Jumat, 28/11/25 | 10:34 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Belajar Menata Masa Depan dari Rak Sepatu

Minggu, 19/12/21 | 07:00 WIB

Oleh:
Salman Herbowo, S.Hum., M.Hum.
(Alumni Prodi S2 Sastra dan S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu  Budaya, Universitas Andalas)

 

“Sesudah memakai sepatu, mohon diletakan di raknya. Jika menata sepatu saja belum mampu, jangan sok-sok-an untuk mencoba menata masa depan”.

BACAJUGA

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Hujan yang Merawat Diam

Minggu, 23/11/25 | 19:52 WIB
Lagu yang Tak Selesai-selesai

Tentang Usaha yang Tidak Terlihat

Minggu, 09/11/25 | 20:13 WIB

Himbauan itu pertama kali saya temukan saat berkunjung ke kos teman. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang unik dari kosan itu, tempatnya biasa saja seperti kebanyak kosan cowok pada umumnya dan bukan kosan elit. Tidak ada juga hal spesial dari tujuan kunjungan saya ke sana. Hanya untuk mengantarkan titipan seseorang yang diamanahkan kepada saya. Tidak lebih dari itu. Namun, peringatan yang terpajang di dinding itu mampu membuat saya bergidik saat membacanya.

Tulisan itu dicetak pada kertas putih dengan tinta hitam dan dibarengi dengan emotikon ketawa yang memperlihatkan gigi. Peringatan itu ditempel di atas rak sepatu. Apabila hendak masuk ke ruang tamu kosan, rak sepatu dengan peringatan itu adalah hal yang pertama dijumpai. Bagi saya itu sebuah perbaduan yang menggelitik sekaligus satire. Saya sangat mengapresiasi ide yang ditawarkan oleh pembuat peringatan terebut.

Bagi saya mengemas sesuatu dengan kreatif hingga menjadi unik dan menarik merupakan hal tidak mudah, termasuk dalam menyampaikan sebuah aturan. Ia mampu menyampaikan aturan dengan cara unik dan menarik. Pesan yang disampaikan cepat melekat dan akan selalu dikenang. Setidaknya itu yang saya rasakan dari pesan yang terpajang di rak sepatu tersebut.

Peringatan itu agaknya berhasil membuat saya tersindir sekaligus sebagai menjadi bahan intropeksi diri. Sampai saat tulisan ini selesai, kalimat “jangan sok-sok an untuk menata masa depan” masih susah untuk dilupakan. Kalimat itu seolah ‘menghantui’ pikiran saya.  Kenapa begitu? Karena ini berkaitan dengan masa depan! Masa depan yang “cerah” dan diimpikan setiap anak muda tentunya.

Peringatan itu mempunyai makna yang mendalam jika diinok manuangkan. Setidaknya, saya memahami sebagai proses belajar disiplin dari hal yang terlihat sepele dan ringan. Meletakan sepatu di raknya sepertinya tidaklah begitu sulit, tapi saya punya keyakinan hanya sedikit dari kita yang terbiasa dengan mudah untuk melakukannya. Jangankan tanpa plang himbauan, rak sepatu di ditempeli poster peringatan saja masih terlihat juga sepatu yang berserakan. Mengapa demikian? Hal itu menjadi persoalan karakter.

Membiasakan diri untuk disiplin dalam melakukan sesuatu tidaklah mudah, namun juga bukan suatu yang mustahil. Disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Menaati setiap aturan yang telah dibuat dan disepakati menjadi kunci untuk dapat berperilaku disiplin. Disiplin dapat dimulai dari hal ringan dan terlihat sepele, seperti meletakan sepatu pada raknya (atau tempat yang sudah ditentukan).

Rak sepatu bukan hal yang sulit untuk ditemukan. Sejauh pengamatan saya, selain di kosan teman itu, di kampus seperti laboratorium komputer dan ruangan kelas yang mengharuskan untuk membuka alas kaki juga menyediakan rak sepatu. Namun, dengan berat hati harus saya tuliskan bahwa masih ada juga terlihat sepatu yang berserakan dan terletak tidak pada tempat yang semestinya. Selain itu, di tempat ibadah seperti masjid juga menyediakan tempat peletakan alas kaki (sepatu atau sandal). Namun, adakah semua sepatu atau sandal tersusun rapi pada raknya? Tentu setiap pembaca mempunyai jawaban terendiri dari pengalamannya masing-masing.

Sampai tulisan ini diakhiri, saya masih membayangkan betapa pentingnya untuk mampu meletakan dan menyusun sepatu di raknya. Belajar membiasakan disiplin terhadap hal-hal kecil ternyata dapat mempengaruhi karakter dan kepribadian seseorang. Jika menata sepatu saja belum mampu, jangan coba untuk menata masa depan. Kadang terbersit juga pertanyaan ini dalam pikiran, bila mampu menata sepatu di rak berarti mampu menata masa depan, apakah benar menata masa depan semudah menata dan menyusun sepatu pada raknya?  Marilah kita inap renungkan masing-masing jawabannya.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perbedaan antara Imbuhan me-kan dan me-i

Berita Sesudah

Puisi-puisi Apriwanto

Berita Terkait

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Minggu, 23/11/25 | 06:57 WIB

Oleh: Fatin Fashahah (Mahasiswa Prodi Sastra dan Anggota Labor Penulisan Kreatif Universitas Andalas)   Musim gugur biasanya identik dengan keindahan....

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Minggu, 16/11/25 | 13:49 WIB

Oleh: Imro’atul Mufidah (Mahasiswa S2 Korean Studies Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)   Kebanyakan mahasiswa asing yang sedang...

Puisi-puisi M. Subarkah

Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

Minggu, 16/11/25 | 13:35 WIB

Oleh: M. Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di tengah gemerlap dunia digital dan derasnya...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Belajar Budaya dan Pendidikan Karakter dari Seorang Nenek yang ‘Merusak’ Internet

Minggu, 16/11/25 | 13:27 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di ruang keluarga. Seorang nenek sedang...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Aia Bangih Bukan Air Bangis

Apa Pentingnya Makna?

Minggu, 02/11/25 | 16:43 WIB

Oleh: Ahmad Hamidi (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)    Apa pentingnya makna? Sejauh mana ia menggambarkan...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Apriwanto

Puisi-puisi Apriwanto

Discussion about this post

POPULER

  • Diduga Lakukan Pungutan Komite, MTsN Dharmasraya Dikeluhkan Wali Murid

    Diduga Lakukan Pungutan Komite, MTsN Dharmasraya Dikeluhkan Wali Murid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Isu Pungutan Komite di MTsN Dharmasraya, Pihak Sekolah dan Komite Beri Penjelasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Status Tanggap Darurat Bencana Alam di Sumbar Berlangsung Hingga 8 Desember

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bencana Ekstrem Masih Ancam Sumbar, Total Korban 15 Orang dan Kerugian Capai Rp6,5 Miliar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024