Jika kita bertanya, kosakata apa yang paling banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia? Meskipun tidak ada yang tahu persis, kebanyakan orang akan menjawab bahasa Inggris. Sadar atau tidak, setiap hari kita pasti melafalkan kosakata bahasa Inggris. Setidaknya, kata handphone. Sangat jarang kita mendengar orang Indonesia berkata, “Ponselmu mana?” Mereka pasti akan berkata, “Handphone-mu mana?”
Belum lagi kosakata lain, seperti wi-fi, free, dan online yang hampir setiap saat kita gunakan. Padahal, dalam bahasa Indonesia, ada padanan untuk kata tersebut, yakni jaringan, gratis, dan daring. Itulah mengapa, kemudian orang-orang menyimpulkan bahwa kosakata bahasa Inggris merupakan kosakata yang paling banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Namun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat bahwa bukan kosakata bahasa Inggris yang paling banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia, melainkan kosakata bahasa Arab. Setidaknya ada 868 kosakata bahasa Arab yang dilabeli Ar atau bermakna bersumber dari bahasa Arab dalam KBBI Edisi VI. Jumlah ini sangat berbeda dengan bahasa Inggris yang hanya tercatat 227 kosakata.
Jika ditelusuri lagi lebih lanjut, sebenarnya jumlah ini belum final. Masih banyak kosakata bahasa Arab yang belum dilabeli Ar dalam KBBI, seperti kata kemah yang bermakna ‘tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya’. Sudarno (1990) dalam Kosakata Serapan dari Bahasa Arab, serta Syamsul Hadi, Siti Chamamah Soeratno, M. Ramlan, dan I Dewa Putu Wijana (2003) dalam “Perubahan Fonologis Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia” mencatat bahwa kata kemah berasal dari bahasa Arab, yakni khaimah.
Jika melihat kata kemah sebagai kosakata bahasa Arab, ini bisa menjawab pertanyaan yang lainnya. Apakah benar anggapan kita selama ini bahwa kosakata bahasa Arab hanya menyumbang kata mengenai konsep keislaman, seperti ibadah salat, puasa, dan zakat?
Ketika menelusuri 868 kosakata bahasa Arab dalam bahasa Indonesia, akan tampak bahwa kosakata bahasa Arab tidak hanya tentang konsep keislaman atau ketuhanan kepada Allah Swt. Untuk konsep keislaman, kita memang dapat melihat pada kosakata hamdalah yang bermakna ‘lafaz atau ucapan “alhamdulillahi rabbil ālamīn”’ dan ‘pujian kepada Allah’, serta bismillāhir-raḥmānir-raḥīm yang bermakna ‘dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang’. Di samping itu, juga ada kosakata yang berkenaan dengan nama-nama Tuhan dalam Islam, seperti Alkabir ‘Yang Maha Besar (Allah)’, Alkadir ‘Yang Maha Kuasa (Allah Swt.)’, dan Allāh hāfiý ‘Allah Maha Menjaga’.
Lalu, kosakata apa saja dari bahasa Arab yang tidak berkenaan dengan konsep keislaman? Kita dapat melihatnya dalam ranah astrologi, seperti kehadiran kosakata Delu ‘Akuarius’, Hut ‘Pises’, Asad ‘Leo’, Akrab ‘Skorpio’, dan Hamal ‘Aries’. Dalam bahasa Arab, kosakata yang berkenaan dengan zodiak ini berasal dari kata mintakabulburuj yang bermakna ‘garis lengkung di langit, terbagi menjadi 12 bagian yang disebut juga dengan sabuk khayal’. Zodiak ini menjelaskan putaran bulan dalam satu tahun.
Selain itu, kosakata berikut ini setidaknya mencerminkan kosakata bahasa Arab dalam domain-domain kehidupan pengguna bahasa Indonesia.
1) Bidang ekonomi berupa akhazah ‘pinjaman’.
2) Bidang hukum berupa jani ‘orang yang melakukan kesalahan; pelaku tindak pidana yang menyangkut penganiayaan atau pembunuhan’.
3) Bidang pendidikan berupa jamiah ‘universitas; institut’.
4) Bidang pemerintahan berupa emir ‘kepala pemerintahan (komandan atau pangeran) Arab’.
5) Bidang sastra berupa dustur ‘susunan kalimat bersajak berisi pujian kepada Nabi Muhammad saw.’
6) Bidang kesenian berupa arbab ‘rebab’.
7) Bidang budaya berupa bukhur ‘dupa khas Timur Tengah’.
8) Bidang tata boga berupa asidah ‘penganan khas Arab, terbuat dari adonan tepung terigu yang dimasak, kadang-kadang ditambah mentega atau madu, di Maluku biasa disajikan pada bulan Ramadan’.
Tampaklah bahwa kosakata bahasa Arab menyentuh berbagai sisi kehidupan manusia. Oleh karena itu, sangat lazim jika orang Indonesia juga menerima kosakata mengenai sistem sapaan dari bahasa Arab, seperti abi dan abu yang bermakna ‘ayah’; umi yang bermakna ‘ibu’; serta ajus ‘kata sapaan kepada ibu’. Kosakata abu/abi dan umi merupakan kosakata yang paling banyak dipakai di Indonesia menggantikan kosakata ayah dan ibu.
Lalu, apakah hanya abi, abu, dan umi? Tentunya tidak karena ada juga kosakata yang menjelaskan hubungan kekerabatan tali darah, seperti hubabah ‘nenek’, akhwal ‘saudara kandung ibu’, amati ‘saudara perempuan ayah; bibi atau uak perempuan dari pihak ayah’, dan ami ‘saudara laki-laki ayah’; serta hubungan kekerabatan tidak bertali darah, seperti rafik ‘sahabat, teman, kawan (yang karib)’ dan sahib ‘sahabat’. Untuk kata sahib, pengguna bahasa Indonesia sering mengucapkan sohib.
Kosakata bahasa Arab juga menyumbang kata mengenai profesi. Kita dapat melihatnya pada kata hajim ‘tukang pangkas rambut (merangkap menjadi dukun atau pemantik darah)’ dan nazim ‘penyair, pengarang’. Sejumlah kata mengenai sifat manusia juga diserap, seperti hasan ‘baik, elok’, hasad ‘dengki’, sakhi ‘murah hati’, badar ‘sangat cantik’, dan awah ‘lembut hati, tidak tega’. Tak hanya itu, bahasa Indonesia juga menyerap kosakata yang berkenaan dengan warna, seperti ahmar ‘merah’, abyad ‘putih’, asfar ‘kuning, dan aswad ‘hitam’; serta menyerap kata berupa nama hewan, seperti himar ‘keledai’, gamal ‘unta’, asad ‘singa’, dan dab ‘kadal gurun yang berekor kasar dan berduri’.
Meskipun kosakata tersebut sudah tercantum dalam KBBI, contoh kalimat yang berkenaan dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Indonesia belum ada. Namun, kita bisa melihat contohnya dalam korpus Leipzig (corpora.uni-leipzig.de) berikut.
1) Anda itu sudah dibakar rasa hasad, mata otaknya buntu.
2) Jin kafir yang menjadi perwujudan kekuatan iblis ini disebut jin ahmar.
3) Luqman dan anaknya turun dari himar itu.
Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan bahwa pengguna bahasa Indonesia sudah menggunakan kosakata serapan dari bahasa Arab meskipun jumlahnya sangat terbatas. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak semata-mata mengenai konsep keislaman saja. Banyak hal yang telah disumbangkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Discussion about this post