Padang Panjang, Scientia.id – Warisan Dunia Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) kembali mendapat sorotan internasional. Sebanyak 45 perwakilan dari 15 negara peserta We Are Site Managers International Symposium melakukan kunjungan ke Stasiun Kereta Api Padang Panjang, Ahad (24/8/2025). Stasiun bersejarah itu merupakan bagian penting dari jaringan transportasi tambang batubara Ombilin yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia pada 6 Juli 2019.
Rombongan delegasi disambut langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Padang Panjang Sonny Budaya Putra, didampingi Asisten II Ewasoska, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nasrul, serta Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Nurasrizal.
“Kami mengucapkan terima kasih karena rombongan We Are Site Managers International Symposium menyempatkan diri datang ke Stasiun Kereta Api Padang Panjang. Meskipun jadwal cukup padat, para delegasi tetap meluangkan waktu untuk melihat langsung salah satu warisan dunia yang ada di kota ini,” ujar Sonny.
Kunjungan ke stasiun ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan simposium yang berlanjut hingga 28 Agustus 2025 di Kota Sawahlunto. Selain meninjau situs bersejarah, para delegasi juga diajak menikmati kuliner khas Minangkabau, yakni Sate Mak Syukur, sebagai bentuk penyambutan hangat tuan rumah.
Steering Committee We Are Site Managers International Symposium, Rahmat Gino Sea Games, menilai kunjungan lapangan tersebut memiliki arti strategis bagi penguatan pengelolaan WTBOS.
“Simposium ini berfokus pada penguatan hubungan kolaboratif antar pengelola situs dan praktisi warisan budaya. Dari pertemuan ini diharapkan lahir inisiatif yang dapat meningkatkan pemahaman internasional mengenai peran, tanggung jawab, tantangan, serta kerja sama antar pengelola situs warisan dunia,” jelasnya.
Baca Juga: Warga Padang Panjang Serbu Gerakan Pangan Murah
Melalui kunjungan ini, pemerintah daerah berharap citra Padang Panjang semakin dikenal sebagai kota bersejarah yang ikut menjaga aset dunia. Keberadaan WTBOS, termasuk Stasiun Kereta Api Padang Panjang, diharapkan mampu memperkuat posisi Sumatra Barat di mata internasional sebagai kawasan yang tidak hanya memiliki keindahan alam, tetapi juga warisan budaya dengan nilai sejarah tinggi. (*)