Kamis, 16/10/25 | 22:16 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Slow Living: Mencari Ketenangan dalam Kehidupan yang Serba Cepat

Minggu, 21/7/24 | 09:55 WIB


Oleh: Anne Pratiwi
(Dosen Program Studi Sastra Inggris FIB Universitas Andalas)

Dalam dunia yang semakin cepat dan terhubung, teknologi dan tuntutan pekerjaan seringkali membuat kita merasa tertekan dan terburu-buru. Filosofi slow living, menawarkan sebuah alternatif yang menyegarkan. Slow living atau kehidupan yang lambat adalah sebuah pendekatan yang mendorong kita untuk memperlambat langkah dan menikmati setiap momen dengan lebih sadar.

Konsep slow living berasal dari gerakan slow food yang lahir di Italia pada akhir 1980-an sebagai reaksi terhadap munculnya restoran fast food. Seiring waktu, prinsip-prinsip dari slow food telah meluas ke berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari cara kita makan hingga bagaimana kita bekerja, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Slow living mendorong kita untuk mengurangi kecepatan dalam rutinitas harian kita, dengan tujuan untuk lebih menikmati momen-momen kecil, membuat keputusan yang lebih bijaksana, dan menciptakan hidup yang lebih bermakna.

Pentingnya slow living dapat dilihat dari berbagai manfaat yang ditawarkannya. Di tengah kehidupan yang penuh tekanan dan tuntutan, slow living dapat membantu kita mengurangi stres dan kecemasan yang sering kali mengganggu kesejahteraan kita. Dengan memberikan diri kita waktu untuk berhenti, merenung, dan menikmati saat ini, kita bisa menemukan ketenangan yang kita butuhkan untuk mengatasi stres.

BACAJUGA

Dari Tangan ke Pikiran: Revolusi Belajar Bahasa Inggris melalui Ponsel Pintar

Dari Tangan ke Pikiran: Revolusi Belajar Bahasa Inggris melalui Ponsel Pintar

Minggu, 07/7/24 | 12:30 WIB

Selain itu, slow living juga meningkatkan kualitas hidup kita dengan memungkinkan kita untuk lebih menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti waktu bersama keluarga, menikmati makanan sehat, atau hanya menikmati kebersamaan dengan teman-teman. Prinsip ini juga mendorong kita untuk lebih sadar dan mindful, dengan menghadapi setiap aktivitas dengan penuh perhatian, alih-alih hanya menjalani rutinitas harian tanpa berpikir.

Slow living tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan mental, tetapi juga untuk lingkungan kita. Dengan memilih untuk hidup lebih lambat, kita dapat membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, misalnya dengan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak perlu, memilih produk yang ramah lingkungan, dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat, kita berkontribusi pada pelestarian planet dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Slow living juga memberikan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang-orang terdekat. Dengan meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman tanpa gangguan teknologi, kita bisa memperkuat ikatan kita dan menciptakan momen-momen yang benar-benar berarti.

Slow living bukan secara khusus memberikan manfaat untuk orang-orang yang lelah dengan rutinitas sehari-hari yang monoton dan penuh tekanan. Prinsip dalam slow living juga dapat diterapkan oleh orang-orang dengan kebutuhan yang berbeda. Para profesional yang merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan dapat menemukan cara untuk mengurangi stres dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan mereka melalui slow living.

Keluarga dengan jadwal yang sibuk juga bisa menggunakan prinsip slow living untuk menciptakan waktu berkualitas bersama dan menikmati kebersamaan. Selain itu, mereka yang mencari ketenangan dan mindfulness dapat menggunakan slow living untuk mengembangkan praktik mindfulness yang lebih mendalam dalam kehidupan mereka. Bahkan para pecinta alam dan aktivis lingkungan dapat memanfaatkan slow living untuk membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dan memperkuat koneksi mereka dengan alam.

Untuk menerapkan slow living dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak perlu melakukan perubahan besar. Sebaliknya, kita bisa memulai dengan langkah-langkah kecil yang mudah diterapkan. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan memulai dari hal kecil, seperti meluangkan waktu setiap hari untuk meditasi singkat atau mengatur waktu tanpa gadget selama makan malam. Selain itu, kita bisa merencanakan aktivitas tertentu, seperti menjadwalkan waktu untuk hobi atau melakukan piknik di taman.

Praktikkan juga mindfulness dalam rutinitas, dengan fokus pada aktivitas yang sedang kita lakukan, seperti menikmati makanan tanpa gangguan atau merasakan lingkungan saat berjalan. Kurangi konsumsi media sosial dengan membatasi waktu yang dihabiskan di platform tersebut dan melakukan digital detox sesekali. Adopsi juga pola makan yang sederhana dan sehat, dengan memasak makanan di rumah menggunakan bahan-bahan segar dan belanja lokal.

Sisihkan waktu untuk diri sendiri dengan melakukan perawatan diri, seperti mandi santai atau menulis jurnal. Fokuskan perhatian pada kualitas hubungan dengan orang-orang terdekat, dan ciptakan ruang untuk ketenangan di rumah. Terakhir, ingatlah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri, dan berlatihlah untuk lebih memahami dan memaafkan diri sendiri dalam proses menerapkan slow living.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip slow living, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, memuaskan, dan penuh makna. Slow living bukan hanya tentang mengurangi kecepatan, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam momen-momen kecil yang sering kali terlewatkan dalam kehidupan kita yang serba cepat. Melalui langkah-langkah sederhana ini, kita dapat mulai merasakan manfaat dari slow living dan menciptakan kehidupan yang lebih memuaskan dan penuh arti.

Tags: #Anne Pratiwi
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Refleksi Pemikiran Hamka dalam Karya Fiksinya

Berita Terkait

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)          ...

Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Minggu, 05/10/25 | 23:48 WIB

Oleh: Ragdy F. Daye (Penulis dan  Sastrawan Sumatera Barat)   Kota ini bukan kota lagi. Ia museum luka yang terus...

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Minggu, 05/10/25 | 23:29 WIB

Oleh: Febby Gusmelyyana (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.30...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Minggu, 05/10/25 | 23:11 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Ali Akbar Navis atau lebih dikenal A.A. Navis adalah...

Sastra Bandingan: Kerinduan yang Tak Bertepi di Antara Dua Puisi

Sastra Anak, Pondasi Psikologis Perkembangan Kognitif Anak

Minggu, 28/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Dara Suci Rezki Efendi (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Setiap karya sastra pasti memiliki pembacanya masing-masing,...

Berita Sesudah

Refleksi Pemikiran Hamka dalam Karya Fiksinya

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Agam Minta Pemetaan Wilayah Palupuh untuk Tepatkan Arah Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024