![Ketua PW IPPNU Sumbar, Tri Ramadhani.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/10/tri-e1761065769469.jpg)
Ketua PW IPPNU Sumatera Barat, Tri Ramadhani menegaskan bahwa santri masa kini harus adaptif terhadap perkembangan teknologi dan sosial tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman yang menjadi jati diri pesantren.
“Santri tidak hanya belajar di pesantren, tapi juga harus aktif dalam kehidupan masyarakat. Hari Santri mengingatkan kita untuk terus menguatkan iman, akhlak, dan semangat kebangsaan. Pemuda dan santri harus bisa menjadi motor perubahan sekaligus teladan bagi lingkungan sekitarnya,” ujar Tri kepada Scientia.
Menurutnya, peran santri, terutama santri perempuan semakin penting di era modern. Melalui wadah IPPNU, para pelajar putri Nahdlatul Ulama berupaya menjadi garda terdepan yang mendorong kemajuan sosial, pendidikan, dan ekonomi berbasis nilai-nilai keislaman
“Santri perempuan harus kreatif, inovatif, dan mampu bersaing di berbagai bidang, baik pendidikan, sosial, maupun wirausaha. Dengan begitu, santri tidak hanya terbatas di pesantren, tapi juga membawa manfaat luas bagi bangsa,” tambah Tri.
Lebih lanjut, Tri menilai bahwa tantangan terbesar santri saat ini bukan hanya pada aspek keilmuan, tetapi juga karakter dan kepemimpinan. Ia menekankan pentingnya pembinaan yang berkelanjutan, termasuk pelatihan kepemimpinan, kegiatan keagamaan yang kontekstual, serta pengembangan kewirausahaan yang berbasis kemandirian pesantren.
“Membangun bangsa tidak cukup dengan semangat saja. Karakter yang kuat, wawasan luas, dan kemampuan memimpin harus dibekalkan kepada santri. Dengan begitu, mereka siap menghadapi tantangan zaman dan membawa pesantren menjadi bagian dari kemajuan bangsa,” tutupnya.
Ia berharap, santri dapat memperkuat perannya sebagai penjaga nilai-nilai religius, tetapi juga sebagai pelaku aktif dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan moral Indonesia. (yrp)







