Jumat, 17/10/25 | 00:02 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home DESTINASI

Menikmati Panorama Lereng Merapi dan Jembatan Girpasang dari Gondola

Sabtu, 01/4/23 | 14:58 WIB

Oleh: Ria Febrina
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada)

 

Kalau teman-teman berada di Klaten, singgahlah ke Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang. Jaraknya dari Yogyakarta memang cukup jauh, hampir dua jam, tetapi kita bisa menikmati pemandangan alam dan suasana desa yang sejuk dan dingin.

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB
Dekan FIB Unand Lantik Manajer dan Laksanakan Sertijab Kaprodi Sastra Indonesia

Dekan FIB Unand Lantik Manajer dan Laksanakan Sertijab Kaprodi Sastra Indonesia

Senin, 22/9/25 | 15:03 WIB

Di sana sudah ada destinasi wisata yang bernama Jembatan Gantung Girpasang. Jembatang gantung yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) ini membentang sepanjang 120 meter. Jika teman-teman berada di jembatan dan melihat ke arah bawah, di sana terhampar lembah dengan kedalaman 150 meter. Teman-teman bisa membayangkan betapa indahnya tempat ini. Sepanjang mata memandang terdapat hamparan hijau dan bukit menjulang yang cantik saat diterpa matahari. Tak salah jika Wisata Girpasang ini mendapat Juara 1 Anugerah Pesona Indonesia kategori wisata dataran tinggi pada tahun 2022.

Jika kabut turun menyelimuti Desa Tegalmulyo dan teman-teman sedang berada di Jembatan Gantung Girpasang, kita seakan-akan berada dalam suasana menuju negeri di atas awan. Saat cuaca panas saja, kita bisa merasakan udara sejuk hingga dingin. Pasti terbayang saat kabut menyelimuti. Kita bisa menikmati panorama dan keindahan alam lereng Gunung Merapi yang masih hijau dengan udara yang mulai menusuk kulit. Suasana yang sangat sulit ditemukan di kota-kota karena memberikan rasa syahdu tersendiri. Sungguh bahagia pastinya berada di lokasi ini.

Keindahan alam inilah yang ditawarkan membuat rasa lelah di perjalanan selama hampir dua jam terobati ketika kami sudah sampai di lokasi. Selain itu, kami juga ditawarkan sebuah wahana–yang sejak keberangkatan dari Yogyakarta memang menjadi incaran kami. Sebuah wahana yang bernama gondola, yaitu kabin untuk dinaiki para penumpang saat berada di kereta gantung.

Saat teman-teman sampai di lokasi, kita akan disambut langsung oleh gondola sederhana yang berwarna oranye. Gondola ini merupakan wahana pertama yang bisa dinaiki untuk menyeberangi lembah. Kita bisa menaiki gondola ini bersama tiga orang teman. Hanya dengan membayar 60 ribu, kita sudah bisa merasakan pengalaman melayang di atas lembah sembari menikmati pemandangan di sekitarnya.

Gondola ini jalannya sangat pelan. Memang butuh mental dan keberanian untuk menaiki gondola karena akan ada hentakan pada awal perjalanan. Sebuah sensasi yang menakjubkan. Setelah itu, perasaan di dalam gondola tidak akan terlalu menakutkan, tidak seperti berada di puncak bianglala. Kita hanya perlu menciptakan rasa nyaman sembari berpegangan di gantungan tangan yang disediakan. Lebih cepat rasa nyaman itu muncul, akan semakin nikmat menaiki gondola.

Foto doc.: Penulis dan teman-teman saat berada di dalam gondola

Teman-teman bisa perlahan-lahan memandang ke arah bawah, ke lantai gondola yang terdiri atas jaring-jaring besi. Jaring-jaring itu membuat kita bisa menikmati pemandangan ke arah bawah lembah yang dipenuhi pemandangan hijau. Kita bak melihat hutan dari atas langit. Selain itu, tentunya kita bisa memandang ke sekitar lembah, menyaksikan lereng Gunung Merapi dari kejauhan yang dihiasi dengan pohon dan rumah-rumah penduduk.

Kalau memandang ke arah tempat berangkat, kita akan melihat kafe-kafe yang menyajikan kursi-kursi taman yang estetis. Begitu juga ketika memandang ke arah Gunung Merapi, di sana ada kafe yang menyediakan tempat duduk di bawah replika rumah kaca yang berbentuk segitiga atau kursi-kursi taman di atas bukit yang luas. Kalau memandang ke arah tujuan, kita akan melihat tulisan besar “Kampung Girpasang, Desa Tegalmulyo”. Tulisan besar berwarna merah menjadi pemikat saat kita memandang dari dalam gondola. Warna merah yang dipilih memberi kekuatan bahwa desa ini menyambut kita untuk datang ke sana.

Meskipun agak ngeri, kita bisa menikmati waktu berfoto dan mengambil video di dalam gondola. Memang perlu ekstra hati-hati ketika memegang handphone atau kamera. Jika benda yang paling dicinta ini jatuh, tidak akan ada cara untuk mengambilnya kembali. Meskipun demikian, dengan sikap yang berhati-hati, kita bisa berfoto bersama teman dan keluarga di dalamnya.

Untuk mendapatkan foto yang estetis, teman-teman yang bepergian dengan rombongan bisa minta diambilkan foto dari arah jembatan. Saat kita berada di atas gondola yang sedang bergerak dan kemudian gondola sedang berada persis di tengah lembah, saat itulah kamera sangat bagus dijepret. Sebuah foto akan merekam suasana saat kita melayang berada di atas lembah. Namun, saat kita bepergian berdua, bertiga, atau berempat, tentu momen ini tidak akan terabadikan. Inilah yang kemudian menjadi catatan saya untuk wisata ini.

Kita belum menemukan kesiapan masyarakat untuk menyajikan pengalaman berwisata di sini sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat di Tebing Breksi. Di Tebing Breksi, beberapa orang akan berada di spot-spot yang dapat membantu untuk mengambilkan gambar terbaik bagi para pengunjung. Setelah gambar diambil, para pengunjung dapat memberikan uang secara sukarela karena mereka sudah dibantu. Meskipun belum ada, teman-teman masih bisa mengambil momen yang sama saat melihat orang lain menaiki gondola.

Saat turun dari gondola, teman-teman akan disambut dengan tulisan besar berwarna merah tadi. Berfotolah di depan tulisan “Kampung Girpasang, Desa Tegalmulyo” ini. Setelah itu, kita bisa duduk bersantai di gazebo, di teras kafe, atau di replika rumah kaca yang berbentuk segitiga sembari menikmati makanan dan minuman yang disajikan. Keramahan penduduk sangat tergambar dari menu dan harga yang ditawarkan. Harga makanan sangat murah dan terjangkau. Kita serasa belanja di dekat rumah sendiri.

Foto doc.: Penulis dan teman-teman saat berjalan di Jembatan Gantung Girpasang

Ketika sudah puas duduk, berfoto, menikmati makanan, serta menikmati kesejukan area itu, kita bisa kembali ke tempat awal dengan melewati Jembatan Gantung Girpasang. Carilah momen saat orang-orang tidak melewati jembatan. Berdiri di tengah-tengah jembatan sembari dipotret. Itu akan menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan.

Namun, jangan heran ketika berada di jembatan ini, penduduk lokal akan berseliweran dengan membawa sepeda motor mereka. Di atas sepeda motor akan ada hasil panen, seperti buah-buahan dan juga sayur-sayuran. Dari awal saat memasuki jembatan, kita akan melihat ke sebelah kanan sebuah kebun yang ditanami dengan cabe merah. Di ujung jembatan, saat kita menaiki tangga dan turun melewati jalan raya, kita akan disambut oleh penduduk lokal yang menjual aneka panen, seperti cabe merah, cabe hijau, alpukat, ubi-ubian, dan sayur-sayuran.

Kalau melangkah ke arah bawah hingga kembali ke pintu naik gondola, akan berjejer warung-warung yang menyajikan hasil panen lainnya di sana. Saat saya datang, buah-buahan, seperti durian, manggis, salak, alpukat, dan buah naga yang menggoda untuk dibeli. Teman-teman bisa membeli dan langsung memakan di sana atau dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Harga yang ditawarkan tidak mahal. Kita mendapatkan buah dan sayuran segar dari dusun ini.

Itulah sebab jembatan gantung ini dibangun. Jembatan Gantung Girpasang dibangun untuk menghubungkan Dusun Beringin dan Dusun Girpasang. Dulunya akses ke dusun ini sangat terisolasi. Sebelum jembatan dibangun, masyarakat harus bolak-balik membawa hasil panen mereka. Mereka harus melewati jalan setapak naik turun jurang yang dalamnya 150 meter tadi dengan jumlah 1001 anak tangga. Untuk mengangkut pakan ternak dan hasil panen, mereka dibantu dengan gondola kayu sederhana.

Dengan adanya jembatan ini, penduduk setempat tidak harus lagi naik turun tangga tersebut. Mereka bisa mengendarai motor dan membawa langsung pakan ternak dan hasil panen. Gondola kayu sederhana pun kemudian diganti dengan gondola besi yang kini dimanfaatkan untuk wisata. Gondola ini cukup aman dinaiki meskipun sebenarnya masih memerlukan banyak perawatan.

Beberapa bagian kaca di gondola sudah ada yang pecah. Lantai gondola yang berupa jaring-jaring besi juga sangat rentan membuat barang-barang penumpang bisa jatuh. Para penumpang juga tidak diberi safety belt gondola. Meskipun kereta gantung ini tertutup, segala peralatan keamanan memang harus disiapkan untuk menghindari segala kemungkinan terburuk. Keamanan pengunjung tetap harus menjadi bagian penting dalam wisata alam ini. Meskipun demikian, jangan takut menaiki gondola. Para penjaga selalu siaga di kedua sisi lembah. Gondola yang dijalankan dengan mesin ini selalu dipantau oleh mereka. Namun, menyiapkan perlengkapan lebih untuk wahana ini tentu menjadi salah satu cara terbaik agar para pengunjung merasa aman saat menaiki gondola.

Bagi saya, berkunjung ke Jembatan Gantung Girpasang benar-benar memberikan suasana yang sangat berbeda. Dari sekian banyak tempat wisata di Yogyakarta, tempat wisata ini bisa dibilang masih polos. Ketika berada di sini, kita harus memposisikan diri seperti berada di kampung sendiri. Kita harus berinisiatif menemukan jalan atau tempat untuk bersantai. Masyarakat belum diberi edukasi bagaimana seharusnya menyambut pengunjung. Meskipun demikian, kita tidak akan kecewa karena masyarakat masih ramah menyambut kita. Hanya saja bak pepatah, harus sering-sering bertanya. Ketika bertanya, penduduk setempat akan membantu untuk menunjukkan tempat atau fasilitas yang kita butuhkan.

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Memilih Kosakata yang Cocok untuk Anak-anak

Berita Sesudah

‘Mudik’ dan ‘Pulang Kampung’ dalam Perspektif Bahasa dan Sosial

Berita Terkait

Kota Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Tengah Gurun Arab Saudi

Kota Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Tengah Gurun Arab Saudi

Sabtu, 11/10/25 | 06:03 WIB

Jakarta, Scientia.id - Para arkeolog dari Prancis dan Arab Saudi menemukan sisa-sisa kota kuno berusia sekitar 4.000 tahun di barat...

Jejak Asteroid Purba di Dasar Laut Utara Akhirnya Terungkap

Jejak Asteroid Purba di Dasar Laut Utara Akhirnya Terungkap

Kamis, 02/10/25 | 09:26 WIB

Jakarta, Scientia.id - Selama lebih dari 20 tahun, Kawah Silverpit di dasar Laut Utara menjadi perdebatan sengit para ilmuwan. Ada...

Pedang Diduga Milik Firaun Berusia 3.000 Tahun Ditemukan

Pedang Diduga Milik Firaun Berusia 3.000 Tahun Ditemukan

Sabtu, 13/9/25 | 17:09 WIB

Jakarta, Scientia.id - Jejak kekuasaan Ramses II kembali terungkap. Para arkeolog Mesir baru-baru ini menemukan pedang diduga milik Firaun legendaris...

Lele Raksasa (Foto: Ist)

Pria ini Taklukan Lele Raksasa Ukurannya Nyaris Tiga Meter

Senin, 18/8/25 | 06:10 WIB

Lele Raksasa (Foto: Ist) Jakarta, Scientia.id - Seorang pemancing asal Republik Ceko kembali mengukir prestasi luar biasa di dunia perikanan....

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Senin, 11/8/25 | 09:57 WIB

Jakarta, Scientia.id - Situs prasejarah Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali jadi sorotan setelah tim kajian menduga usianya...

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Jumat, 08/8/25 | 06:12 WIB

Scientia.id - Terletak di selatan Prancis, Cap d’Agde dikenal sebagai desa naturis terbesar di dunia. Destinasi ini mewajibkan semua pengunjung...

Berita Sesudah
‘Mudik’ dan ‘Pulang Kampung’ dalam Perspektif Bahasa dan Sosial

‘Mudik’ dan ‘Pulang Kampung’ dalam Perspektif Bahasa dan Sosial

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024