Pertengahan hingga penghujung tahun 2021, dunia media sosial dan musik tanah air dihebohkan oleh kemunculan sosok Zinidin Zidan, putra asal Parigi, Sulawesi Tengah yang bersuara merdu dengan cengkok Melayu yang khas. Suaranya menghipnotis jutaan pengguna media sosial di Indonesia, seperti Tik Tok, Instagram, dan YouTube. Pengguna media sosial terhipnotis oleh keindahan suara Zidan dan lagu-lagu yang ia bawakan, seperti lagu “Buih Menjadi Permadani” yang pernah dinyanyikan Exist, grup band lawas asal Malaysia. Zidan menjadi idola baru yang diperbincangkan di Indonesia hingga ke mancanegara, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, dan Hongkong.
Zidan menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari idola yang sudah ada sebelumnya. Ia merepresentasikan kesederhanaan musik yang jauh dari citra hedonis ditambah dengan sikap ramah dan tingkah kocaknya yang menghibur. Ia juga seorang mahasiswa yang tidak mengabaikan pendidikan dan jadilah ia seperti paket komplit yang menjadi idola baru di kalangan anak muda zaman digital. Dalam dirinya, anak-anak muda menemukan keyakinan dan rasa percaya diri bahwa musik adalah sesuatu yang sederhana, jujur, dan menghibur. Zidan memberi warna baru dalam blantika musik tanah air dan diakui oleh musisi sekelas Anang Hermansyah dan Anji.
Tidak hanya menjadi idola baru, kehadiran Zidan juga menyumbangkan kosakata terbaru dalam bidang linguistik dengan populernya kata ter-Zidan-Zidan atau terkagum-kagum dengan Zidan. Kata ini digunakan para penggemarnya untuk mengekspresikan rasa suka dan kagumnya terhadap Zidan dan lagu-lagu yang dinyanyikan. Kata ter-Zidan-Zidan menjadi hypnotic language pattern di kalangan penggemarnya. Hypnotic language pattern merupakan jenis kata-kata dan susunan yang mampu membuat pendengarnya mengalami trance atau “terpengaruh atau terpesona”. Istilah Hypnotic language pattern dikembangkan oleh Milton H. Erickson, Bapak hipnoterapi modern yang menyatakan bahwa ”set of linguistikcs pattern to guide people into a hypnotic trance” (hynosistrainingacademy.com). Artinya, hypnotic language pattern merupakan seperangkat pola linguistik yang mampu membimbing orang untuk terhipnotis, terkagum-kagum, terpesona, terpengaruh untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh kata tersebut dengan cara elegan tanpa paksaan atau tanpa disadari”, seperti halnya ter-Zidan-Zidan.
Kata ini membuat pengguna media sosial yang mendengarkan suara Zidan terhipnotis, terkagum-kagum, dan terpesona, dan sebagian penggemarnya rela dengan sengaja datang ke kafe-kafe tempat Zidan bernyanyi, seperti Pendopo Lawas dan Menoewa Kopi, di Kota Yogyakarta. Tempat-tempat ini kini ramai dikunjungi setelah Zidan viral di media sosial. Tidak hanya itu, Zidan juga kebanjiran tawaran bernyanyi dan diundang ke berbagai kota di Indonesia. Ter-Zidan-Zidan merupakan ekspresi pilihan kata yang menunjukkan bahwa Zidane telah berhasil menghipnotis para penggemarnya. Zidan tidak sendiri, ada Trisna Suaka dan juga Nabila Maharani yang turut viral bersamanya sehingga tidak hanya ada kata ter-Zidan-Zidan, tetapi juga ter-Bila-Bila yang juga populer digunakan untuk mengekspresikan rasa kagum terhadap Nabila Maharani, penyanyi muda bersuara merdu dan berwajah cantik yang juga populer di media sosial bersama Zidan dan Trisna Suaka.
Dalam proses afiksasi bahasa Indonesia, penggabungan afiks ter- dengan kata dasar jenis nomina nama orang, seperti Zidan dan Nabila merupakan fenomena baru yang tidak lumrah. Afiks ter- lumrahnya bergabung dengan kata sifat, seperti dengan kata cantik, luka, cinta, manis, enak, indah menjadi tercantik, terluka, tercinta, termanis, terenak, terenak, terindah yang artinya ‘sangat’, sangat cantik, sangat luka, sangat cinta, sangat manis, sangat enak, dan sangat indah. Bentuk ter-Zidan-Zidan dan ter-Bila-Bila merupakan bentuk afiksasi baru yang lahir dari kreativitas penggunaan bahasa Indonesia di media sosial untuk merepresentasikan perasaan sangat suka dan sangat kagum terhadap sosok yang disebutkan pada bentuk dasar, yaitu kata Zidan dan Nabila. Rasa suka dan kagum ini memiliki beragam alasan, seperti suka pada keindahan suara, kesantuan, keramahan, dan sikap rendah hati yang mencuri hati anak muda pengguna media sosial. Bentuk awalan ter- ini juga mungkin digunakan untuk orang-orang lain yang memiliki kharisma, mampu menghipnotis, dan mampu membuat orang lain berdecak kagum.
Selain afiks ter-, afiks meng- juga banyak digunakan di media sosial (baca: “Fenomena Penggunaan Afiks Meng- di Media Sosial” yang ditulis oleh Ria Febrina dalam Klinik Bahasa Scientia.id edisi 10 Oktober 2021). Afiks meng- bergabung dengan kata sedih, bingung, kesel, jalan, pukul menjadi meng-sedih, meng-bingung, meng-kesel, meng-jalan, dan meng-pukul. Penggunaan afiks meng- tersebut merupakan bentuk baru yang tidak wajar dalam proses afiksasi bahasa Indonesia seperti halnya bentuk ter- pada kata ter-Zidan-Zidan karena bentuk-bentuk tersebut tidak mengikuti pola perubahan awalan me- yang bergabung dengan kata dasar yang sesuai dengan kaidah afiksasi bahasa Indonesia (baca: “Mengenal Awalan Me-” yang ditulis oleh Reno Wulan Sari dalam Klinik Bahasa Scientia.id edisi 5 Desember 2021).
Dalam pola afiksasi awalan me- yang sesuai dengan kaidah afiksasi dalam bahasa Indonesia, kata-kata tersebut seharusnya ditulis dengan menyedihkan, membingungkan, mengesalkan, menjalankan, dan memukul dan tidak semuanya menjadi meng-, tetapi ada yang berubah menjadi meny-, mem, meng-, men, me- yang merupakan alomorf atau variasi morf dari awalan me-. Kemudian, jika dituliskan dengan aturan penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Kata ter-Zidan-Zidan seharusnya ditulis terpisah antara awalan ter- dengan nama Zidan dan awal nama Zidan tetap ditulis dengan huruf kapital sesuai tata cara penulisan nama orang menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sehingga penulisan kata yang benar adalah ter-Zidan-Zidan.
Bentuk ter-Zidan-Zidan juga dapat disebut dengan bentuk teknolinguistik atau bentuk penggunaan bahasa yang muncul akibat perkembangan teknologi komunikasi. Sebagai hypnotic language pattern, bentuk ini tidak hanya bermakna menghipnotis dan menimbulkan kekaguman, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Zidan bukan hanya objek viral dari media sosial, melainkan ia juga merepresentasikan selera musik Melayu yang sederhana namun indah. Ia juga autokritik terhadap dunia musik dan hiburan yang hidonis, glamour, dan kurang memasyarakat karena ia memulai semuanya dari sesuatu yang ringan, seperti Tik Tok, Instagram, juga penyanyi kafe, dan bukan penyanyi yang lahir dari ajang pencarian bakat yang sulit ataupun dibesarkan oleh musisi tertentu.
Sebagai objek dari sesuatu yang viral, mungkin ada masanya kata ter-Zidan-Zidan juga akan tergantikan oleh kata viral lainnya karena viral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menyebar luas dengan cepat bagaikan virus. Selain itu, viral juga diartikan dengan penyebaran berita atau informasi dengan cepat di dunia maya atau media sosial (Lektur.id). Karena karakter kecepatan itu, viral juga bersifat sesaat, sementara, dan seperti lingkaran (circle) yang terus berulang dan tidak abadi. Bagian yang abadi dari viral adalah perubahan dan kebaruan itu sendiri. Namun begitu, semoga Zidan tetap bertahan dengan karya-karya sebagai penyanyi dan idola musik baru bagi kaum muda.
Pada akhirnya, ter-Zidan-Zidan sebagai sebuah fenomena hypnotic language pattern dalam media sosial, tidak bisa hanya ditonton oleh para sarjana, akademisi, dan linguis, tetapi kehadirannya juga membutuhkan penjelasan dan ulasan secara keilmuan agar teknologi dan ilmu bahasa tetap menempatkan masyarakat dalam kebijaksanaan dalam memilih sikap terbaik saat bermedia sosial dan berbahasa.
Discussion about this post