Kamis, 20/11/25 | 02:08 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Menghindari Sifat Benalu

Minggu, 31/8/25 | 13:20 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra, S.Hum., Gr.
(Guru SMA Negeri 1 Ranah Pesisir)

Benalu merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tidak memiliki manfaat bagi tumbuhan lain di sekitarnya. Keberadaan tumbuhan ini justru membahayakan bagi tumbuhan-tumbuhan lain—tempat  ia menumpang hidup.
Benalu, dalam KBBI VI daring, diartikan ‘tumbuhan yang menumpang pada tanaman lain dan mengisap makanan dari tanaman yang ditumpanginya; pasilan.’ Nama latin dari tumbuhan ini adalah loranthaceae. Sebagai orang Minangkabau, kita diajarkan untuk belajar dan mencontoh kepada alam. Pepatah berikut mengatakan.

“Biriak-biriak tabang ka samak,

BACAJUGA

Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Minggu, 17/8/25 | 16:05 WIB
Penulisan Jenjang Akademik dalam Bahasa Indonesia

Memilih Menantu (Sumando)

Minggu, 10/8/25 | 13:46 WIB

ambiak batang londan tabuk,

salodang jadikan niru.

Dari niniak—turun ka mamak,

sakapa jadikan gunuang

alam takambang jadi guru.”

Salah satu pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan yang ada di alam adalah menghindari sifat hidup benalu. Meski tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat tradisional yang bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam penyakit, seperti sakit kepala, nyeri sendi, serta kanker. Namun, sifat hidup benalu tidak memberikan manfaat dan contoh bagi manusia. Di mana pun benalu hidup, keberadaannya selalu mecelakakan dan menyusahkan kehidupan di lingkungan sekitarnya.

Sebagai contoh, bila benalu tumbuh di batang pohon jengkol, tidak lama kemudian batang jengkol akan mati karenannya. Begitu pula bila tumbuhan benalu ini tumbuh di batang petai, secara pelahan pohon petai pun akan mati karenanya. Dengan demikian, sifat benalu akan selalu membawa kerugian pada kehidupan yang ditempatinya. Oleh karena itu, kita diingatkan perlu untuk menghindari sifat benalu, yang manjadi simbol perilaku menganiaya (menyakiti) orang lain. Orang yang suka dan senang manganiaya orang lain pada akhirnya akan membawa kesensaraan di tengah suasana yang mulanya aman, tentram, dan damai.

Hidup seperti benalu adalah menjadi beban bagi orang lain. Apa pun yang ditempatinya justru menjadi bencana dan malapetaka bagi orang lain. Kehadiran orang yang berperilaku seperti benalu hanyalah membawa kesusahan bagi orang lain. Bahkan, dapat membawa penderitaan yang mendalam hingga berujung pada kematian bagi pihak yang dirugikan.

Dengan begitu, benalu adalah sifat parasit yang merugikan dalam kehidupan. Selain membahayakan dan menzalimi orang lain, sifat buruk benalu juga membuat orang menjadi tersiksa dengan kehadirannya.

Sejatinya, kedatangan kita dalam masyarakat seharusnya membawa kebaikan bagi orang lain, malah bukan sebaliknya. Kedatangan kita seharusnya menjadi rahmat bagi orang-orang, justru bukan malapetaka baginya. Jadi, di mana pun kita menompang hidup, jangan sampai kita seperti benalu, yang menjadi penyebab kesensaraan dalam kehidupan orang lain.

Islam telah mengingatkan kita untuk menjauhi dan menghindari perilaku hidup seperti benalu. Dalam Islam, orang yang manyakit atau manganiayah orang lain dikatakan zalim. Perilaku ini merupakan dosa besar, sebab sifat ini suka dan senang membuat hidup orang menjadi tertindas dan menderita karena kesensaraan. Untuk itu, mari kita hindari sifat benalu ini supaya kita tidak menjadi sumber kesensaraan bagi diri kita dan hidup orang lain. Wallahualam bissawab.

Tags: #Yori Leo Saputra
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Fenomena Singkatan dalam Dunia Digital

Berita Sesudah

Bahasa dalam Pandangan Linguistik Fungsional Sistemik

Berita Terkait

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Minggu, 16/11/25 | 13:49 WIB

Oleh: Imro’atul Mufidah (Mahasiswa S2 Korean Studies Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)   Kebanyakan mahasiswa asing yang sedang...

Puisi-puisi M. Subarkah

Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

Minggu, 16/11/25 | 13:35 WIB

Oleh: M. Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di tengah gemerlap dunia digital dan derasnya...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Belajar Budaya dan Pendidikan Karakter dari Seorang Nenek yang ‘Merusak’ Internet

Minggu, 16/11/25 | 13:27 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di ruang keluarga. Seorang nenek sedang...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Aia Bangih Bukan Air Bangis

Apa Pentingnya Makna?

Minggu, 02/11/25 | 16:43 WIB

Oleh: Ahmad Hamidi (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)    Apa pentingnya makna? Sejauh mana ia menggambarkan...

Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

Minggu, 26/10/25 | 11:27 WIB

Oleh: Muhammad Afif  (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia dan Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Andalas)   Beberapa tahun terakhir, olahraga lari...

Berita Sesudah
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Bahasa dalam Pandangan Linguistik Fungsional Sistemik

POPULER

  • Wali Kota Padang Fadly Amran meninjau, pelaksanaan Verifikasi Lapangan Penilaian Padang Rancak Award Lomba Kebersihan dan Keindahan Lingkungan tingkat Rukun Tetangga (RT) se-Kota Padang, yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.(Foto:Ist)

    Lomba Padang Rancak Award Memperkuat Budaya Gotong Royong

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Resmikan Pembangunan Jalan Taratak Saiyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Tegaskan BBKT 2025 Harus Lebih Dekat dengan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerpen “Umak Saddam dan Tuah Batang Gadis” Karya Muttaqin Kholis Ali dan Ulasannya Oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Apresiasi Festival Merandang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024