bentuk satuan bahasa yang bersinonim. Sinonim ada yang melingkupi satuan kata, frasa, juga kalimat. Artinya, sinonim tidak semata hanya ada di dalam kata. Berikut ini adalah penjelasannya. Sinonim yang terdapat dalam satuan kata sangat mudah ditemukan seperti: mudah – gampang, sulit – susah, cepat – kencang – deras, melihat – menatap – melirik – memandang, laki-laki – lelaki – pria, bunga – kembang, kursi – bangku, ganti – tukar – ubah, dan senang – bahagia – gembira. Selain dalam satuan kata, sinonim juga terdapat dalam satuan frasa. Frasa adalah satuan bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang nonpredikatif dan hanya bisa menempati satu unsur di dalam kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan saja). Sinonim yang terdapat di dalam satuan frasa adalah:
- Tutup usia – meninggal dunia – telah tiada
- Anak pertama – anak sulung
- Anak terakhir – anak bungsu
- Sepak bola – bola kaki
Selain itu, sinonim juga terdapat di dalam kalimat. Ada dua kalimat yang memiliki kemiripan makna. Sinonim yang terdapat di dalam kalimat adalah:
- Tania membeli baju itu – Baju itu dibeli oleh Tania.
- Miko akan memperistri Cilla – Cilla akan diperistri oleh Miko.
Pembahasan selanjutnya adalah antonim. Secara umum, antonim dikenal dengan istilah “lawan kata” dengan pemahaman sebuah kata memiliki makna yang berlawanan dengan kata lainnya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), antonim memiliki makna “kata yang berlawanan makna dengan kata lain; leksem yang berpasangan secara antonimi”. Perlu ditegaskan di sini, bahwa yang “berlawanan” adalah makna kata bukan bentuk kata. Kata-kata yang berantonim sering ditulis dengan menggunakan tanda baca ><. Contoh-contoh kata yang berlawanan makna adalah panas >< dingin, tua >< muda, laki-laki >< perempuan, dan sebagainya. Antonim memiliki beberapa jenis, yaitu antonim relatif, antonim mutlak, antonim relasi, antonim hierarki, dan antonim majemuk. Berikut ini adalah penjelasannya.
Pertama, antonim relatif. Beberapa ahli bahasa juga menyebut jenis ini sebagai antonim kutub. Antonim relatif atau antonim kutub adalah dua kata yang memiliki perlawanan makna memiliki level atau tingkatan yang bisa diselipi oleh kata atau frasa lain. Biasanya, antonim relatif ini terdapat di dalam kelas kata adjektiva (kata sifat). Kita bisa mengambil dua kata yang berlawanan seperti panas >< dingin. Di antara dua kata yang berlawanan ini, masih bisa diselipi oleh kata atau frasa lain seperti sangat dingin, sejuk, hangat, dan sangat panas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tingkatan berikut:
- sangat panas
- panas
- hangat
- normal
- sejuk
- dingin
- sangat dingin
Oleh sebab itu, jenis ini disebut juga sebagai antonim kutub karena posisi frasa sangat panas dan sangat dingin seperti berada di dua posisi kutub (utara dan selatan) yang di antaranya bisa diselipi oleh daratan lainnya. Jenis antonim ini berlaku untuk hampir semua kata sifat sebab kata sifat bisa ditambah dengan kata keterangan sangat, agak, sedikit, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah mahal >< murah (ada sangat mahal dan sangat murah), besar >< kecil, jauh >< dekat, tinggi >< rendah, panjang >< pendek, dan sebagainya.
Kedua, antonim mutlak. Cakupan antonim mutlak berlawan dengan antonim relatif. Artinya, antonim mutlak tidak memiliki level atau tingkatan seperti antonim relatif. Contoh dari antonim mutlak adalah hidup >< mati. Di antara dua kata hidup dan mati, tidak ada sangat hidup, hampir hidup, atau agak hidup. Jika tidak hidup, berarti mati. Oleh sebab itu, disebut sebagai antonim mutlak karena pasangan kata yang berlawanan maknanya sudah pasti dan tidak bisa ditambah atau diselipi oleh kata atau frasa lainnya.
Ketiga, antonim relasi. Dari kata relasi, kita sudah bisa memahami bahwa dua kata yang berlawanan makna memiliki “hubungan”. Contoh dari antonim relasi ini adalah suami >< istri, kakek >< nenek, penjual >< pembeli, guru >< murid, dosen >< mahasiswa, dokter >< pasien, laki-laki >< perempuan, dan paman >< bibi. Masing-masing dua kata ini memiliki makna yang berbeda, akan tetapi setiap makna tersebut memiliki “hubungan” dalam penggunaannya.
Keempat, antonim hierarki. Antonim hierarki hampir mirip dengan antonim relatif yang memiliki level atau tingkatan. Akan tetapi, antonim hierarki memiliki tingkatan atau level yang sudah dibentuk secara resmi seperti gram dengan kilogram, meter dengan sentimeter, liter dengan kiloliter, dan sebagainya. Kelima, antonim majemuk. Jika sebelumnya satu kata memiliki satu kata yang berlawan makna, pada antonim majemuk, satu kata memiliki banyak kata yang berlawanan makna. Contohnya adalah kata diam. Kata diam memiliki lawan makna yang banyak, yaitu kata gerak (bergerak), berbicara, berjalan, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, mari kita cek makna kata diam di dalam KBBI. Kata diam memiliki makna “tidak bersuara (berbicara); tidak bergerak (tetap di tempat); tidak berbuat (berusaha) apa-apa”. Selanjutnya, ada kata jelek yang bisa berlawanan dengan cantik, tampan, bagus, dan indah.
Inilah penjelasan mengenai sinonim dan antonim yang ternyata cukup banyak batasan-batasannya. Apalagi, semakin lama, bahasa juga akan semakin berkembang. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kata-kata yang bersinomin dan berantonim juga akan mengalami banyak perubahan. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post