Dharmasraya, SCIENTIA – Puskesmas Sitiung I memperkenalkan inovasi terbaru di bidang kesehatan dengan meluncurkan program podcast edukasi kesehatan bertajuk Pojok Cerita Kesehatan (Cerhati).
“Program ini bertujuan untuk memberikan informasi kesehatan yang akurat dan mudah dipahami kepada masyarakat, khususnya melalui pemanfaatan media sosial,” ungkap Linda Novitri Fahmi, Tenaga Promotor Kesehatan Puskesmas Sitiung I, saat dihubungi, Jumat (31/1).
Linda menambahkan podcast Cerhati akan ditayangkan sekali dalam seminggu, pada hari Jumat atau Sabtu, melalui kanal media sosial seperti Facebook, Instagram, dan platform lainnya.
“Setiap episode akan menyajikan tema kesehatan yang berbeda untuk memberikan informasi yang relevan dan berguna bagi masyarakat,” ucapnya.
Selain podcast, kata Linda, akun media sosial Puskesmas Sitiung I juga akan menyediakan edukasi seputar obat-obatan, baik dalam bentuk video maupun e-brosur yang dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
“Pada episode perdana tayang pada 25 Januari 2025, Cerhati mengangkat tema mengenai pentingnya pengambilan sampel untuk Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir,” terangnya.
Tema ini dipilih untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada bayi sejak dini.
Namun, yang lebih menarik perhatian adalah tema terkait Musim Hujan dan pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Tema ini sangat relevan dengan kondisi cuaca saat ini, mengingat pada tahun 2024, kasus DBD di wilayah Puskesmas Sitiung meningkat selama periode bulan Februari hingga Mei.
“Alhamdulillah, saat ini belum ada kasus serupa di wilayah kami. Namun, untuk mengantisipasi potensi meningkatnya kasus DBD, kami mengangkat tema ini dalam episode kedua podcast Cerhati,” ujar Linda.
Dalam episode tersebut, Linda juga mengundang Dr. Egy Mufiyarsa, dokter umum di Puskesmas Sitiung I, untuk memberikan penjelasan mendalam mengenai DBD dan cara-cara pencegahannya.
Egy menjelaskan bahwa DBD disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dan dapat menjadi penyakit yang berbahaya jika tidak segera ditangani dengan tepat.
“Ada tiga fase dalam perkembangan penyakit DBD. Pertama, fase demam, kedua, fase kritis, dan fase recovery,” bebernya.
Egi menerangkan pada fase kritis, yang terjadi pada hari ketiga hingga ketujuh, adalah fase yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti shock, pendarahan, hingga kerusakan organ tubuh.
Terkait dengan musim hujan ini, Egy menekankan pentingnya pencegahan, mengingat nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air.
Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk melakukan 3M+. “Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, serta menjaga kebersihan lingkungan,” imbuhnya.
Selain itu, Egy juga menyarankan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala seperti demam tinggi yang tidak kunjung turun, munculnya bintik merah pada kulit, atau tanda-tanda perdarahan. Pemeriksaan laboratorium dapat membantu memastikan apakah seseorang terinfeksi virus dengue.
Sebagai penutup, Linda mengingatkan masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan kelambu, serta menggunakan lotion anti-nyamuk dan langkah pencegahan lainnya untuk menghindari penyakit DBD.
Linda mengungkapkan dengan adanya podcast Cerhati, Puskesmas Sitiung I berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya pencegahan penyakit dan menjaga kesehatan, khususnya di musim hujan ini.
“Puskesmas Sitiung I berkomitmen untuk terus memberikan informasi kesehatan yang berguna dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat,” tandasnya. (tnl)