“Can you speak Bahasa?”
Bagi yang akrab dengan bahasa Inggris, kalimat ini seringkali didengar dari penutur asing kepada penutur asing lainnya yang sedang membicarakan bahasa Indonesia atau dari penutur Indonesia kepada penutur asing. Istilah Bahasa menjadi pilihan mereka ketika membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan bahasa Indonesia. Padahal, bahasa dan bahasa Indonesia merupakan dua hal yang berbeda.
Kata bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2021) bermakna ‘sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri’. Artinya, bahasa masih bersifat umum. Ketika kita menyebut bahasa Melayu, frasa itu baru secara spesifik merujuk kepada ketentuan yang disepakati oleh masyarakat yang menguasai bahasa Melayu. Begitu juga dengan bahasa Arab, orang-orang akan saling berkomunikasi dengan menggunakan ketentuan yang berada dalam bahasa Arab.
Hampir di sejumlah negara, nama bahasa dari negara tersebut diambil dari nama negara. Misalnya, negara Inggris menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa negara; negara Belanda menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa negara; negara Malaysia menggunakan bahasa Malaysia sebagai bahasa negara; dan juga negara Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Artinya, bahasa Indonesia merupakan nama bahasa yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jika demikian, mengapa kemudian orang-orang hanya menyebutkan kata Bahasa untuk menjelaskan bahasa Indonesia? Dari definisi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Bahasa belum mewakili identitas bahasa dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah mengapa kita perlu membicarakan kembali istilah yang tepat untuk bahasa Indonesia di dunia internasional.
Saat ini sudah puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan artikel ilmiah berbahasa Inggris dan juga artikel populer berbahasa Inggris yang menggunakan istilah Bahasa untuk membicarakan segala hal yang berkaitan dengan bahasa Indonesia. Sebagai dokumentasi ilmiah, tentu penggunaan kata Bahasa pada artikel tersebut merupakan hal yang keliru. Dalam ragam tulis ilmiah, nama bahasa kita harus ditulis bahasa Indonesia jika mempertahakan kaidah penulisan bahasa Indonesia atau ditulis Indonesian Language jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Ada sebagain orang yang menganggap bahwa frasa Indonesian Language agak panjang. Jika memang ada anggapan demikian, kita sesungguhnya dapat menggunakan kata Indonesian. Kata Indonesian sudah disepakati bermakna bahasa Indonesia.
Bahasa memang merupakan hasil kesepakatan sebagaimana yang disampaikan dalam linguistik bahwa bahasa itu arbitrer. Arbitrer dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2021) bermakna ‘sewenang-wenang’ atau ‘manasuka’. Maksudnya, sekelompok penutur memiliki kewenangan untuk menyepakati bahwa kata Indonesian bermakna bahasa Indonesia ketika dibicarakan di tingkat internasional atau ketika menggunakan bahasa Inggris.
Kata Indonesian dan juga frasa Indonesian Language lebih mencerminkan identitas bangsa Indonesia daripada kata Bahasa. Kata Bahasa ketika dialihkan ke dalam bahasa Inggris justru menjadi language. Tidak ada identitas kebangsaan di dalamnya sehingga kata Bahasa belum dapat mencerminkan identitas bahasa nasional kita.
Sejumlah penutur asing memang pernah mengungkapkan bahwa amat berat bagi mereka melafalkan bahasa Indonesia sehingga nama Indonesia pun dihilangkan. Selain bahasa Indonesia yang disingkat menjadi Bahasa, bahasa te reo Maori di Selandia Baru juga disingkat menjadi te reo. Te reo maknanya juga bahasa. Kata te reo belum mewakili nama bahasa negara dari Selandia Baru.
Dalam ranah lisan, khususnya dalam bahasa nonformal, kata Bahasa dan te reo boleh-boleh saja digunakan, tetapi ada identitas yang hilang dari bentuk tersebut. Dalam kata Bahasa, nilai nasional dari Indonesia sudah menghilang. Padahal, istilah Indonesia memiliki sejarah panjang yang patut dihargai. Muhammad Hatta dalam De Socialist (8 Desember 1928) mengungkapkan bahwa kata Indonesia melambangkan dan membangkitkan tanah air yang merdeka—sebagaimana yang kita rasakan saat ini.
Russel Jones (1973) dalam Earl, Logan, and Indonesia juga mengungkapkan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan tokoh nasionalis memilih nama Indonesia untuk nama republik kita pada saat itu. Padahal, Ir. Soekarno bisa memilih nama Nusantara yang berasal dari bahasa Jawa modern yang bermakna ‘kepulauan’. Namun, istilah Indonesia lebih dipilih karena mampu mencerminkan semangat kemerdekaan yang baru hingga bisa menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara besar saat ini.
Barangkali patut kiranya kita kembali menelusuri istilah Indonesia tersebut. Kata Indonesia diusulkan pertama kali oleh Earl dalam artikelnya yang berjudul On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian, and Malay-Polynesian Nations (1850). Ia mengajukan dua pilihan nama untuk Indonesia, yakni Indunesia atau Melayunesia. Namun, saat itu Earl lebih memilih Melayunesia karena dianggap tepat mewakili ras Melayu. Apalagi, pada masa tersebut, kata Indunesia juga digunakan untuk Ceylon (nama untuk Srilanka pada saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa).
Meskipun tidak digunakan Earl, James Richardson Logan kemudian memungut nama Indunesia dengan cara mengganti huruf u menjadi huruf o sehingga terbentuk Indonesia. Penggantian huruf ini bagi James Richardson Logan melahirkan ucapan yang lebih baik. Hingga selanjutnya Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisan ilmiahnya yang kemudian diikuti oleh ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Guru besar etnologi dari Belanda, Adolf Bastian (1826—1905), akhirnya mempopulerkan istilah tersebut di kalangan sarjana Belanda. Setelah itu, ketika Ki Hajar Dewantara dibuang ke Belanda pada tahun 1913, ia menjadi orang Indonesia pertama yang menggunakan istilah Indonesia dengan mendirikan sebuah biro pers yang bernama Indonesische Persbureau.
Akankah kita mengabaikan sejarah tersebut hanya semata-mata menerima anggapan sebagian orang yang menyatakan bahwa istilah bahasa Indonesia atau Indonesian Language agak panjang dan membebani pelafalan? Dalam kajian fonologi atau ilmu bunyi, bentuk bahasa Indonesia atau Indonesian Language justru tidak menjadi hambatan dalam artikulasi. Sebuah kata sulit dilafalkan ketika kata tersebut memuat jumlah huruf yang banyak atau memiliki struktur kata yang terdiri atas banyak konsonan dalam satu suku kata.
Artikel mengenai kata terpanjang yang pernah dibahas di Scientia.id pada Minggu 9 Januari 2022 yang berjudul “Kata Terpanjang dalam Bahasa Indonesia” barangkali menjadi kata yang akan sulit dilafalkan oleh penutur bahasa mana pun. Kata heksakosioiheksekontaheksafobia sangat sulit dibaca karena terdiri atas 31 huruf atau 13 suku kata.
Jika berkenaan dengan nama, nama Indonesia justru lebih mudah dilafalkan jika dibandingkan dengan Massachusetts yang merupakan sebuah negara bagian Amerika Serikat. Dengan demikian, bentuk Indonesian Language tentunya masih menjadi pelafalan yang mudah.
Ketika bahasa Indonesia sudah digunakan, dipelajari, dan juga menjadi jurusan di lebih 45 negara di dunia, amat penting bagi kita untuk menegaskan penggunaan kata Indonesia. “Can you speak Indonesian?” atau “Can you speak Indonesian Language?” merupakan pertanyaan paling tepat untuk mengenalkan dan mengajak penutur asing menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai pemilik bahasa Indonesia, kita yang bertanggung jawab menjaga identitas bangsa sendiri.
Sangat tepat jika kita mendukung ajakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia yang beberapa hari lalu mengunggah bentuk Bahasa dan bahasa Indonesia di Instagram. Mari gunakan istilah bahasa Indonesia, Indonesia Language, atau Indonesian dalam tuturan berbahasa Inggris. Di dalamnya masih terkandung sejarah dan makna dari kata Indonesia. Jangan lagi menggunakan istilah Bahasa.
Tanpa nama Indonesia, orang-orang tidak akan mengenal kekayaan dan keindahan alam, keelokan bahasa, serta keramahan masyarakat Indonesia. Meskipun William Shakespeare mengungkapkan apalah arti sebuah nama, negara elok yang bernama Indonesia ini justru dipandang karena nama itu sendiri.
Discussion about this post