Arswendo Atmowiloto dalam bukunya Mengarang Itu Gampang (2004) mengatakan bahwa menulis itu gampang bila dipraktikkan dengan banyak latihan. Lalu, Hernowo dalam buku yang berjudul Andai Buku itu Sepotong Pizza (2003) juga menyampaikan menulis itu ibarat makan pizza yang enak dan penting untuk menggunakan kalimat sesederhana serta seefektif mungkin.
Kita boleh setuju menulis itu gampang jika tahu trik dan banyak latihan. Salah satu trik menulis gampang adalah dengan menggunakan kalimat sederhana. Kalimat sederhana mudah dipahami pembaca. Pesan-pesan di dalamnya juga mudah dicerna karena hakikat menulis adalah menyampaikan pesan. Namun, menulis kalimat sederhana tidaklah sesederhana namanya. Kebanyakan penulis pemula sulit membuat kalimat sederhana karena belum terbiasa atau belum terlatih dalam menulis. Mereka terjebak menulis kalimat yang panjang-panjang.
Pada masa-masa awal kepenulisan, penting bagi seorang penulis pemula untuk bersabar menata kalimat. Tidak jarang, para penulis pemula dengan emosional menggunakan kalimat-kalimat yang panjangnya mencapai satu paragraf. Kalimat panjang akan menyusahkan pembaca. Kalimat panjang tidak memberikan ruang bagi pembaca untuk jeda bernapas atau berhenti sejenak. Kalimat seperti ini akan mengganggu dan membuat pembaca tidak nyaman. Dengan kata lain, penulis tidak bertoleransi dan tidak mempertimbangkan keberadaan pembaca.
Seorang penulis seharusnya mempunyai tanggung jawab moral terhadap pembaca, termasuk tanggung jawab moral dalam mempertimbangakan situasi pembaca. Seorang penulis sepatutnya memberikan ruang pada pembaca untuk menikmati kalimat demi kalimat yang ia tulis. Salah satu caranya adalah dengan membuat kalimat sederhana. Lalu, seperti apa bentuk kalimat sederhana?
Kalimat sederhana pada umumnya pendek-pendek. Kalimat sederhana adalah kalimat yang mempunyai struktur yang sederhana, seperti subjek predikat (SP) saja, subjek predikat objek (SPO), subjek predikat keterangan (SPK), atau subjek predikat pelengkap (SPPel). Kalimat sederhana merupakan kalimat tunggal atau bukan kalimat majemuk. Kalimat sederhana bisa berbentuk kalimat minor atau kalimat dengan satu klausa.
Contohnya kalimat minor.
- Enaknya !
- Amboi bagusnya!
- Aduh, menjengkelkan !
- Indahnya!
- Pedas sekali !
Contoh kalimat dengan satu klausa atau kalimat tunggal.
- Dia menatapku. (SP)
- Kami melangkah tanpa bicara. (SPO)
- Aku tersipu malu. (SPPel)
- Aku menyembunyikan perasaan. (SPO)
- Kita sudah lama tidak bertemu. (SP)
Sungguh menyenangkan membaca narasi dengan kalimat sederhana. Kalimatnya mudah dipahami dan maksudnya juga jelas. Kalimat sederhana tidak hanya disarankan bagi penulis pemula, tetapi penulis-penulis berpengalaman juga senang menggunakan kalimat sederhana. Berikut contoh kalimat sederhana dalam beberapa novel.
Contoh kalimat sederhana dalam novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer.
Pengantin itu bergandengan. Tanpa bicara, mereka meneruskan perjalanan. Keramaian membuncah lagi. Tapi para pengiring tepat di belakang pengantin diam membisu. Pengantin menolak ditunjang. (Toer, 2002:100)
Contoh kalimat sederhana dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata.
Sepeda meluncur dengan tenang. Tara dan ibunya menikmati bundaran taman kota yang mulai ramai. Orang-orang hilir mudik. (Hirata, 2017:21)
Kami malah makin kompak. Taripol seperti orang tak bermata dengan telinga yang tajam. Aku seperti orang tak bertelinga dengan mata yang tajam. Bayangkan, jika kami bersatu. (Hirata, 2017:17)
Contoh kalimat sederhana dalam novel Love Spark in Korea karya Asma Nadia.
Sosok berpostur atletis itu berdiri di sana. Persis menutupi lensa kamera. Kalau saja boleh, Rania ingin memintanya menyingkir. (Nadia, 2015:2)
Sepasang kelopak indah terpejam. Sosok yang akrab belakangan ini, utuh bermain di benak. Lelaki yang mengucapkan suka hari ketiga pertemuan. Kata suka yang berubah menjadi cinta. Namun, tidak diiringi ketegasan ke mana hubungan mereka akan dibawa.(Nadia, 2015:2)
Demikian contoh-contoh kalimat sederhana yang digunakan dalam novel. Dalam kalimat sederhana tersebut, pesan yang disampaikan penulis mudah dipahami. Kalimatnya juga enak untuk dibaca karena pendek-pendek. Kita sering mendengar komentar,“Saya suka membaca tulisan/cerpen/novel pengarang A atau pengarang B karena kalimat yang digunakannya sederhana, pendek-pendek, dan mudah dipahami.” Jarang ada ada komentar, “Saya suka karya pengarang A atau pengarang B karena kalimat yang digunakannya panjang-panjang.” Secara logika, pembaca lebih menyukai kalimat sederhana dan pendek daripada kalimat yang panjang-panjang dan sulit dipahami. Jadi, mulai sekarang, mari belajar menggunakan kalimat sederhana dalam menulis agar tulisan kita enak dibaca dan mudah dipahami. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post