Banyak hal yang perlu dikenal dan dipelajari dalam bahasa Indonesia, di antaranya bentuk-bentuk lingual atau bentuk kebahasaan. Ada beberapa bentuk lingual dalam bahasa Indonesia selain kata, frasa, dan klausa. Bentuk tersebut di antaranya afiks atau imbuhan dan bentuk terikat. Bentuk terikat merupakan bentuk yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti jika tidak bergabung dengan kata dasar. Bentuk terikat yang melekat pada kata dasar yang oleh beberapa ahli digolongkan ke dalam prefiks atau awalan (Mulyono, 2013:76). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2000 (Mulyono, 2013:77) bentuk-bentuk terikat ini terdiri atas morfem a-, de-, nir-, pro-, pra-, maha, pasca, intra-, ekstra-, dan antar- yang mempunyai arti sebagai berikut:1) a artinya tanpa, tidak ber- (asusila, asosial), 2) de- artinya menghilangkan, mengurangi (demoralisasi, dekameter), 3) nir- artinya tanpa, tidak, bukan (nirlaba), 4) pro- artinya sebelum, di depan (proaktif, ), 5) pra- artinya sebelum, di depan (prasejarah, praseminar), 6) maha- artinya sangat, amat, teramat (mahakarya, mahasiswa), 7) pasca- artinya sesudah (pascagempa, pascasarjana), 8) intra- artinya dalam(intrakurikuler, intramolekuler), 9) ekstra– artinya di luar, sangat (ekstrakurikuler, esktrakerja), 10) antar- artinya jarak di antara (antarkota, antarprovinsi)
Selanjutnya, ada bentuk terikat yang lain, seperti non-, anti-, tele-, swa-, sub-, dwi-, semi-, tuna-, dan ultra- dengan contoh-contoh berikut: nonpribumi, antigempa, telewicara, swadaya, dwipurwa, semiprofesional, subbab, tunakarya, dan ultramodern yang penulisannya digabung dengan kata dasar (PUEBI, 2016). Semua bentuk terikat itu ditulis serangkai dengan kata dasar yang memodifikasinya kecuali bergabung dengan kata dasar berupa nama orang, nama tempat, nama organisasi, dan nama peristiwa yang sudah tercatat dalam sejarah, penulisannya terpisah dan dibubuhi tanda hubung atau strip (-) di antara bentuk terikat dan nama-nama tersebut, contohnya: pasca-Perang Dunia II, pro-Pemerintahan Republik Indonesia, non-KPK, anti-PKI, dan sebagainya.
Selain bentuk terikat yang dijelaskan di atas, ada satu bentuk terikat yang istimewa karena kemampuan bergabung yang tinggi dengan kata dasar lain dan menghasilkan bentuk turunan yang lebih banyak dan lebih variatif. Bentuk terikat tersebut adalah “maha”. Bentuk “maha” setidaknya mempunyai tiga tata cara penulisan dalam bahasa Indonesia karena kemampuan bergabungnya yang lebih tinggi dengan kata dasar lain. Penulisan bentuk terikat ini mempunyai aturan tersendiri dalam bahasa Indonesia. Ada tiga tata cara penulisan bentuk terikat “maha” seperti penjelasan di bawah ini.
1) Bentuk terikat “maha” ditulis gabung dan kata sesudahnya apabila bertemu kata dasar dan huruf awalnya ditulis dengan huruf kecil. Contohnya dapat dilihat di bawah ini.
a. maha- + siswa > mahasiswa: Panitia orasi ilmiah ulang tahun Unand merupakan mahasiswa tingkat akhir.
b. maha- + karya > mahakarya: Lukisan Monalisa merupakan mahakarya hebat dari Leonardo da Vinci.
2) Bentuk terikat “maha” ditulis terpisah dari kata dasar apabila bergabung dengan kata berimbuhan yang menyatakan sifat dan nama Tuhan. Huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar. Pada posisi ini, bentuk terikat “maha” sekilas terlihat seperti frase dan kata majemuk (kompositum). Contohnya dapat dilihat di bawah ini.
a. Maha + Penyayang > Maha Penyayang: Mari berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang.
b. Maha + Pengasih > Maha Pengasih: Kita selalu menerima rezeki dari Tuhan Yang Maha Pengasih.
c. Maha + Melihat > Maha Melihat: Setiap aktivitas manusia diketahui oleh Yang Maha Melihat.
d. Maha + Mengabulkan > Maha Mengabulkan: Tuhan Maha Mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya.
3) Bentuk terikat “maha” ditulis gabung dengan kata dasar dan huruf awalnya ditulis kapital untuk menyebut sifat dan nama Tuhan kecuali kata dasar esa yang ditulis terpisah. Jika kata esa merujuk kepada sifat dan nama Tuhan, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital. Kata ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya ‘satu’. Contohnya dapat dilihat bawah ini.
a. Maha + kuasa > Mahakuasa : Orang-orang berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar Covid-19 menghilang.
b. Maha + besar > Mahabesar : Saya percaya Allah Mahabesar yang menentukan takdir setiap anak manusia.
c. Maha + luas > Mahaluas : Kakakku, Andi mempunyai cita-cita menjelajahi bumi Allah Yang Mahaluas?
d. Kakek meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi umur panjang.
Demikian ulasan sederhana tentang bentuk terikat dalam bahasa Indonesia. Semoga mencerahkan dan dapat dijadikan pedoman dalam praktik tulis-menulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salam.
Discussion about this post