Suatu Ketika, saya membaca sebuah teka-teki yang ada di media sosial. Isi dari teka-teki tersebut adalah:
Naik, ke atas
Turun, ke bawah
Maju, ke depan
Mundur, ke belakang
Geser, ke samping
Masuk, ke dalam
Keluar?
Ketika saya masuk ke kolom komentar dari postingan tersebut, saya membaca banyak variasi jawaban yang juga diselingi dengan guyonan lainnya. Apa jawabannya? Jawabannya adalah ke luar. Berikut adalah penjelasannya.
Kata naik, turun, maju, mundur, geser, dan masuk termasuk ke dalam kelas kata verba (biasa dikenal dengan kata kerja). Kata-kata dalam kelas kata verba bisa menempati usur predikat di dalam sebuah kalimat. Berikut ini adalah contoh penggunaannya:
(1) Kami semua harus naik ke lantai 5 untuk menemui orang tersebut.
(2) Pada bulan ini, berat badan saya turun sebanyak 2 kilogram.
(3) Dia maju beberapa langkah saat upacara bendera.
(4) Kami tidak akan mundur sampai kasus ini selesai.
(5) Saya harus menggeser kursi ini ke kiri.
(6) Semua mahasiswa sudah masuk ke dalam kelas.
Kata keluar yang menjadi pertanyaan dalam teka-teki tersebut juga termasuk ke dalam kelas kata verba. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu makna yang dimiliki oleh kata keluar adalah “bergerak dari sebelah dalam ke sebelah luar”. Oleh sebab itu, jawaban dari teka-teki itu adalah ke luar. Kemudian, muncul pertanyaan lagi, mengapa jawabannya sama? Coba kita perhatikan sekali lagi. Meskipun bunyinya sama, tetapi keluar dan ke luar berbeda. Ada dua perbedaan dari dua hal tersebut. Pertama, dari satuan gramatikalnya. Keluar (tanpa spasi) merupakan sebuah kata, sedangkan ke luar (ada spasi) merupakan sebuah frasa. Ke luar menjadi sebuah frasa karena terdiri atas dua kata, yaitu ke dan luar. Sebagai sebuah frasa, ke luar bisa menempati satu unsur di dalam kalimat. Kedua, kelas katanya berbeda. Kata keluar termasuk kelas kata verba, sedangkan frasa ke luar termasuk ke dalam kata keterangan. Frasa ke luar menjadi kata keterangan karena diawali dengan preposisi ke. Preposisi (atau lebih dikenal dengan kata depan) ke di dalam KBBI memiliki makna “kata depan untuk menandai arah dan tujuan”. Kata-kata yang ditambahkan dengan preposisi sebagai sebuah frasa, bisa menempati unsur keterangan di dalam sebuah kalimat. Salah satunya adalah keterangan tempat dengan ciri-cirinya memiliki preposisi ke dan di. Berikut ini adalah contoh penggunaan preposisi ke dan di di dalam kalimat:
(1) Galih akan pergi ke Thailand bulan depan.
(2) Dia akan menjemput ayahnya ke bandara.
(3) Kami sangat senang tinggal di kota ini.
(4) Mereka bertemu di restoran.
Frasa ke Thailand, ke bandara, di kota ini, dan di restoran menempati unsur keterangan tempat di dalam kalimat-kalimat tersebut. Kata Thailand, bandara, kota, dan restoran termasuk ke dalam kelas kata nomina (lebih dikenal dengan kata benda). Akan tetapi, ketika ditambahkan dengan preposisi ke dan di, kata-kata tersebut menjadi sebuah frasa yang menampati unsur keterangan tempat. Preposisi ke memberi informasi keterangan tempat sebagai tujuan atau tempat berpindah. Preposisi di memberi informasi keterangan tempat sebagai area atau lokasi terjadinya suatu peristiwa. Preposisi ke dan di seringkali dianggap sama dengan awalan ke- dan di-. Padahal, kaidah dan maknanya sangat berbeda. Awalan ke- dan di- selalu ditulis serangkai (tanpa spasi) dengan kata yang mengikutinya, seperti kedua (ke- + dua), ketiga (ke- + tiga), dibaca (di- + baca), dan ditulis (di- + tulis). Lalu, bagaimana dengan kata keluar? Apakah kata keluar juga merupakan kata yang digabung dengan awalan ke-? Jawabannya tidak.
Keluar adalah kata dasar yang memiliki makna sendiri tanpa harus ditambah dengan imbuhan. Makna kata keluar telah dituliskan sebelumnya. Kata keluar berbeda dengan kata luar. Kata keluar merupakan kelas kata verba yang menandai adanya sebuah aksi. Kata ini menempati unsur predikat untuk menandai aksi dari subjek. Berikut adalah contoh penggunaannya:
(1) Setelah pemimpin rapat mengucapkan salam, dia keluar dari ruangan tersebut.
(2) Kami sedang menunggu Anita. Dia belum keluar dari kantornya.
Kata keluar di dalam dua kalimat tersebut adalah predikat yang menandai adanya aksi perpindahan yang dilakukan oleh subjek, yaitu dia dan Anita. Hal ini berbeda dengan kata luar. Kata luar di dalam KBBI memiliki makna “1. daerah, tempat, dan sebagainya yang tidak merupakan bagian dari sesuatu itu sendiri; 2. Bukan dari lingkungan (keluarga, negeri, daerah, dan sebagainya) sendiri; asing: 3. Bagian (sisi, permukaan, dan sebagainya) yang tidak di dalam.” Kata luar merupakan kelas kata nomina (kata benda). Kelas kata nomina tidak bisa menempati unsur predikat di dalam sebuah kalimat. Inilah yang membedakannya dengan kata keluar. Berikut ini adalah contoh penggunaannya di dalam kalimat:
(1) Dia mengecat dinding bagian luarnyadengan warna biru.
(2) Semua orang harus menggunakan masker kembali untuk aktivitas luar
Kata luar sebagai nomina bisa ditambahkan dengan preposisi ke dan di dengan contohnya sebagai berikut:
(1) Dia ingin berwisata ke luar.
(2) Anaknya bekerja di luar.
(3) Semua orang pindah duduk ke luar karena di dalam ruangan itu tidak ada kipas angin.
(4) Dia melangkah ke luargedung itu untuk mencari signal.
Namun demikian, karena bunyi antara keluar dan ke luar tidak berbeda, dua hal ini pun sering dianggap sebagai satu kata yang sama. Terlebih lagi, kata keluar yang memiliki makna perpindahan tempat juga berada dalam konteks yang sama dengan ke luar sebagai keterangan tempat yang bukan di bagian dalam. Jika pembaca sudah memahami maknanya, coba kita praktikkan pada kalimat perintah berikut dengan menentukan lawan konteks kalimat yang tepat.
A. Silakan masuk!
(1) Silakan keluar!
(2) Silakan ke luar!
B. Tolong masukkan baju itu ke dalam koper!
(1) Tolong keluarkan baju itu dari koper!
(2) Tolong ke luarkan baju itu dari koper!
Manakah lawan konteks yang sesuai dengan untuk kalimat perintah “Silakan masuk!” dan “Tolong masukkan baju itu ke dalam koper!”? Manakah jawaban yang tepat antara (1) dan (2) serta (3) dan (4)? Selamat mencoba. Semoga mencerahkan.
Discussion about this post