Acara ini menandai edisi keenam dari MGR, sebuah kegiatan yang menggabungkan olahraga, promosi wisata, dan pelestarian alam. Tahun ini, MGR mengusung semangat kolaborasi untuk mendukung pengajuan Geopark Ngarai Sianok sebagai bagian dari jaringan UNESCO Global Geoparks (UGGp).
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah menekankan bahwa MGR bukan sekadar ajang lari, tetapi juga bagian dari strategi besar pengembangan sport tourism yang menyentuh berbagai aspek baik itu edukasi, budaya, pelibatan UMKM, dan penguatan identitas lokal.
“Kita ingin menjadikan sport tourism sebagai pintu masuk untuk memperkuat pariwisata Sumbar. Lewat MGR, kita promosikan geopark, edukasi masyarakat, dan gerakkan ekonomi kreatif,” kata Mahyeldi dalam sambutannya.
Ia juga menyebut bahwa membangun pariwisata tak cukup dengan infrastruktur saja, tapi harus didorong lewat keterlibatan masyarakat dan lintas sektor. Menurutnya, MGR adalah contoh nyata bagaimana event olahraga bisa menjadi motor pelestarian lingkungan dan penggerak ekonomi lokal.
Sementara itu, Yv Tri Saputra, Founder MGR, mengumumkan bahwa MGR 2025 akan digelar pada 30 November 2025 dan pendaftarannya dibuka secara daring melalui situs minang.geoparkrun.com mulai 3 hingga 15 Agustus 2025, dengan lima kategori lomba 5K Pelajar, 5K Umum, 10K Umum, 21K Umum, 21K Master.
Yv menambahkan, sejak pertama kali diadakan tahun 2018, Minang Geopark Run terus berkembang, dari konsep ultramarathon antar kabupaten, adaptasi di masa pandemi, hingga ekspansi ke luar Sumbar seperti Belitung dan Ciletuh. Ia menyebut MGR sebagai ajang yang menyatukan masyarakat, lingkungan, dan pariwisata dalam satu langkah.
“Tahun ini kami ingin lebih lantang menyuarakan dukungan untuk Geopark Ngarai Sianok agar lolos ke UNESCO. Lari menjadi medium untuk menyatukan masyarakat dengan alam dan budaya,” ujarnya.
Pemprov Sumbar bersama komunitas pelari, diaspora Minang, dan pelaku industri kreatif berkomitmen menjadikan MGR 2025 lebih dari sekadar lomba lari. Ajang ini juga didorong sebagai wadah promosi wisata halal, pelestarian budaya, dan penguatan posisi Sumatera Barat sebagai provinsi pariwisata berbasis konservasi dan edukasi.(Adpsb)