
Jakarta, Scientia.id – Penyakit Alzheimer menjadi momok bagi banyak orang seiring bertambahnya usia. Gangguan ini perlahan memengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir, dan aktivitas sehari-hari. Meski belum ada obatnya, penelitian terbaru menunjukkan hampir separuh kasus Alzheimer di dunia berkaitan dengan faktor risiko yang bisa dikendalikan, salah satunya kurangnya aktivitas fisik.
Dikutip dari laman Eating Well, para ilmuwan telah lama menduga adanya hubungan antara olahraga dan kesehatan otak. Namun, bukti kuat baru datang dari studi jangka panjang Harvard Aging Brain Study yang menelusuri kaitan antara aktivitas fisik dan perubahan otak yang berhubungan dengan Alzheimer.
Penelitian ini melibatkan 296 orang lansia yang sehat secara kognitif di awal studi dan dilacak hingga 14 tahun. Para peserta mengenakan pedometer di pinggang selama tujuh hari untuk menghitung langkah harian mereka, serta menjalani pemeriksaan rutin seperti tes kognitif dan pemindaian otak. Hasilnya menunjukkan, peserta yang lebih aktif mengalami penumpukan protein tau yang lebih lambat di otak—protein yang erat kaitannya dengan hilangnya memori dan gejala Alzheimer. Selain itu, mereka juga mengalami penurunan kemampuan berpikir dan fungsi sehari-hari yang lebih lambat dibanding peserta yang jarang bergerak.
Bagi mereka yang berisiko tinggi, aktivitas fisik terbukti menunda gejala Alzheimer selama beberapa tahun. Peneliti memperkirakan, beralih dari tidak aktif atau berjalan kurang dari 3.000 langkah per hari menjadi aktif ringan 3.000–5.000 langkah bisa menunda penurunan fungsi otak hingga tiga tahun. Meningkatkan aktivitas ke tingkat sedang, yakni 5.000–7.500 langkah per hari, bahkan bisa memperpanjang masa sehat otak hingga lebih dari 13 tahun.
Penelitian ini juga menepis anggapan bahwa seseorang harus berjalan 10.000 langkah per hari agar sehat. Menurut hasil studi, manfaat besar bagi otak sudah bisa diperoleh dari aktivitas sedang sekitar 5.000–7.500 langkah per hari. Meski begitu, para peneliti mengingatkan bahwa studi ini bersifat observasional, sehingga belum dapat memastikan hubungan sebab-akibat secara langsung antara jalan kaki dan perlambatan Alzheimer. Faktor lain seperti pola makan, kualitas tidur, dan stimulasi mental juga mungkin berperan.
Baca Juga: Waspada! Kurang Tidur Bisa Bahayakan Kesehatan Jantung
Namun satu hal pasti, meningkatkan jumlah langkah harian bahkan sedikit saja dapat membawa manfaat besar bagi kesehatan otak, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena Alzheimer. (*)









