Kata angka di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna, “(1) tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan; nomor. (2) nilai (kepandaian, prestasi, dan sebagainya”. Penulisan angka bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu menuliskannya sebagai nomor atau sebagai huruf. Penulisan angka sebagai nomor seperti 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan penulisan angka sebagai huruf seperti nol, satu, dua, tiga, empat, dan lima. Begitu pun angka 20 dan dua puluh, 100 dan seratus, dan sebagainya. Lalu, timbul pertanyaan, kapan kita bisa menulis angka dengan nomor dan kapan kita bisa menulisnya dengan huruf? Berikut ini adalah beberapa ketentuannya.
Penulisan angka dengan menggunakan huruf sebagai lambangnya seperti sepuluh, dua belas, lima puluh, tiga ratus, dan sebagainya. Penulisan angka dengan menggunakan huruf bisa dilakukan jika angka yang akan ditulis tersebut tidak lebih dari dua kata. Angka yang terdiri atas satu kata, seperti nol, satu, dua, tiga, lima, sepuluh, seratus, dan seribu. Angka yang terdiri atas dua kata seperti dua belas, lima belas, tiga puluh, enam ratus, dan tujuh ribu. Angka-angka tersebut bisa ditulis dalam bentuk huruf karena tidak lebih dari dua kata. Akan tetapi, angka-angka yang terdiri atas lebih dua kata, harus ditulis dalam bentuk nomor. Contoh angka-angka yang tidak bisa ditulis dalam bentuk huruf adalah dua puluh dua (harus ditulis 22), lima puluh tujuh (harus ditulis 57), dan tiga belas ribu (harus ditulis 13.000). Akan tetapi, ketentuan ini tidak berlaku jika sedang melakukan transaksi di bank (dan kebutuhan yang serupa) ketika nasabah harus menulis nominal dalam bentuk huruf.
Penulisan angka dengan huruf ini tidak bisa dilakukan jika angka tersebut diikuti oleh ukuran satuan, meskipun tidak lebih dari dua kata, seperti satu cm (harus ditulis 1 cm), dua kg (harus ditulis 2 kg), dan dua belas km (harus ditulis 12 km). Oleh sebab itu, ada film dan novel Indonesia yang berjudul “5 cm”, ditulis dalam bentuk nomor. Penulisan angka dengan huruf juga tidak bisa dilakukan jika angka tersebut diikuti oleh keterangan waktu, seperti jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Contoh dari ketentuan ini adalah satu jam (harus ditulis 1 jam), lima hari (harus ditulis 5 hari), tiga bulan (harus ditulis 3 bulan), dan tujuh belas tahun (harus ditulis 17 tahun).
Selanjutnya, penulisan angka dengan huruf juga tidak bisa dilakukan jika angka tersebut terdapat di dalam kalimat yang berupa rincian. Contoh dari ketentuan ini adalah: Seminar itu dihadiri oleh sepuluh mahasiswa, tiga belas dosen, dan lima penulis. Di dalam kalimat tersebut, terdapat rincian tentang jumlah orang-orang yang hadir di dalam seminar. Angka-angka di dalam kalimat itu, tidak bisa ditulis dalam bentuk huruf meskipun tidak lebih dari dua kata. Penulisan yang tepat dari kalimat tersebut adalah: Seminar itu dihadiri oleh 10 mahasiswa, 13 dosen, dan 5 penulis. Berdasarkan penjelasan ini, penulisan angka yang bisa diwakilkan dengan huruf bisa dilihat dalam beberapa contoh berikut.
- Dia berjalan dua langkah ke depan.
- Saya pernah berkunjung ke Korea Selatan sebanyak tiga
- Lima penyanyi itu berasal dari Kota Padang.
Contoh kalimat ketiga berkaitan dengan huruf kapital. Pada kalimat ketiga, angka yang ditulis dalam bentuk huruf berada di awal kalimat. Di dalam ketentuan ejaan bahasa Indonesia, setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital. Kalimat ketiga bisa ditulis secara huruf karena tidak lebih dari dua kata, tidak diikuti satuan dan keterangan waktu, serta tidak berupa rincian. Akan tetapi, bagaimana jika kalimat ketiga itu, jumlah penyanyinya bukan lima? Jumlah penyanyinya adalah 23 orang. Lalu, bagaimana cara menulisnya karena angka 23 tidak bisa ditulis secara huruf. Jika tidak bisa digantikan dengan huruf, kalimat tersebut tidak bisa dimulai dengan huruf kapital. Berikut adalah contoh dan jawabannya.
Dua puluh tiga penyanyi itu berasal dari Kota Padang. Kalimat ini tidak tepat karena dua puluh tiga harus ditulis dengan nomor yaitu 23. Bagaimana cara mengubahnya?
23 penyanyi itu berasal dari Kota Padang. Kalimat ini juga tidak tepat karena awal kalimat tidak dimulai dengan huruf kapital. Penulisan yang tepat bisa dilakukan dengan mengubah struktur kalimat agar 23 berada di tengah dan kalimat tersebut bisa dimulai dengan huruf kapital. Kita bisa menulis:
- Penyanyi yang berasal dari Kota Padang itu berjumlah 23 orang.
- Ada 23 penyanyi yang berasal dari Kota Padang.
Berdasarkan uraian tersebut, penulisan angka dengan menggunakan nomor (contoh: 1, 2, 3, 10, 20, 37, dan 100) bisa dilakukan dengan beberapa ketentuan berikut. Pertama, angka ditulis dalam bentuk nomor jika diikuti oleh satuan ukuran (Saya akan membeli 2 kg beras). Kedua, angka ditulis dengan menggunakan nomor jika diikuti oleh keterangan waktu (Adik saya berumur 10 tahun). Ketiga, angka ditulis dengan menggunakan nomor jika berupa rincian (Kami akan membeli 2 buku bahasa Indonesia, 3 kamus, dan 5 atlas). Keempat, angka ditulis dengan menggunakan nomor ketika menulis alamat, ruangan, atau bagian karangan (Saya tinggal di Wisma Indah nomor 20). Kelima, angka ditulis dengan menggunakan nomor ketika menulis nominal uang (Harga baju itu adalah Rp200.000,00). Secara sederhana, penulisan angka dengan menggunakan nomor dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut:
- Semua mahasiswa yang akan ujian harus masuk ke ruangan 12.
- Kami membeli 2 wortel, 5 tomat, dan 10 kentang.
- Silakan buka buku Anda halaman 17!
- Dia memberikan donasi sebesar Rp170.000,00.
- Kami sudah 25 kali membuat kerajinan itu.
- Kita memerlukan tali sepanjang 2 cm.
Penulisan angka dengan jumlah yang besar, bukan dalam bentuk nominal uang, bisa ditulis dengan menggabungkan huruf dan nomor. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembaca memahami jumlah dari angka tersebut. Contohnya bisa dilihat dalam kalimat berikut.
- Luas wilayah kota itu adalah 12 jutakm
- Jumlah penduduk di kota itu adalah 250 juta
Selain penjelasan tersebut, juga ada angka Romawi, yaitu I, II, IV, VII, dan IX. Kapan kita bisa menggunakan angka Romawi? Angka Romawi digunakan ketika menunjukkan adanya tingkatan atau level, seperi abad XX, Perang Dunia II, dan Bab V. Ini menggunakan angka Romawi karena adanya tingkatan, yaitu tingkatan abad, perang dunia, dan bab di dalam buku. Akan tetapi, kita juga masih menggunakan penulisan nomor yang berupa tingkatan, seperti abad ke-20, Perang Dunia ke-2, dan Bab ke-5. Demikianlah informasi tentang penulisan angka dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post