Dalam kunjungannya, Wabup Candra menyaksikan langsung sampah-sampah yang mengapung di permukaan air, terutama saat musim kemarau ketika volume air menyusut dan tumpukan limbah mulai terlihat jelas. “Kalau dibiarkan, ini akan menjadi ancaman serius bagi kehidupan masyarakat sekitar,” ujar Candra.
Didampingi sang istri, Ny. Lian Octavia Candra, serta tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Labkesda Kabupaten Solok, ia juga menyaksikan pengambilan sampel air danau untuk mengukur kualitasnya, termasuk kadar keasaman (pH). Pemeriksaan ini, menurutnya, akan menjadi bahan laporan ke kementerian agar penanganan dari pemerintah pusat bisa segera dilakukan.
“Danau Singkarak bukan danau biasa. Ini masuk dalam program danau prioritas nasional, jadi kita harus jaga bersama,” tegas Candra.
Lebih lanjut, ia menyoroti dampak langsung pencemaran terhadap nelayan tradisional. Banyak warga yang biasanya menangkap ikan nila dengan tombak, kini mulai kesulitan karena sampah mengganggu habitat ikan. Selain itu, air danau yang dulunya menjadi sumber air bersih warga kini terancam tercemar.
Wabup pun mengajak masyarakat di sekitar aliran sungai yang bermuara ke Singkarak untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. “Ini bukan hanya soal sampah, tapi soal masa depan. Masa depan danau, ekosistem, dan kehidupan warga,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Solok akan segera menyusun langkah strategis bersama OPD terkait untuk penanganan masalah ini, termasuk mendorong gerakan kolaboratif yang melibatkan masyarakat dan dukungan pusat.
Dengan semangat gotong royong dan kepedulian bersama, pemerintah berharap Danau Singkarak bisa kembali bersih dan lestari, menjadi sumber kehidupan dan kebanggaan masyarakat Sumatera Barat.(Msi)