Bahasa Indonesia memiliki banyak imbuhan. Imbuhan merupakan jenis morfem terikat yang bisa mengubah makna kata yang diikutinya. Morfem ini dikatakan terikat karena keberadaannya harus selalu bersama dengan morfem lainnya. Beberapa imbuhan yang ada di dalam bahasa Indonesia seperti ber-, me-, ter, pe-an, dan se-. Keberadaan imbuhan tersebut belum memiliki makna jika belum diikat dengan morfem lainnya. Hal ini bisa kita lihat pada contoh kata makan. Kata makan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna, “Memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya”. Kata makan ini bisa memiliki perbedaan makna ketika ditambah dengan berbagai imbuhan seperti memakan (awalan me-), dimakan (awalan di-), makanan (akhiran -an), dan termakan (awalan ter-). Oleh sebab itu, imbuhan tidak bisa berdiri sendiri untuk menghadirkan makna tersebut.
Imbuhan di dalam bahasa Indonesia ada yang dibubuhi sebelum kata lain (dikenal secara umum dengan istilah awalan), ada yang dibubuhi di bagian tengah kata (dikenal dengan istilah sisipan), ada yang dibubuhi di belakang kata lain (dikenal dengan istilah akhiran), dan ada yang dibubuhi di awal dan akhir kata lain (dikenal dengan istilah gabungan). Beberapa awalan dalam bahasa Indonesia seperti ber- (berbicara, berkarya, dan berpisah), pe- (pendatang, perawat, dan penghapus), me- (menulis, mendarat, dan menari), dan se- (serumah, secantik, dan se-Indonesia). Beberapa sisipan seperti -el- (telunjuk) dan -em- (gemetar). Beberapa akhiran seperti -an (makanan, cucian, dan parkiran) dan -kan (tuliskan, letakkan, dan bacakan). Beberapa gabungan seperti ke-an (kelaparan, kehebatan, dan kedutaan), memper-kan (memperdebatkan, memperkenalkan, dan memperdengarkan), dan pe-an (pembayaran, pelabuhan, dan pendengaran).
Selain memiliki makna sendiri, imbuhan juga bisa mengubah kelas kata, seperti menulis (verba) dan tulisan (nomina). Banyaknya imbuhan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia membuat beberapa penggunaannya sering dilakukan dengan tidak tepat. Salah satu imbuhan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah awalan me-. Awalan me- merupakan imbuhan yang membentuk pola kalimat aktif. Awalan me- memiliki enam alomorf. Alomorf merupakan variasi bentuk dari morfem tersebut. Variasi bentuk tersebut sangat jelas terlihat dari segi bunyi karena pengaruh kata yang mengikutinya.
Awalan me- memiliki enam alomorf yang disesuaikan dengan huruf pertama dari kata yang mengikutinya tersebut. Enam alomorf itu adalah me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-. Pertama, alomorf me-. Alomorf me- digunakan untuk kata-kata yang memiliki huruf pertama l, m, ny, ng, r, w, dan y. Contoh dari penggunaan alomorf me- ini adalah melihat (lihat), meminum (minum), menyanyikan (nyanyo), mengerikan (ngeri), merawat (rawat), merias (rias), mewisuda (wisuda), dan meyakinkan (yakin).
Kedua, alomorf mem-. Alomorf mem- digunakan untuk kata-kata yang memiliki huruf pertama b, p, f, dan v. Contoh dari penggunaan alomorf mem- ini adalah membuka (buka), membakar (bakar), memfoto (foto), memfasilitasi (fasilitas), dan memveto (veto). Akan tetapi, alomorf mem- yang diikuti oleh kata dengan huruf pertama p, membuat huruf p tersebut menjadi lesap (hilang, atau tidak dibunyikan). Hal ini bisa dilihat dalam contoh kata memakai (pakai), memikir (pikir), memilih (pilih), dan meminjam (pinjam).
Ketiga, alomorf men-. Alomorf men- digunakan untuk kata-kata yang memiliki huruf pertama c, d, j, t, dan z. Contoh dari penggunaan alomorf men- ini adalah mencuci (cuci), mencuri (curi), mendata (data), mendekat (dekat), menjual (jual), menjawab (jawab), dan menziarahi (ziarah). Akan tetapi, huruf pertama t yang menggunakan alomorf men-, membuat huruf tersebut lesap. Hal ini bisa dilihat dalam contoh kata menari (tari), menarik (tarik), menitip (titip), meniup (tiup), dan menutup (tutup).
Keempat, alomorf meng-. Alomorf meng- digunakan untuk semua huruf pertama vokal (a, i, u, e, o), g, h, dan k. Contoh dari penggunaan alomorf ini adalah mengangkat (angkat), mengambil (ambil), mengingat (ingat), mengintip (intip), mengulang (ulang), mengusir (usir), mengekor (ekor), mengeja (eja), mengobrol (obrol), mengolah (olah), menggali (gali), menggoreng (goreng), menghilang (hilang), dan menghapus (hapus). Akan tetapi, huruf k dalam alomorf ini juga lesap. Hal ini bisa dilihat dalam contoh kata mengirim (kirim), menguat (kuat), mengeras (keras), dan mengupas (kupas).
Kelima, alomorf menge-. Alomorf ini digunakan untuk kata-kata yang memiliki satu suku kata. Contoh penggunaan alomorf menge- adalah mengepel (pel), mengelap (lap), mengelas (las), mengecek (cek), mengetes (tes), dan mengebom (bom).
Keenam, alomorf meny-. Alomorf meny- digunakan khusus untuk huruf s. Akan tetapi, huruf s yang menggunakan alomorf ini juga akan lesap. Hal ini dapat dilihat dalam contoh kata menyapa (sapa), menyapu (sapu), menyatu (satu), menyikat (sikat), dan menyulap (sulap).
Dari enam alomorf yang telah dituliskan tersebut, terdapat empat huruf khusus yang akan lesap ketika ditambah dengan awalan me-. Empat huruf tersebut adalah k (meng-), t (men-), s (meny-), dan p (mem-). Akan tetapi, pelesapan huruf-huruf tersebut juga memiliki beberapa ketentuan berikut. Pertama, huruf k, t, s, dan p yang lesap adalah huruf yang hanya terdiri atas satu konsonan sebelum vokal. Contoh dari kata-kata tersebut adalah mengejar (kejar), menampar (tampar), menyiram (siram), dan memukul (pukul). Kedua, huruf k, t, s, dan p tidak akan lesap, jika di dalam kata tersebut terdapat dua konsonan sebelum vokal. Contoh dari kata-kata ini adalah kritik (ada konsonan k dan r sebelum vokal i), transfer (ada konsonan t dan r sebelum vokal a), stempel (ada konsonan s dan t sebelum vokal e), dan program (ada konsonan p dan r sebelum vokal o). Kata-kata yang memiliki dua konsonan sebelum vokal ini tidak akan lesap. Contoh dari kata-kata tersebut adalah mengkritik (kritik), mengkristal (kristal), mengkhusus (khusus), mentransfer (transfer), mentraktir (traktir), memprogram (program), dan memproduksi (produksi). Ketiga, khusus untuk huruf s. Jika setelah huruf s ada vokal, huruf s tersebut akan lesap. Contoh dari kata-kata ini adalah menyebabkan (sebab), menyebutkan (sebut), dan menyimpan (simpan). Jika setelah huruf s masih ada konsonan lain sebelum vokal (ada dua konsonan sebelum vokal), huruf s itu tetap ada. Akan tetapi, alomorf yang digunakan menjadi berbeda, yaitu men-. Contoh kata-katanya adalah menstempel (stempel) dan menstabilkan (stabil). Inilah kaidah dari penggunaan awalan me-. Lalu, apa saja makna dari awalan me- ini?
Awalan me- memiliki banyak makna, seperti melakukan aktivitas, menjadi sesuatu, menuju ke, menggunakan benda atau alat, dan membuat sesuatu. Awalan me- yang bermakna “melakukan aktivitas” sebagian besarnya diikuti oleh kelas kata verba. Awalan me- yang ditambahkan pada kata-kata tersebut semakin menegaskan aktivitas dan pola aktif dari kalimat tersebut. Kata-kata yang memiliki makna ini adalah memakan, menulis, meminum, membakar, mencuci, dan memasak. Awalan me- yang memiliki makna “menjadi sesuatu” selalu sesuai dengan kata dasar yang diberi awalan tersebut. Contoh kata-kata yang memiliki makna ini adalah menguat (menjadi kuat), menggelap (menjadi gelap), membeku (menjadi beku), dan mengecil (menjadi kecil). Awalan me- yang memiliki makna “menuju ke” sebagian besarnya diikuti oleh kata-kata yang merujuk pada makna tempat, wilayah, atau alam. Contoh dari kata-kata yang memiliki makna tersebut adalah mengudara (menuju ke udara), melaut (menuju ke laut), mendarat (menuju ke darat), menepi (menuju ke tepi), dan mengutara (menuju ke utara). Awalan me- yang memiliki makna “melakukan aktivitas menggunakan benda atau alat” diikuti oleh kelas kata nomina (kata benda). Contoh kata-kata yang memiliki makna ini adalah menggergaji (melakukan aktivitas dengan menggunakan gergaji), menyapu, menyisir, menyikat, mengelap, menyetrika, menggunting, dan menstempel. Awalan me- yang memiliki makna membuat sesuatu adalah menggambar (membuat gambar) dan menggaris (membuat garis).