Minggu, 24/8/25 | 17:57 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan Kata “Salam” dan “Salim” saat Lebaran

Minggu, 30/3/25 | 07:07 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)

Beberapa hari lagi, umat Islam akan merayakan Idulfitri (Lebaran). Momen ini sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim setelah sebulan berpuasa. Oleh karena itu, ada banyak kegiatan yang dilakukan untuk menyambut hari yang istimewa tersebut. Kegiatan yang berkaitan dengan Idulfitri sudah bisa terlihat sebelum hari raya. Ada banyak orang yang membersihkan rumah, membuat kue, membeli pakaian baru, dan sebagainya. Pada hari raya, umat Muslim akan bertemu dengan keluarga, tetangga, kerabat, sahabat, dan yang lainnya.

Pada momen ini, keluarga yang jarang bertemu akan bersua kembali. Keluarga yang berdomisili di kota yang berbeda juga akan datang berkunjung. Pertemuan ini adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu, baik tua maupun muda. Pada saat-saat seperti ini, semua orang akan bersalaman, begitu pun dengan anak-anak kecil.

Tidak jarang pula kita mendengar orang tua mengajarkan anaknya dengan ujaran “Salim dulu sama nenek” atau “Sudah salim sama om?” Kemudian, anak-anak akan bersalaman dengan orang di sekitarnya sambil mencium tangan orang yang lebih tua. Biasanya, ada juga anak-anak yang menempelkan tangan orang yang disalami ke keningnya atau ke pipinya. Semua gerakan ini dipahami dengan kata salim.

Secara bunyi, kata salim mirip dengan kata salam. Akan tetapi, akhir-akhir ini, untuk aktivitas berjabat tangan atau mencium tangan orang yang lebih tua sering disebut dengan kata salim. Meski demikian, sesungguhnya, kata salam juga sering digunakan untuk kegiatan serupa. Lalu, apa perbedaannya? Atau apakah sebenarnya dua kata ini sama, hanya saja memiliki dialek yang berbeda? Untuk itu, mari kita bahas lebih lanjut.

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Macam Jenis Tempat Makan dan Minum

Minggu, 10/8/25 | 12:42 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB

Kita akan mulai dengan kata salam. Ada beberapa ujaran yang berkaitan dengan kata salam yang sering terdengar, yaitu:

  1. Titip salam untuk ayah dan ibu ya!
  2. Kemarin, ada yang kirim salam buat kamu.
  3. Sebelum masuk ke dalam rumah, jangan lupa ucapkan salam.

Tiga kata salam di dalam kalimat-kalimat ini tidak bisa digantikan dengan kata salim. Jika suatu kata tidak bisa digantikan kata lain secara mutlak, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dua kata tersebut memiliki perbedaan. Kata salam (yang berkaitan dengan pembahasan ini) di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) termasuk ke dalam kelas kata nomina (kata benda) yang memiliki tiga makna, yaitu:

  1. n damai
  2. n pernyatan hormat; tabik
  3. n ucapan as-salamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Berbeda dengan kata salam, kata salim menempati dua kelas kata yaitu adjektiva (kata sifat) dan verba (kata kerja). Di dalam KBBI, kata salim bermakna:

  1. a sehat; sempurna; tidak rusak
  2. v bersalaman dengan mencium tangan, biasanya kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati

Dari pemaparan makna yang terdapat di dalam KBBI, kita sudah bisa menarik perbedaan antara kata salam dan salim. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjabarkannya dalam beberapa poin berikut.

Pertama, kata salam adalah ucapan, sedangkan kata salim tidak memiliki makna yang sama dengan kata salam. Kata salam sebagai ucapan sudah terlihat dalam contoh-contoh kalimat sebelumnya, yaitu titip salam dan kirim salam. Frasa titip salam dan kirim salam merupakan sebuah tindakan yang dimaknai dengan adanya sapaan yang ditujukan kepada orang lain, tetapi disampaikan ke mitra bicaranya (lawan bicara) saat itu. Artinya, pembicara tidak bisa menyapa langsung orang yang dimaksud karena jarak yang jauh. Dengan demikian, sapaan tersebut dititipkan kepada orang yang ada di hadapannya saat ini. Hal ini bisa diterima secara logika karena salam adalah nomina yang bisa dikenai oleh suatu tindakan. Oleh sebab itu, kita juga sering mendengar tuturan “Ucapkan salam”. Artinya, salam bukanlah sebuah aktivitas, melainkan suatu ucapan. Kata salam bisa menjadi verba (kata kerja) jika ditambah dengan imbuhan, seperti ber-an (bersalaman) dan meny-i (menyalami). Jika kata salam yang berubah menjadi bersalaman dan menyalami juga verba, lalu apa bedanya dengan kata salim? Dengan demikian, ayo kita masuk ke pembahasan kedua.

Kedua, cara berjabat tangan yang berbeda antara salam (bersalaman atau menyalami) dan salim. Sebelum kita fokus pada perbedaannya, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu makna kata bersalaman dan menyalami yang ada di dalam KBBI. Kata bersalaman memiliki makna:

  1. v saling menyalami; memberi salam dengan saling berjabat tangan
  2. v berjabat tangan

Kata menyalami memiliki makna:

  1. v memberi hormat (salam) kepada; menjabat tangan

Dua kata ini pun (bersalaman dan menyalami) kiranya juga perlu dipahami mengapa imbuhannya berbeda. Kata bersalaman menggunakan imbuhan ber-an. Salah satu makna imbuhan ber-an adalah “saling melakukan”. Artinya, kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tetapi dua orang (atau lebih). Kata menyalami menggunakan imbuhan meny-i. Dari dua kata ini, ada dua perbedaan situasi. Kata bersalaman menandakan situasi dua orang yang saling berjabat tangan secara bersamaan. Kata menyalami menandakan situasi seseorang yang secara sadar datang kepada orang lain dan mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Untuk lebih jelasnya, kita bisa membayangkan dua situasi berikut:

  1. Ada dua orang yang bertemu kemudian mereka sama-sama tersenyum dan menyapa. Setelah itu, mereka juga sama-sama mengulurkan tangan. Kegiatan ini disebut bersalaman.
  2. Ada seseorang yang sedang berpidato di podium. Setelah berpidato, dia turun dari podium kemudian berjalan ke arah seseorang dan mengulurkan tangannya. Kemudian, dia bergerak sedikit ke arah orang selanjutnya dan mengulurkan tangannya kembali. Dia terus melakukan kegiatan itu kepada orang-orang di hadapannya. Kegiatan ini disebut menyalami. Contoh kalimatnya: Kepada Sekolah itu menyalami guru-guru setelah berpidato.

Setelah memahami perbedaan situasi antara bersalaman dan menyalami, kita masuk ke kata salim. Kata salim di dalam KBBI sudah termasuk kelas kata verba (kata kerja) dengan makna “bersalaman dengan mencium tangan, biasanya kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati”. Dari makna ini, kita sudah bisa menarik perbedaan kegiatan antara salam dan salim. Kegiatan bersalaman atau menyalami tidak disertakan dengan cium tangan, sedangkan kegiatan salim dilakukan dengan cium tangan untuk orang yang lebih tua. Artinya, kegiatan bersalaman dan menyalami merupakan aktivitas menyapa yang secara umum bisa dilakukan siapa pun dalam ranah yang sopan. Akan tetapi, kegiatan salim sangat difokuskan antara orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati (sebab ditandai dengan mencium tangan).

Oleh sebab itu, kata salim kerap terdengar dalam percakapan antara orang dewasa dan anak-anak. Pada tahap ini, kita menyadari mengapa anak-anak lebih cenderung diminta untuk salim bukan salam. Demikianlah penjelasan antara kata salam dan salim. Dua kata yang berbeda tetapi sesungguhnya selalu ada dalam ruang lingkup silaturahmi. Semoga saat lebaran nanti salam dan salim bisa ikut serta menghiasi indahnya hari raya Idulfitri seluruh umat Islam di dunia.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Fenomena Fast Fashion dalam Perspektif Ekolinguistik

Berita Sesudah

Kritik terhadap Para Pemimpin dalam Cerpen “Saksi Mata” Karya Seno Gumira

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB Universitas Andalas) Menyunting naskah kadang tampak sederhana. Tinggal memperhatikan tanda baca,...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Macam Jenis Tempat Makan dan Minum

Minggu, 10/8/25 | 12:42 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Akhir-akhir ini, kehadiran kafe menjamur di...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Doktor Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Ada kalanya disebut naskah, ada kalanya disebut...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Klinik Bahasa edisi ini akan membahas konsep...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata ulang sangat sering digunakan di...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Berita Sesudah
Kritik terhadap Para Pemimpin dalam Cerpen “Saksi Mata” Karya Seno Gumira

Kritik terhadap Para Pemimpin dalam Cerpen “Saksi Mata” Karya Seno Gumira

POPULER

  • Gubernur Sumbar terima penghargaan.[foto : ist]

    Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • IPNU-IPPNU Pesisir Selatan Cetak Pemimpin Baru, Teguhkan Semangat Kaderisasi Pelajar NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pawai Alegoris Meriahkan HUT ke-80 RI di Kota Pariaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahyeldi Lantik 14 Pejabat Baru, Dorong Kinerja Pemprov Sumbar Lebih Profesional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024