Oleh: ALFITRI
(Dosen Departemen Sosiologi FISIP Universitas Andalas)
Hari Minggu Siang (18/09/22) kemarin kita dikejutkan oleh berita duka dari Kuala Lumpur. Prof. Azyumardi Azra, satu-satunya cendekiawan Indonesia yang mendapat gelar Sir dari Kerajaan Inggris, meninggal dunia dalam usia 67 tahun.
Sedianya beliau akan berbicara dalam seminar internasional bertajuk “Kosmopolitan Islam: Mengilham Kebangkitan, Meneroka Masa Depan”. Beliau sendiri sudah menyiapkan makalah yang berjudul “Nusantara Untuk Kebangkitan Peradaban: Memperkuat Optimisme dan Peran Umat Muslim Asia Tenggara”. Tapi dalam penerbangan beliau mendapat gangguan kesehatan, dan sempat dirawat di RS Serdang, Kuala Lumpur, sebelum akhirnya dipanggil Sang Khalik.
Saya teringat kenangan 13 tahun yang lalu. Tanggal 16 Mei 2009, di tengah kesibukannya yang padat, beliau sempat hadir sebagai salah seorang pembicara kunci dalam diskusi sehari kerjasama Kemenlu RI dengan FISIP Unand.
Selain beliau, dalam diskusi yang bertajuk “Hubungan Bilateral Indonesia dan Amerika Serikat di Era Pemerintahan Presiden Barack Obama” itu juga hadir pembicara lain dari UI, LIPI, Unpar, Kemenlu, dan Unand sendiri. Beliau tampak senang sekali dapat hadir dalam diskusi yang diadakan di Auditorium Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukittinggi itu. Bisa sekalian pulang kampung, katanya.
Sebagai cendekiawan yang juga alumni Amerika, dalam paparannya waktu itu, Prof. Azyumardi secara gamblang mengemukakan prospek positif hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat di masa Presiden Barack Obama. Menurutnya, terlebih lagi bagi Obama yang punya kenangan masa kecil tinggal di Jakarta, bagi Amerika, Indonesia tidak hanya berarti dan penting secara ekonomi. Lebih dari itu, juga sangat penting secara sosial-budaya.
Menurutnya, Amerika sangat berkepentingan dengan keberadaan Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar yang menonjolkan wajah Islam yang ramah dan toleran. Mayoritas muslim yang menerima kebhinekaan dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamiin. Dapat hidup berdampingan dalam kebhinekaan itu, menurutnya lagi, sejalan dengan prinsip Amerika sendiri yakni unity in diversity.
Prof. Azyumardi benar. Setahun setelah terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat, Obama terbang ke Jakarta bertemu Presiden RI, mengunjungi dan mengagumi keberadaan Masjid Istiqlal dan memberikan pidato yang menggugah di Balairung UI.
Demikianlah. Seperti kata Prof. Azyumardi, sesudah itu hubungan ekonomi Indonesia kian meningkat. Namun, selain itu hubungan dan kerjasama sosial-budaya juga terus dikembangkan termasuk dengan berbagai perguruan tinggi.
Terkait dengan itu pula, antara lain berkat kerja keras kawan-kawan dari Jurusan Hubungan Internasional FISIP, dukungan Rektor Unand, dan bantuan dari Kedubes AS, tanggal 6 Maret 2014 diresmikan American Corner di Gedung Perpustakaan Unand. Dalam sambutannya waktu peresmian, Dubes AS menyebutkan bahwa ini adalah American Corner yang ke-11 di Indonesia dan yang ke-2 di Sumatera setelah Medan.
Perkembangan yang terjadi menunjukkan apa yang pernah disinggung Prof. Azyumardi dalam diskusi waktu itu. Kini beliau telah tiada. Selamat jalan Prof. Azyumardi, semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin. *
Discussion about this post