Bahasa Indonesia memiliki banyak partikel, seperti pun, –kah, -lah, dan per. Begitu pun dengan imbuhan. Ada banyak imbuhan di dalam bahasa Indonesia, seperti ber-, me-, dan per-. Ada bunyi yang sama antara partikel dan awalan, yaitu per. Partikel per dengan awalan per- memiliki makna dan kaidah penulisan yang berbeda. Berikut adalah pembahasannya. Pertama, partikel per. Partikel per sering kita temukan di berbagai bentuk tulisan, seperti surat resmi, pengumuman, dan surat kabar. Penulisan partikel per ada dua cara, yaitu dipisah dengan kata sebelum dan sesudahnya (di antara spasi) serta digabung dengan kata sebelum dan setelahnya (tanpa spasi). Penulisan ini bergantung pada makna partikel per yang sedang digunakan. Secara umum, ada empat makna partikel per, yaitu ‘demi, ‘tiap’, ‘mulai’ atau ‘terhitung sejak’, dan ‘dibagi’. Partikel per yang bermakna ‘demi’, ‘tiap’, dan ‘mulai’ atau ‘terhitung sejak’ ditulis terpisah dengan kata sebelum dan setelahnya. Berikut adalah beberapa contoh penggunaannya. Pertama, partikel per dengan makna ‘demi’. Partikel per pada konteks kalimat ini bisa diganti dengan kata demi, seperti:
- Satu per satu mahasiswa masuk ke dalam kelas (Satu demi satu mahasiswa masuk ke dalam kelas).
- Dia membaca surat itu dengan teliti lembar per lembar (Dia membaca surat itu dengan teliti lembar demi lembarnya).
- Hari per hari dilaluinya dengan perasaan yang tidak menentu (Hari demi hari dilaluinya dengan perasaan yang tidak menentu).
Kedua, partikel per bisa diganti dengan kata tiap. Biasanya, makna ini sering digunakan dalam konteks ukuran satuan. Contoh penggunaan kalimatnya sebagai berikut:
- Berapa harga tanah itu per meter? (Berapa harga tanah itu tiap 1 meter?). Kalimat ini memiliki makna ‘untuk setiap 1 meter, bukan total keseluruhan’.
- Kita bisa menggunakan perahu itu dengan membayar uang sewa sebanyak Rp200.000,00 per jam (Kita bisa menggunakan perahu itu dengan membayar uang sewa sebanyak Rp200.000,00 tiap jam). Kalimat ini memiliki makna ‘setiap 1 jam harus membayar Rp200.000,00. Jika kita akan menyewa perahu selama 2 jam, kita harus membayar total Rp400.000,00’.
- Harga sewa kamar hotel itu adalah Rp500.000 per malam.
Ketiga, partikel per bisa diganti dengan kata mulai atau terhitung sejak. Penggunaan partikel per seperti ini sering kita temukan di dalam surat resmi. Contoh penggunaannya sebagai berikut:
- Ketetapan ini berlaku per September 2021 (Ketetapan ini berlaku mulai September 2021).
- Fasilitas ini ditutup per tanggal 1 Januari 2022 (Fasilitas ini ditutup terhitung sejak tanggal 1 Januari 2022).
Keempat, partikel per yang keempat bermakna ‘dibagi’. Penulisan ini mengikuti bentuk asal yang merupakan angka, seperti ¼ dan ¾. Ketika angka ini ditulis dalam bentuk tulisan, ada dua bentuk kaidah penulisannya. Pertama, jika angka pertama adalah satu yang diganti dengan se-, penulisan partikel per digabung dengan se- dan angka selanjutnya seperti ½ (seperdua), 1/3 (sepertiga), dan ¼ (seperempat). Hal ini disebabkan oleh se- menjadi awalan yang tidak bisa berdiri sendiri. Oleh sebab itu, se- harus digabung dengan per-. Kedua, ketika angka pembagian itu tidak diawali oleh se-, penulisan partikel per dipisah dengan angka sebelumnya, tetapi digabung dengan angka setelahnya, seperti 2/4 (dua perempat) dan ¾ (tiga perempat). Ini adalah kaidah penulisan dan makna partikel per.
Pembahasan yang kedua adalah awalan per-. Awalan per- berbeda dengan partikel per. Penulisan semua imbuhan (awalan dan akhiran) harus digabung dengan kata sebelum dan setelahnya, seperti memakan, makanan, bergambar, penulis, dan perumahan. Hal ini disebabkan imbuhan tidak bisa berdiri sendiri. Imbuhan tidak memiliki makna jika berdiri sendiri. Imbuhan akan memiliki makna ketika digabung dengan kata lain. Contohnya adalah imbuhan me- dan -an yang tidak memiliki makna jika belum digabung dengan kata lainnya. Akan tetapi, ketika dua imbuhan tersebut digabungkan dengan kata dasar, ia akan memiliki makna, seperti melukis (me- + lukis) dan lukisan (lukis + -an). Inilah yang membedakan antara imbuhan dan partikel. Ada beberapa partikel yang sudah memiliki makna walaupun berdiri sendiri seperti pun dan per.
Awalan per- merupakan bentuk turunan dari awalan memper-. Awalan per- digunakan dalam bentuk kalimat aktif dengan pelakunya adalah pronomina orang pertama dan kedua. Pronomina orang pertama adalah aku dan saya, sedangkan pronomina orang kedua adalah Anda dan kamu. Begitu pula dalam bentuk pronomina plural yang di dalamnya terdapat orang pertama dan kedua, seperti kita (ada saya dan Anda), kami (ada saya), dan kalian (ada Anda). Berikut ini adalah contoh penggunaan awalan memper- (dalam bentuk kalimat aktif):
- Pak Galih memperbesar rumah ini.
- Zulfan akan memperistri Wulan pada bulan Maret.
- Mereka mempermudah proses pengurusan visa itu.
Kalimat pertama dan kedua menggunakan pelaku (subjek) penamaan yang bisa diganti dengan pronomina orang ketiga, yaitu ia, dia, atau beliau. Kalimat ketiga menggunakan pronomina orang ketiga dalam bentuk jamak, yaitu mereka. Kalimat aktif dengan subjek pronomina orang ketiga bisa ditulis dalam bentuk kalimat pasif dengan mengganti awalan memper- menjadi diper- seperti:
- Rumah ini diperbesar oleh Pak Galih.
- Wulan akan diperistri oleh Zulfan pada bulan Maret.
- Proses pengurusan visa itu dipermudah oleh mereka.
Kaidah perubahan kalimat aktif menjadi pasif ini cukup mudah dipahami jika pronominanya adalah orang ketiga. Akan tetapi, jika pronominanya orang pertama dan kedua, kaidah ini memiliki bentuk yang berbeda dengan adanya penghilangan awalan me- berbagai versi imbuhan kalimat aktif transitif, seperti me-, me-kan, me-i, memper-, memper-kan, dan memper-i.
Secara umum, ada dua makna awalan per- (atau memper-), yaitu ‘membuat sesuatu menjadi lebih dari sebelumnya’ dan ‘menjadikan seseorang atau sesuatu sebagai suatu hal’. Makna yang pertama bisa diperoleh jika awalan per- diikuti oleh adjektiva (kata sifat), seperti lebar, panjang, mudah, sulit, pendek, dan singkat. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada kalimat berikut:
- Saya mempermudah soal ujian ini (Soal ujian ini saya permudah).
- Kami akan memperlebar jalan ini (Jalan ini akan kami perlebar).
- Saya bisa memperpanjang sewa rumah Anda ini (Sewa rumah Anda ini bisa saya perpanjang).
Makna awalan memper- atau per- pada tiga kalimat ini adalah ‘membuat sesuatu menjadi lebih’ daripada sebelumnya. Contohnya pada kalimat pertama. Konteks kalimat ini adalah usaha saya untuk membuat soal ujian tersebut menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Dalam hal ini, kita perlu membedakan makna memper- (+adjektiva) dengan me-kan (+adjektiva) sebab ini sering dimaknai secara keliru atau sering dianggap sama. Awalan memper- yang diikuti oleh adjektiva ‘membuat sesuatu menjadi lebih daripada sebelumnya’, sedangkan imbuhan me-kan (yang diselipi adjektiva) memiliki makna ‘membuat sesuatu jadi’. Kita bisa melihat perbedaan maknanya pada kalimat-kalimat berikut:
1.Saya akan mengecilkan ukuran file dokumen ini.
2. Saya akan memperkecil ukuran file dokumen ini.
Sepintas, kalimat satu dan dua seolah mirip. Akan tetapi, keduanya memiliki makna dan konteks yang berbeda. Pada kalimat satu, ukuran dokumen itu besar (sebelumnya). Kata mengecilkan dalam kalimat tersebut memberi makna bahwa ukuran file dokumen yang awalnya besar menjadi kecil. Pada kalimat kedua, konteksnya berbeda. Kata memperkecil memberi makna bahwa ukuran file dokumennya itu sudah kecil dan akan dibuat menjadi lebih kecil (bukan dari besar menjadi kecil, tetapi dari kecil menjadi lebih kecil lagi).
Makna awalan memper- atau per- yang kedua adalah ‘menjadikan seseorang atau sesuatu sebagai suatu hal’. Contoh kata-kata yang bermakna ini adalah memperistri, mempertuhan, dan memperbudak. Berikut ini adalah contoh penggunaannya:
- Saya akan memperistri Wulan.
- Saya tidak pernah mempertuhankan uang.
- Dia selalu memperbudak juniornya.
Makna yang terkandung pada kalimat pertama adalah ‘menjadikan Wulan sebagai istri’, kalimat kedua ‘menjadikan uang sebagai Tuhan’, dan kalimat ketiga ‘menjadikan juniornya sebagai budak’. Inilah perbedaan antara partikel per dengan awalan per-. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post