Selasa, 15/7/25 | 02:41 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Persoalan Kanan dan Kiri dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 23/4/23 | 07:00 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Berbicara tentang arah dan lokasi, rasanya setiap orang pernah memiliki pengalaman tersebut. Sejak kecil, bahkan secara resmi di lembaga pendidikan, setiap murid sudah diajarkan untuk mengenal bagian tubuh, termasuk kanan dan kiri. Kegiatan ini bisa ditemukan di berbagai aktivitas, seperti saat pelajaran olahraga atau senam bersama sebelum memulai pelajaran di kelas. Setiap murid mengenal tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam dunia medis (dari berbagai hasil penelitian) ada orang yang kesulitan membedakan antara kanan dan kiri. Dilansir dari berbagai sumber, kesulitan membedakan kanan dan kiri, secara medis dikaitkan dengan kemampuan sensorik dan daya ingat.

Apakah kesulitan membedakan kanan dan kiri ini menjadi salah satu gangguan kesehatan? Untuk beberapa kasus, bisa dikatakan demikian jika dikaitkan dengan kemampuan sensorik dan daya ingat yang lemah. Secara bahasa, hal ini lumrah terjadi. Sebelum kita menganalisis tentang kesulitan membedakan kanan dan kiri, kita perlu mengetahui makna dua kata tersebut dalam KBBI. Kanan merupakan kelas kata nomina yang memiliki makna “arah, pihak, atau sisi bagian badan kita yang tidak berisi jantung; sisi (pihak) yang merupakan lawan dari kiri. Kiri juga merupakan kelas kata nomina yang memiliki makna “arah, pihak, atau sisi bagian badan kita yang berisi jantung”. Setelah mengetahui maknanya, mari kita baca analisisnya.

Barangkali di antara pembaca Scientia.id pernah mengalami gagal komunikasi dengan orang lain ketika membicarakan arah atau lokasi yang berkaitan dengan kanan dan kiri. Ada perbedaan pemahaman di antara dua orang yang sedang berkomunikasi tersebut. Contohnya ketika seseorang mengatakan “sebelah kanan”, tetapi mitra bicaranya justru melihat ke sebelah kiri. Apa yang terjadi? Sumber masalahnya ada di “sudut pandang” sebagai patokan. Jika hal ini terjadi ketika seseorang mencari lokasi suatu tempat, masalahnya bersumber dari posisi orang itu berdiri. Jika hal ini terjadi ketika menafsirkan gambar atau foto, masalahnya bersumber dari cara seorang memosisikan sudut pandangnya. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan gambar berikut!

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Di dalam gambar ini, ada empat orang (kita anggap) yang sedang berdiri bersebelahan. Mereka adalah Riana, Cilla, Lingga, dan Anton. Jika ada pertanyaan, “Di mana Riana berdiri?”, jawabannya memiliki dua kemungkinan (ketika menggunakan kanan dan kiri), yaitu:

  1. Riana berdiri di sebelah kanan Cilla.
  2. Riana berdiri di sebelah kiri Cilla.

Mana jawaban yang tepat di antara keduanya? Jawabannya tergantung dari cara seseorang memosisikan sudut pandangnya. Jika kita melihat posisi Riana dari sudut pandang mata kita (yang artinya posisi mata dan gambar berhadapan), jawabannya Riana berdiri di sebelah kiri Cilla. Jika kita melihat posisi Riana dari sisi Riana secara asli (artinya kita memosisikan diri kita sendiri seperti Riana), jawabannya Riana berdiri di sebelah kanan Cilla. Mengapa ada dua jawaban yang berbeda? Hal ini terjadi karena posisi gambar dengan mata (wajah) kita berhadapan. Akan tetapi, jika Riana, Cilla, Lingga, dan Anton berdiri tidak menghadap kita, jawabannya tidak akan bervariasi. Mari kita membayangkan sedang melihat Riana, Cilla, Lingga, dan Anton dari belakang. Kita hanya melihat bagian belakang tubuh mereka. Ini membuat posisi mata kita (wajah dan tubuh kita) searah dengan posisi mereka berdiri. Dengan demikian, jawabannya Riana berdiri di sebelah kiri Cilla, karena di sebelah kanan Cilla ada Lingga.

Mengapa kita sepakat dengan posisi itu? Karena posisi tubuh kita dengan gambar (tampak belakang) menjadi searah. Oleh sebab itu, ketika ada kegiatan senam bersama, instruktur senam perlu mengubah posisi berdiri yang membelakangi peserta senam untuk beberapa gerakan tertentu. Tujuannya untuk menyamakan gerakan. Jika instruktur senam mengatakan “Angkat tangan kanan” dengan posisi yang searah (membelakangi) peserta senam, tidak akan ada persepsi yang bervariasi. Akan tetapi, instruksi ini bisa dipahami berbeda jika instruktur senam dan peserta senam berhadapan. Ketika instruktur senam mengangkat tangan kanan, ada kemungkinan peserta senam akan mengangkat tangan kiri. Kasus serupa juga sering terjadi ketika seseorang merekam kegiatannya sedang makan dengan menggunakan kamera bagian depan (yang fungsinya seperti cermin), kemudian ada orang yang berkomentar “Kok makannya pakai tangan kiri?” Hasilnya tentu akan berbeda karena posisi kamera dan tubuh orang yang sedang direkam, berhadapan. Dengan demikian, secara bahasa, kesulitan membedakan kanan dan kiri bisa disebabkan oleh beda sudut pandang yang membuat adanya perbedaan persepsi.

Persamaan posisi arah memudahkan seseorang untuk memahami kanan dan kiri. Contohnya ketika kita memahami tuturan “klik kanan” atau “klik kiri” yang lebih akurat karena posisi tetikus (mouse komputer) searah dengan posisi tubuh kita (tidak berhadapan). Begitu pun ketika kita sering membaca instruksi “Belok kiri jalan terus” di persimpangan lampu lalu lintas. Belok kiri yang dimaksud di dalam instruksi tersebut searah dengan posisi pengendara. Akan tetapi, jika berbeda arah posisi, kemungkinan akan ada persepsi yang bervariasi.

Hal ini yang kemudian membuat seseorang menjadi kesulitan untuk menafsirkan arah kanan dan kiri ketika mencari lokasi. Apalagi, jika instruksi lokasi tersebut disampaikan melalui telepon seluler, ketika si pemberi instruksi tidak tahu di mana posisi tubuh mitra bicaranya. Si penelepon bisa saja mengatakan, “Kantorku sebelah kiri jalan” sementara ia tidak mengetahui di mana posisi mitra bicaranya berdiri. Untuk lebih akuratnya, kita bisa menambahkan keterangan lain seperti “Kalau kamu berdiri menghadap laut, kantorku ada di sebelah kiri jalan”, atau “Kalau kamu berdiri berhadapan dengan toko sepatu, kantorku ada di gedung sebelah kanannya”. Dalam hal ini juga perlu berhati-hati sebab tuturan “berdiri di depan toko sepatu” dengan “berdiri menghadap toko sepatu” memiliki makna yang berbeda.

Tuturan “berdiri di depan toko sepatu” bisa jadi orang tersebut memang ada di depan toko sepatu, tetapi tubuhnya membelakangi toko tersebut (sementara kita berpikir ia sedang menghadap toko sepatu). Oleh sebab itu, ketika kita memberi arahan tentang kanan dan kiri hasilnya mungkin akan berbeda. Persoalan serupa juga kerap terjadi dengan arah utara, selatan, barat, dan timur.

Seseorang bisa saja sulit menafsirkan perintah “Berjalanlah ke utara” karena tidak mengetahui patokan pasti untuk melihat arah tersebut. Dengan demikian, untuk pembicaraan yang berkaitan dengan arah dan lokasi, kita perlu menyamakan posisi atau memberi keterangan tambahan untuk mengefektifkan komunikasi atau meminimalkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Semoga bermanfaat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Ali Usman dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Puisi-puisi Danang Susena

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Danang Susena

Puisi-puisi Danang Susena

Discussion about this post

POPULER

  • Sekitar 150 warga Jorong Kampuang Surau, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar aksi unik dengan mengarak TOA (pengeras suara) keliling kampung pada Minggu malam (13/7/2025).

    Warga Kampuang Surau Arak TOA Keliling Kampung, Tuntut Pengembalian 20 Persen Lahan dari PT BPSJ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perayaan HUT Koperasi ke-78 di Bukittinggi, Bung Hatta Kembali Jadi Inspirasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yusri Latif: Koperasi Harus Jadi Kunci Kebangkitan UMKM dan Potensi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024