Pertemuan yang mengangkat tema “Pengembangan Kopi dan Prospeknya ke Depan” ini dihadiri oleh Wakil Bupati Solok Candra, Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset Universitas Andalas Dr. Eng. Muhammad Makky, Kepala Dinas Pertanian Kennedy Hamzah, Kepala DKUKMPP Ahpi Gusta Tusri, pelaku usaha kopi Abdurrahman (Owner Kopi Uda Sirukam), serta Kelompok Tani Ulu Coffee.
Dalam sambutannya, Wabup Candra menegaskan bahwa Pemkab Solok berkomitmen mendorong kopi sebagai kekuatan ekonomi baru, apalagi kopi lokal memiliki potensi besar berkat kondisi alam yang mendukung. Ia menyebut salah satu contoh sukses adalah Abdurrahman, yang mampu meraih penghasilan Rp27 juta per bulan dari dua hektar kebun kopi.
“Pendapatannya bahkan lebih besar dari gaji pejabat eselon dua. Ini bukti nyata bahwa kopi bukan hanya komoditas, tapi peluang ekonomi yang menjanjikan, khususnya untuk generasi muda,” ujarnya.
Candra juga menyampaikan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha untuk membangun ekosistem kopi yang modern dan berkelanjutan. Ia mengapresiasi keahlian Abdurrahman yang sudah bersertifikasi nasional dan berharap ia bisa menjadi mentor bagi petani milenial.
Sementara itu, Dr. Makky dari Universitas Andalas menekankan bahwa pendekatan hilirisasi sangat penting agar kopi Solok bisa bersaing di pasar nasional bahkan internasional. Menurutnya, riset perguruan tinggi harus langsung menyentuh dunia industri dan memberikan manfaat nyata bagi petani.
“Mulai dari kualitas budidaya, sertifikasi, hingga strategi branding harus disiapkan secara matang. Potensi kopi Solok sangat besar, tinggal bagaimana kita memperkuat daya saingnya,” jelas Makky.
Ia mencontohkan kesuksesan hilirisasi produk lokal seperti gambir yang kini digunakan sebagai bahan tinta pemilu nasional, menggantikan produk impor. Ia yakin pendekatan serupa bisa diterapkan untuk kopi Solok.
Abdurrahman sebagai pelaku usaha juga menegaskan bahwa kunci pengembangan kopi terletak pada pascapanen, proses sangrai (roasting), hingga peracikan. Menurutnya, kopi bukan sekadar hasil pertanian, tetapi juga bagian dari budaya dan identitas ekonomi.
“Kita harus libatkan petani muda dan dorong mereka untuk belajar. Pemerintah dan kampus punya peran penting dalam membimbing dan membuka akses pasar,” ucapnya.
Ia yakin dengan menjaga kualitas dan memperkuat citra produk, kopi Solok akan mampu menembus pasar global.
Pertemuan ini menjadi langkah awal terbentuknya kolaborasi strategis antara riset, produksi, dan pasar. Harapannya, kopi Solok bisa tumbuh menjadi ikon baru yang membanggakan daerah, sekaligus menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.(Msi)