Kata ganti di dalam bahasa Indonesia memiliki peran sebagai pengganti kedudukan orang dalam sebuah kalimat. Ada tiga macam kata ganti, yaitu kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, dan kata ganti orang ketiga. Ketiga kata ganti ini memiliki peran yang berbeda sebagai pelaku dalam sebuah kalimat. Kata ganti orang pertama digunakan untuk menggantikan penyebutan diri orang yang sedang berbicara atau menulis. Kata ganti untuk orang pertama adalah aku dan saya. Contoh kalimatnya adalah: Perkanalkan, nama saya Riana. Saya tinggal di Kota Padang. Penggunaan kata saya dalam dua kalimat tersebut berfungsi sebagai pengganti diri Riana yang sedang berbicara. Kata ganti orang pertama bisa digunakan dalam bentuk tunggal dan jamak. Contoh kata ganti orang pertama tunggal adalah aku dan saya, sedangkan contoh kata ganti orang pertama jamak adalah kami dan kita.
Kata ganti orang kedua digunakan untuk menggantikan penyebutan diri orang yang sedang mendengar atau membaca (orang yang sedang diajak berbicara). Kata ganti orang kedua juga memiliki bentuk tunggal dan jamak. Kata ganti orang kedua bentuk tunggal adalah anda, kamu, dan engkau, sedangkan kata ganti orang kedua bentuk jamak adalah kalian atau anda sekalian. Penggunaan kata ganti orang kedua bisa diamati dalam contoh-contoh berikut:
1) Halo, Rani. Apakah kamu sudah bertemu dengan adikku?
2) Kalian berdua adalah adik-adik saya. Oleh sebab itu, saya akan berusaha melindungi kalian.
Kata kamu pada kalimat (1) berfungsi untuk menggantikan diri Rani yang sedang diajak berbicara. Kata kalian pada kalimat (2) berfungsi untuk menggantikan diri adik-adik yang sedang diajak berbicara oleh kakaknya.
Kata ganti orang ketiga digunakan untuk menggantikan penyebutan diri orang yang sedang dibicarakan (tidak berperan sebagai pembicara atau pendengar). Kata ganti ini juga memiliki bentuk tunggal dan jamak. Kata ganti orang ketiga bentuk tunggal adalah dia, ia, dan beliau. Kata ganti orang ketiga bentuk jamak adalah mereka. Penggunaan kata ganti orang ketiga bisa diamati dalam contoh-contoh berikut:
1) Kemarin, saya bertemu dengan Rani. Dia memakai baju merah dan celana hitam.
2) Cilla dan Lingga adalah teman saya. Mereka sering datang ke rumah saya.
Kata dia pada contoh (1) berfungsi untuk menggantikan diri Rani yang sedang dibicarakan oleh saya dan orang lain sebagai pendengarnya. Kara mereka pada contoh (2) berfungsi untuk menggantikan diri Cilla dan Lingga yang sedang dibicarakan.
Ketiga jenis kata ganti tersebut bukanlah istilah yang asing atau jarang digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia. Semua kata ganti itu sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, ada penggunaan kata ganti yang cukup membingungkan bagi masyarakat Indonesia, sehingga terkadang sulit untuk membedakannya. Kata ganti yang dimaksud seperti perbedaan engkau dan kau serta dia dan ia. Oleh sebab itu, pada pembahasan klinik bahasa kali ini, akan dijabarkan tentang penggunaan kata ganti engkau, kau, dia, dan ia.
Kata ganti engkau merupakan kata ganti orang kedua, yaitu orang yang diajak berbicara. Kata ganti engkau sering ditemukan dalam lirik lagu dan karya sastra. Selain itu, kata ganti engkau juga kerap digunakan ketika berdoa kepada Tuhan. Kata ganti engkau yang ditujukan untuk manusia tidak menggunakan huruf kapital di awal kata. Akan tetapi, kata ganti engkau yang ditujukan untuk Tuhan, harus menggunakan huruf kapital di awal kata. Berikut adalah contoh perbedaannya:
1) Apa yang sedang engkau pikirkan?
2) Hanya kepada Engkau, kami memohon ampunan.
Kata ganti engkau pada contoh kalimat kedua ditujukan untuk Tuhan. Dalam aturan penggunaan huruf kapital, semua kata yang berkenaan dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan (termasuk kata gantinya) harus menggunakan huruf kapital. Kata ganti engkau ini bisa digunakan dalam bentuk yang lebih singkat, yaitu kau. Akan tetapi, ketika menggunakan kata kau, kita perlu memperhatikan hal berikut. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kau memiliki makna dan aturan “pron Engkau (umumnya digunakan sebagai bentuk terikat di depan kata lain)”. Berdasarkan infromasi tersebut, dapat dipahami bahwa penggunaan kata kau pada umumnya terikat dengan kata lain yang mengikutinya. Hal ini, sesuai dengan yang dikatakan oleh Abdul Chaer bahwa kata ganti kau digunakan bersamaan dengan kata kerja yang mengikutinya dan bisa juga digunakan dalam konstruksi yang menyatakan kepunyaan. Berikut ini adalah contoh dari penggunaan kata ganti engkau dan kau:
1) Apa yang engkau berikan kepada anak itu?
2) Apa yang kauberikan kepada anak itu? (penulisan kata kau yang merupakan singkatan dari engkau digabung dengan kata berikan).
3) Buku yang engkau tulis sudah selesai aku baca.
4) Buku yang kautulis sudah selesai kubaca.
5) Sepatukau ada di sana.
Kata ganti selanjutnya adalah dia dan ia. Kata dia dan ia merupakan kata ganti orang ketiga, yaitu sebagai pengganti diri orang yang sedang dibicarakan. Kata ganti dia sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan ia sering ditemukan dalam karya tulisan, terutama sastra. Dua kata ini memang bersinonim, tetapi ada perbedaan dalam penggunaannya.
Pertama, kata dia bisa digunakan sebagai subjek dan objek, sedangkan kata ia hanya bisa digunakan sebagai subjek. Berikut adalah contoh penggunaan kata dia dan ia:
1) Dia memanggil Mayang. (Dia sebagai subjek)
2) Mayang memanggil dia. (Dia sebagai objek)
3) Ia memanggil Mayang. (Ia sebagai subjek)
4) Mayang memanggil ia. (Kata ia pada kalimat ini menduduki unsur objek. Hal ini membuat kalimat tersebut tidak bisa berterima. Kalimat ini bisa diganti menjadi Mayang memanggilnya).
Kedua, kata dia hanya bisa digunakan sebagai kata ganti untuk orang, sedangkan kata ia tidak hanya tertuju untuk orang, tetapi juga untuk benda. Berikut ini adalah contoh penggunaan kata ganti dia dan ia:
1) Kakak saya bernama Riana. Dia sangat cantik.
2) Dia adalah teman saya.
3) Hujan deras menyapa kotaku. Ia terus membasahi bumi hingga malam.
4) Diari ini adalah benda kesayanganku. Ia selalu menemaniku ke mana pun aku pergi.
Kata ia pada kalimat (3) dan (4) menjadi kata ganti untuk hujan dan diari. Kata ganti dia tidak bisa diterapkan pada kalimat (3) dan (4) tersebut, karena dia hanya berlaku untuk orang. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dia memiliki makna “pron persona tunggal yang dibicarakan, di luar pembicara dan kawan bicara; ia”. Kata ia memiliki makna “1. pron orang yang dibicarakan, tidak termasuk pembicara dan kawan bicara; dia. 2. pron benda yang dibicarakan”. Dari pemahaman tersebut, jelas terlihat bahwa kata ia bisa ditujukan untuk orang dan benda.
Discussion about this post