Sahabat
Cerpen: Khansa Adelia Harinda
Resa, berumur sebelas tahun, ketika dia bersekolah di SMP 01 Nusantara. Waktu itu adalah hari Senin, hari pertama masuk sekolah di kelas 1 SMP itu. Ia berangkat ke sekolah diantar oleh ayah dan bundanya seperti kebanyakan siswa lainya. Di sekolah ia bertemu dengan teman-teman lain dan tentu saja guru-guru yang menyambutnya dengan senyuman. Tidak lama sesampai di sekolah, bel tanda masuk berbunyi. Guru sudah menunggu muridnya di kelas masing-masing, Resa pun masuk ke dalam kelasnya.
“Assalamualaikum” ujar Resa dengan lembut.
Pada hari pertama masuk sekolah semua kelas melakukan perkenalan, ibu guru melakukan perkenalan terlebih dahulu. “Assalamualaikum, perkenalkan nama ibu, Ibu Tasya Wulandari, biasa di panggil Bu Tasya. Nah, sekarang anak-anak ibu yang melakukan perkenalan ya…” ujar Bu Tasya.
“Iya Bu,” ujar siswa dengan serempak dan semangat. Di barisan Resa, ia mendapatkan giliran yang ke dua. Nama temannya yang mendapatkan giliran pertama adalah Alisa. Alisa pun memperkenalkan dirinya.
“Assalamualaikum, perkenalkan namaku Alisa, aku dari SD 11 Bhayangkara, aku berumur 11 tahun, tinggal di Jalan Mangga Nomor 5,” ujar Alisa.
“Baik, terima kasih Alisa atas perkenalannya,” ujar Bu Tasya.
“Sama-sama Bu,” ujar Alisa dengan sopan.
“Selanjutnya yang memperkenalkan diri adalah Resa, silahkan Resa perkenalkan dirinya!” ujar Bu Tasya lagi.
“Baik Bu,” ucap Resa.
“Assalamualaikum, perkenalkan namaku Resa, umur ku 11 tahun, aku tinggal di Jalan Manggis Nomor 2,” ujar Resa.
Setelah Resa selesai memperkenalkan dirinya, dilanjutkan oleh teman di sampingnya. Setelah semua selesai memperkenalkan diri masing-masing, Bu Tasya menjelaskan tentang pelajaran yang akan kami ikuti bersamanya beberapa waktu ke depan. Tak lama setelah itu bel tanda istirahat pun berbunyi. Teman-teman pergi ke luar kelas, Resa juga ingin pergi ke kantin, tapi di kelas dia lihat Alisa masih duduk di kursinya.
“Hmm, Alisa ayo ke kantin,” ajak Resa.
Alisa terlihat ragu untuk mengikuti ajakan Resa. Tapi karena wajah Resa seperti memaksa, Alisa akhirnya mengikuti ajakan Resa pergi ke kantin. Sesampai di kantin, Resa memilih makanan yang dia suka. Sementara Alisa diam saja memilih tempat duduk di pojok kantin.
“Alisa, kamu tidak jajan?” tanya Resa.
“Hmm…, tidak, “ jawab Alisa ragu-ragu dan mungkin dengan rasa malu. Resa pun jadi serba salah karena itu. Dia menawarkan untuk berbagi makanan, tapi Alisa menolaknya. Setelah 25 menit berlalu, bel masuk pun berbunyi, semua guru menghimbau anak muridnya untuk masuk ke kelas masing-masing. Resa dan Alisa pun bergegas masuk ke dalam kelas mereka. Selama pelajaran berjalan setelah kejadian di kantin itu, Resa benar-benar tidak bisa konsentrasi, pikirannya masih disita oleh kejadian yang menyisakan perasaan tidak enak itu.
Sepulang sekolah, Resa dan Alisa sama-sama keluar kelas, Resa menunggu orang tua menjemputnya di parkiran sekolah. Sementara itu Alisa berjalan ke luar naik kendaraan umum. Resa ingin mengajak Alisa pulang bersamanya, tapi Alisa sudah duluan meninggalkan sekolah.
****
Keesokan harinya, ayam pun berkokok dan alarm Resa pun berbunyi “kringgg…kringgg…” Resa pun terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Resa langsung pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan berwudhu untuk sholat subuh berjamaah bersama dengan orang tuanya. Setelah itu, ia besiap-siap untuk pergi kesekolah.
“Resa ayo cepat, nanti kita terlambat,” ujar ayah kepada Resa.
“Iya ayah,” ujar Resa kepada ayah.
Begitulah pagi itu, Resa memulai harinya dengan semangat untuk menuntut ilmu. Rutinitas pagi itu dia ikuti dengan bahagia. Setelah sampai di sekolah, Resa melihat Alisa sudah duduk di dalam kelas.
“Alisa, sudah datang duluan?” ujar Resa berbasa-basi pada Alisa.
“Hai Resa,” ujar Alisa kepada Resa dengan senyum bahagia.
Pagi itu seperti biasa, Resa mengikuti pelajaran pada jam pertama di sekolahnya. Jam istirahat dia melihat Alisa masih tidak ke luar kelas, dia tidak enak karena kejadian kemarin. Alisa mengeluarkan bekalnya, beberapa potong roti di dalam kotak bekal makanannya.
“Resa, kamu mau?” tanya Alisa.
“Hmm.., “ Resa terlihat ragu-ragu.
“Ayo tidak apa-apa,” bujuk Alisa.
Resa akhirnya mengambil sepotong roti yang ditawarkan Alisa. Di waktu istirahat itu, mereka banyak bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Sejak kejadian di kantin kemarin Resa jadi mengerti bagaimana kehidupan Alisa, perlahan dia kagum pada teman barunya itu.
****
Setelah beberapa lama berteman, persahabatan mereka semakin kuat. Bahkan, mereka berdua selalu bermain dan belajar bersama, yang penting tiada hari tanpa Resa dan Alisa. Resa kadang mengajak Alisa belajar bersama di rumahnya, tapi Alisa tidak bisa leluasa pergi bermain bersama Resa.
Suatu hari Resa berkunjung ke rumah Alisa. Dia jadi mengerti tentang kehidupan temannya yang sederhana itu. Sehari-hari ibu Alisa berjualan makanan kecil-kecilan di depan rumah mereka. Sepulang sekolah, kadang Alisa membantu ibunya, oleh sebab itu Alisa tidak bisa terus-terusan bermain bermasa Resa. Walau kehidupan Alisa begitu sederhana, Resa kagum dengan semangat belajar Alisa.
“Resa, suatu saat kita harus kuliah, menempuh pendidikan tinggi di tempat yang sama-sama kita impikan,” begitu ucap Alisa.
“Dengan kehidupan keluargaku seperti ini, aku tidak tau harus bagaimana bisa kuliah, tapi yang penting niat baik ini sudah kusampaikan dan sebagai sahabat kamu saksinya Resa,” Alisa begitu kelihatan dewasa ketika berkata seperti itu. Resa semakin mengagumi sahabatnya itu.
****
Waktu terus berjalan, tak terasa lama, mereka sudah melakukan ujian sekolah. Saat penerimaan rapor Resa dan Alisa bertemu. Setelah sekian lama mereka berdua tidak bertemu karena libur setelah ujian.
“Alisa, apa kabar, udah lama kita nggak ketemu, ya?” tanya Resa kepada Alisa membuka kata.
“Iya, alhamdulillah aku sehat, kamu sehat kan?” tanya Alisa kepada Resa.
Setelah lama berbincang berdua, Alisa pun menanyakan nilai yang diperoleh Resa. Meyakinkan bahwa nilai mereka itu nanti bisa mengantarkan mereka meraih mimpi masing-masing.
“Resa berapa nilai kamu?” tanya Alisa.
“Alhamdulillah bagus, kalau kamu?” tanya Resa kepada Alisa.
“Alhamdulillah juga bagus, kita kan belajarnya bersama-sama,” jawab Alisa.
Setelah waktu penerimaan rapor selesai, para siswa masih berlibur. Pada hari libur ini, kalau ada waktu senggang, biasanya Resa mengirim pesan kepada Alisa.
****
Tahun-tahun berlalu, mereka berdua telah bersiap untuk masuk ke sekolah baru, SMA Nusantara. Sejauh perjalanan waktu, mereka masih bersahabat, Resa dan Alisa walau kehidupan mereka yang berbeda tapi kedua sahabat itu saling menguatkan. Resa dengan kehidupan yang lumayan berkecukupan kadang menguatkan Alisa yang hidupnya pas-pasan. Alisa pun yang rajin kadang menjadi tempat bertanya bagi Resa.
“Insyaallah, kita bersahabat dalam kebaikan, nanti kita akan sama-sama kuliah,” suatu hari mereka bertekad untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Waktu ini terasa cepat, sekarang mereka sudah kelas tiga, waktunya untuk mempersiapkan diri mengikuti tes masuk perguruan tinggi.
“Aku ingin kuliah, walaupun aku tidak tau bagaimana cara untuk membiayainya,” ucap Alisa sambal memandang awan-awan di langit. Resa, temannya melirik dengan sudut mata. Ia bersimpati pada temannya itu.
“Insyaallah ada jalan Alisa, Tuhan pasti mendengar doa-doa kita,” ucap Resa. Kedua sahabat itu terus berjalan saling menguatkan satu sama lainnya.
Manusia bisa berencana, tapi Tuhan yang maha mengatur segalanya punya skenario untuk hidup manusia. Alisa dan Resa dipisahkan oleh nasib dan keadaan. Karena berpisah dengan sahabat terbaiknya, Resa dan Alisa masih bisa saling mengirim pesan atau menelfon. Namun kadang mereka berdua sama sama sibuk belajar dan banyak hal lain yang harus mereka kerjakan.
Akhirnya waktu memang membuat jarak antara mereka. Mereka berdua memang susah untuk membagi waktu agar bisa berkomunikasi seperti dulu lagi. Resa sering murung di sekolah barunya, karena terlalu sering murung, Resa pun mulai merenung sejenak.
“Kenapa aku harus berpisah dengan sahabatku di waktu ini? padahal ini adalah waktu yang bahagia untuk kami berdua, padahal kami selalu melakukan semua hal berdua, suka duka kami lewati bersama. Mmm…tapi, kami berdua telah berjanji untuk selalu mengejar mimpi dan cita cita, baiklah, aku harus selalu mengingat janji itu, janji kami berdua.”
****
Setelah lulus SMA, Resa karena memang didukung oleh orang tuanya akhirnya bisa kuliah di Al Azhar, Mesir. Suatu sore sepulang dari kampus, Resa lama termenung di negeri yang jauh itu. Karena jauh dari keluarga, Resa mencoba mengambil diarinya yang sudah lama menemani hidupnya. Dia balik buku yang sudah cukup tua itu, tiba-tiba dia melihat selembar foto dia dengan sahabatnya dulu, Alisa.
“Maafkan aku sahabat, semangatmu ikut mengantarku ke negeri yang jauh ini, negeri impian para penuntut ilmu, tapi aku tidak tau bagaimana nasibmu kini,” ucap Resa. Sambil membolak-balik halaman diarinya itu, Resa mengingat Alisa yang jauh darinya. Temannya itu tidak bisa melanjutkan kuliah, bukan karena tidak pintar, tapi kadang nasib memang tidak berpihak pada orang-orang pintar. Karena tidak ada biaya, Alisa tidak melanjutkan kuliahnya.
****
Setelah hampir setahun kuliah di Al Azhar, Resa sudah mengikuti beberapa perkuliahan. Tahun ini seperti kebanyakan teman-temannya dari Indonesia, Resa tidak pulang ke Indonesia. Kuliah di luar negeri tentu tidak bisa seperti kuliah di Jakarta atau kota lain di Indonesia yang setiap libur bisa pulang kampung.
Untuk mengisi waktu liburnya, Resa ingin pergi ke perpustakaan kampus. Dia ingin menyibukkan diri dengan hal-hal berguna. Saat sedang menyusuri lorong-lorong kampus, Resa melihat seorang gadis yang sangat ia kenal. Dia ikuti gadis itu, semakin dekat ia semakin yakin itu adalah orang yang dia kenal.
“Resa…!” ucap perempuan itu sambal tersenyum padanya.
“Eh, Alisa? ini beneran kamu?” tanya Resa tidak percaya.
“Iya ini aku,” ucap Alisa lagi.
“Akhirnya kita bertemu disini Alisa,” jawab Resa.
“Bagaimana ceritanya kamu bisa di kampus ini?”
“Panjang ceritanya, Resa…”
“Tuhan mendengar doa-doa kita,” ucap Alisa tersenyum. Alisa, perempuan tegar itu masih tersenyum. Tapi Resa hampir saja menangis terharu melihat sahabatnya itu akhirnya bisa menyusulnya ke Al Azhar, salah satu kampus tertua di dunia itu.
Alisa dan Resa merasa senang dan mereka berdua berpelukan. Akhirnya Resa dan Alisa bertemu dan tidak akan berpisah selamanya. (*)
Biodata Penulis
Khansa Adelia Harinda merupakan siswi SMPIT Cahaya Hati, Bukittinggi. Ia hobi membaca, berenang, dan bermain sepeda. Khansa mengikuti juga belajar menulis yang dibimbing oleh guru di sekolahnya.
Fungsi Moral dan Dikdatif dalam Karya Sastra
(Ulasan Cerpen “Sahabat” Karya Khansa Adelia Harinda)
Oleh: Azwar, M.Si.
(Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta UPNVJ dan Anggota Forum Lingkar Pena)
Karya sastra sebagai sebuah karya cipta manusia merupakan hasil olah rasa yang merupakan cerminan dari kehidupan manusia. Apapun jenis karya sastra itu, pada dasarnya ia merupakan tiruan dari kehidupan manusia yang dibuat dengan imajinasi pengarangnya. Menurut Sapardi Djoko Damono, Sastrawan dan juga Guru Besar Universitas Indonesia menyampaikan bahwa sastra dapat diartikan sebagai sebuah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Sastra juga menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia dan kehidupan tersebut adalah suatu kenyataan sosial.
Sementara Mursal Esten (2013), Kritikus Sastra dan juga mantan Dosen Ilmu Susastra di IKIP Padang (Sekarang Universitas Negeri padang (UNP)) berpendapat bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai bentuk perwujudan atau manifestasi dari kehidupan manusia dan masyarakat. Dalam sastra, penyampaiannya menggunakan bahasa dan memiliki efek positif bagi kehidupan manusia.
Lebih jauh Sapardi Djoko Damono juga menyampaikan bahwa karya sastra memiliki beberapa fungsi dalam masyarakat. Pertama, sastra memiliki fungsi rekreatif, sastra memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya. Kedua, sastra memiliki fungsi didaktif, yaitu karya sastra mampu mendidik pembaca karena nilai kebenaran yang ada di dalamnya. Ketiga, sastra memiliki fungsi estetis yaitu karya sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya. Keempat, sastra memiliki fungsi moralitas yaitu karya sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembacanya karena karya sastra mengandung ajaran moral yang tinggi. Kelima, karya sastra memiliki fungsi religius, yaitu sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang bisa diteladani pembaca.
Terkait dengan fungsi karya sastra di atas, dalam banyak kasus sebuah karya sastra bisa memuat lima fungsi tersebut. Namun ada beberapa karya yang hanya memuat beberapa fungsi dari karya sastra tersebut. Pada bentuk lain juga ditemukan karya sastra yang lebih unggul pada salah satu fungsi karya sastra sebagaimana disebutkan di atas dan lemah pada fungsi lainnya. Artinya tidak ada yang mutlak atau tidak ada keharusan terkait dengan penerapan fungsi karya dalam karya sastra.
Kreatika edisi ini memuat sebuah cerpen berjudul “Sahabat” karya Khansa Khansa Adelia Harinda siswi SMPIT Cahaya hati Bukittinggi. Cerpen Sahabat bercerita tentang Resa dan Alisa dua orang sahabat sejak SMP yang memaknai persahabatan mereka sebagai sebuah jalan menuju kebaikan mencapai cita-cita. Persahabatan bagi remaja itu dimaknai sebagai hal positif tempat saling memotivasi dan tempat saling berbagi.
Resa dan Alisa walaupun kehidupan mereka berbeda secara ekonomi, namun akhirnya mereka bisa saling memahami. Bahkan persahabatan Resa dan Alisa membuat mereka bisa memiliki cita-cita yang sama untuk bersama-sama melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Walaupun belum tahu bagaimana cara Tuhan mengabulkan impian mereka itu, namun yang pasti kedua sahabat itu yakin doa-doa baik mereka akan dikabulkan Allah SWT.
Begitulah setelah persahabatan itu berjalan bertahun-tahun dan pada saat SMA mereka harus terpisah sehingga komunikasi antara kedua sahabat itu semakin jarang. Namun persahabatan yang baik yang sudah mereka jalani membuat semangat mereka untuk menuntut ilmu sama-sama masih ada.
Resa akhirnya diterima kuliah di Al Azhar, Mesir, kampus idaman para penuntut ilmu. Dia tahu sahabatnya Alisa tidak dapat melanjutkan pendidikan karena terbentur biaya. Namun Resa suatu waktu dikejutkan dengan kehadiran Alisa di kampus yang sama tempat dia menuntut ilmu. Dia terharu, Allah SWT benar-benar mendengar doa baik mereka agar bisa sama-sama menuntut ilmu di tempat yang dicita-citakan banyak remaja muslim di Indonesia.
Pesan moral dari cerita ini tentu bisa dibaca oleh pembaca. Setidaknya semangat menuntut ilmu tidak akan bisa dipatahkan oleh keadaan apapun, contohnya keterbatasan ekonomi dan lain sebagainya. Tuhan memberi jalan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Niat baik itu akan didukung oleh semesta raya sampai terwujud menjadi kebaikan.
Jika dilihat dari fungsi karya sastra seperti yang disampaikan Sapardi Djoko Damono, cerpen ini mengandung fungsi edukatif yang kuat. Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, karya sastra bisa saja memuat semua fungsi yang jabarkan di atas, namun bisa juga memuat fungsi-fungsi tertentu saja. Cerpen “Sahabat” karya Khansa ini tentu banyak kekurangan, namun karya pelajar SMPIT Cahaya Hati ini perlu diapresiasi. Setidaknya penulis sudah berusaha menyampaikan gagasannya tentang persahabatan yang dilandasi kebaikan.
Sesuatu yang baik bisa menciptakan kebaikan-kebaikan selanjutnya. Persahabatan yang baik walau memiliki banyak tantangan, tentu saja bisa melahirkan kebaikan. Persahabatan Resa dan Alisa yang dilandasi kebaikan menghasilkan semangat yang baik dalam menuntut ilmu. Bahkan doa-doa mereka agar bisa kuliah di perguruan tinggi hebat di dunia bisa tercapai dengan ikhtiar dan doa itu.
Karya sastra memang bekerja dengan caranya sendiri untuk memberi manfaat pada pembacanya. Banyak pembaca karya sastra termotivasi oleh karya yang mereka baca. Sederet karya sastra seperti novel Laskar Pelangi (Andrea Hirata), cerpen “Ketika Mas Gagah Pergi” (Helvy Tiana Rosa), novel Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer), dan karya sastra lainnya telah memotivasi banyak pembaca, memberi semangat untuk sesuatu yang baik. Inilah salah satu fungsi karya sastra itu, ia bisa menggerakkan manusia. (*)\
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca.
Discussion about this post