Kamis, 16/10/25 | 06:12 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas)

Klinik Bahasa edisi ini akan membahas konsep transitivitas dalam persepktif sintaksis Dixon. Dixon juga adalah salah seorang ahli linguistik yang cukup fokus berbicara tentang transitivitas. Profesor Linguistik James Cook University Australia ini mempunyai nama lengkap Robert Malcolm Ward Dixon (R.M.W. Dixon). Transitivitas menurut Dixon (2010) adalah fenomena yang berlapis-lapis dari struktur kalimat yang terdiri atas lapis-lapis klausa. Dalam linguistik klausa merupakan bagian dari kajian sintaksis atau struktur kalimat.

Selain Dixon, ahli linguistik yang juga membicarakan konsep transitivitas adalah M.A.K. Halliday. Ia merupakan seorang guru besar linguistik yang lahir di Inggris, tetapi berkebangsaan Australia. Ia dikenal dengan konsep linguistik fungsional sistemik (LFS) yang ddi dalamnya termasuk transitivtas. Menurut Halliday (1979), transitivitas adalah sistem gramatikal untuk menganalisis pengalaman bahasa yang direpresentasikan melalui klausa. Dalam bahasa sederhananya, transivitas dirumuskan sebagai cara untuk mengelompokkan jenis proses yang terjadi dalam sebuah wacana, partisipan (tokoh/subjek/orang/benda yang terlibat), dan kondisi (waktu, tempat, cara) yang menyertai proses tersebut.

Transitivitas yang menjadi topik bahasan kita kali ini adalah transitivitas menurut perspektif Dixon. Ia menyebut kalimat terdiri atas lapisan-lapisan (layer). Lapisan-lapisan tersebut mempunyai tiga ciri-ciri, yaitu 1. setiap klausa memiliki nilai transitivitas yang menentukan jumlah argumen intinya, 2. ada beberapa ketentuan untuk menandai argumen inti agar dapat dikenali, yaitu penandaan sistem kanonik atau sistem urutan S-P-O (Subjek-Predikat-Objek) dan sistem nonkanonik (sistem urutan Objek-Subjek-Predikat dan urutan acak lainnya dari struktur kalimat), dan 3. kata kerja dibagi atas kelas transitivitas yang tergantung pada transitivitas jenis klausa tempat kemunculannya.

Meskipun lebih dekat ke sintaksis, transitivitas  memiliki pondasi semantik yang menjelaskan cara kerjanya. Pondasi tersebut berguna untuk mengenali fungsi argumen inti (core argument) dan peran semantik dari sifat yang beragam terkait dengan jenis kata kerja yang berbeda tipe yang dapat dipetakan ke dalam fungsi sintaksis yang sama. Pertimbangan semantik dapat memenuhi peran lebih lanjut dalam beberapa fungsi bahasa-mungkin ada tanda alternatif untuk satu atau lebih argumen inti. Artinya, selain konvensi penandaan kanonik, mungkin terdapat penandaan nonkanonik. Hal itu tergantung pada sifat rujukan dari argumen inti (A, S, atau O) atau pada sifat rujukan kata kerja yang berfungsi sebagai inti predikat.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Satu hal yang perlu diingat bahwa transitivitas adalah masalah sintaksis. Ketika klausa dikatakan memiliki nilai transitivitas dan ketika kata kerja dikatakan menunjukkan kemungkinan adanya transitivitas, ini adalah spesifikasi sintaksis, bukan semantik. Parameter semantik turut mendasari beberapa aspek transitivitas, tetapi tidak tepat untuk disebut kata kerja tertentu dengan ‘transitif semantik’ atau ‘intransitif semantik. Lebih tepat menyebutnya sebagai profil semantik yang konsisten dengan profil transitivitas tertentu pada tingkat sintaksis.

Kita akan melihat contoh transitivitas pada level sintaksis yang disebut dengan transitivitas klausa. Transitivitas ini melibatkan predikat dan sejumlah argumen inti yang harus dinyatakan atau disimpulkan dari konteks wacana. Predikat sebuah kalimat bisa berupa kopula atau kata kerja yang tidak tepat. Dua struktur klausa utama pada seluruh bahasa di dunia bersifat intransitif dengan satu argumen inti dan transitif dengan dua argumen inti, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.

Tipe klausapredikatArgumen inti
intransitifintransitifS (Subjek dengan predikat instransitif)
transitiftransitifA (argument transitif subjek) dan O (transitif objek)

Mungkin juga ada argumen periferal yang opsional dan dapat dimasukkan dalam salah satu jenis klausa. Argumen periferal merupakan argumen yang mempunyai fungsi perluasan dan menyediakan berbagai struktur tambahan dalam sebuah kalimat. Argumen itu mencakup hal-hal, seperti instrumen (misalnya: with a stick ‘ dengan sebuah tongkat’), penerima manfaat (for the child ‘untuk anak’), waktu (in the afternoon ‘pada sore hari’), dan tempat (under the tree ’di bawah pohon’). Satu-satunya argumen wajib dalam klausa intransitif diidentifikasi sebagai fungsi Subjek (S). Fungsi A (argumen) dan O (objek) dialokasikan pada kedua argumen inti dalam klausa transitif yang memiliki basis semantik. Argumen yang referennya paling relevan dengan keberhasilan aktivitas diidentifikasikan sebagai A. (Argumen A paling sering memiliki referensi yang bernyawa atau hidup, seperti manusia dan binatang dan argumen ini dapat memulai atau mengontrol aktivitas). Argumen ini juga memiliki referen paling mungkin terpengaruh oleh aktivitas akan menjadi fungsi O (objek).

Dalam beberapa bahasa, ada dua jenis transitivitas: intransitif diperluas yang melibatkan argumen inti S dan E merupakan singkatan dari  ekstended (perluasan) ke inti dan transitif yang diperluas dengan tiga argumen inti, A, O, dan E yang disebut sebagai ditransitif. Contohnya ada dalam bahasa Tonga yang ada di Samudera Pasifik Selatan berikut ini.

1) Intransitive na’e ‘alu       [ ‘a                            e                   fefine]s

Past  go                      absolutive   art                      women

The woman (S) went.
‘Wanita itu pergi.’

 

2) extended    na’e      sio                      [ ‘a                         e           fefine]s                [ki                          he  tangata]

Intransitive      Past                   see                     absolutive        art   woman        dative    art     man

Then woman (S) saw the man (E).
‘Wanita itu (S) melihat pria itu (E).’

3) transitif            na’e              taa’i    [‘a                         e     tangata] o  [‘e    he fefine]A

PAST       hit absolutive art   man         ergative  art  woman

The woman (S) a hit the man (O).
‘Wanita itu (S) memukul pria itu (O).

4) extended    na’e      ‘oange               [ ‘a                      e           tohi]o    [‘e                 he  fefine]A

Intransitive             Past                   give                    absolutive        art   book         ergative   art  woman

[ki                  he         tangata]E
Dative  art     man
Then woman (A) gave a book (O) to the man (E).
‘Wanita itu memberikan sebuah buku kepada pria itu.’

Bahasa Tonga memiliki sistem kasus absolutif-ergatif atau fungsi S dan O yang ditunjukkan oleh kasus absolut (ditandai dengan partikel yang menunjukkan glotal stop) dan fungsi A dengan kasus ergatif (partikel ‘e). Datif (objek tidak langsung) ditunjukkan oleh ki. Frasa kata benda dapat muncul dalam urutan apa pun setelah predikat. Fungsinya ditunjukkan oleh partikel kasus awal. Demikian profil argumen untuk empat tipe klausa bahasa Tonga yang dapat disimpulkan dalam tabel di bawah ini.

TIPE KLAUSA (TYPE CLAUSE)ARGUMEN INTI (CORE ARGUMENT)
IntransitiveS (absolutif)
Intransitif perpanjangan/perluasanS (absolutif)      E (datif)
TransitifA (ergatif)       O (absolutif)
Intransitif perluasanA (ergatif)  O (absolutif)   E (datif)

Intransitif perpanjangan dan transitif polos melibatkan dua argumen inti yang diidentifikasi sebagai S dan E di (2) dan sebagai O dan A di (3).  The woman pada kalimat (2) dianggap menunjukkan properti gramatikal yang sama dengan argumen S (‘the woman’) dalam kalimat intransitif polos (1), dan properti yang berbeda dari argumen A (‘the woman’), (the woman ‘) dalam transitif biasa (3). Selain itu, woman pada (2) ditandai dengan preposisi absolutif ‘a, seperti argumen S’ the woman’in (1) (dan seperti argumen O di (3) dan (4). Argumen E dalam (2) dan dalam (4) ditandai dengan cara yang sama oleh preposisi datif ki.

Analisis tata bahasa harus benar dalam menjelaskan struktur dan sistem yang mendasari bahasa. Tata bahasa tidak hanya melihat realisasi permukaan. Kriteria untuk mengenali A, S, dan O ditambah E dalam bahasa yang memiliki relasi inti berkaitan dengan peran fungsional yang dimainkan oleh tipe argumen inti dalam tata bahasa. Kriteria tersebut melibatkan hal-hal berikut:

  1. Argumen inti berperan dalam dalam pembentukan koordinat dan konstruksi bawahan. Kalimat kompleks mungkin mengharuskan klausa terkait berbagi argumen yang ada dalam fungsi tertentu di setiap klausa, misalnya, koordinasi dapat bekerja dalam istilah poros S / A dalam beberapa bahasa dan poros S / O dalam bahasa lain. Masing-masingnya disebut sebagai akusativitas sintaksis dan ergativitas sintaksis. Atau, terjadinya argumen umum di salah satu dari sejumlah fungsi yang ditentukan dalam klausa utama dan klausa relative yang mungkin merupakan persyaratan untuk konstruksi klausa relatif yang terbentuk dengan baik.
  2. Hampir setiap bahasa memiliki beberapa turunan yang mengubah valensi yang dibingkai dalam istilah argumen inti. Dari klausa intransif dengan argumen inti dalam fungsi S, dapat diturunkan konstruksi kausatif, argumen S sebelumnya masuk ke fungsi O dan/atau konstruksi aplikatif S menjadi A. Dari klausa transitif dengan argumen inti A dan O, pasif memperoleh konstruksi intransitif, argumen O sekarang dalam fungsi S dan antipasif memperoleh intransitif dengan A mengambil fungsi S. A pada contoh pertama dan O pada contoh kedua ditempatkan pada fungsi peripheral yang dapat dihilangkan.

Dalam beberapa bahasa,  konstruksi refleksif dan/atau timbal balik melibatkan refleksif atau kata ganti timbal balik (nilai transitivitas klausa tetap tidak terpengaruh). Argumen A atau S merupakan pengontrol gramatikal. Artinya, argumen A atau S sepenuhnya dimunculkan, sementara kata ganti refleksif atau timbal balik ditempatkan pada O atau E sebagai fungsi peripheral. Demikian penjelasan tentang transitivitas dalam perspektif sintaksis yang mengacu pada pandangan Dixon. Semoga mencerahkan.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Mentawai Dorong Koperasi Jadi Motor Ekonomi Lewat Budidaya Jagung

Berita Sesudah

AI Membuat Ghibli Tenar, Bagaimana dengan Hak Cipta?

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Beberapa pengguna bahasa sering keliru menggunakan kata-kata...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tengkelek: Dari Sendal Kayu Menjadi Nama Merek

Minggu, 14/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Saat melaksanakan salat Magrib di Musala Cafe...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Seperti” dan “Sepertinya”

Minggu, 07/9/25 | 09:56 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata seperti dan sepertinya hanya dibedakan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Bahasa dalam Pandangan Linguistik Fungsional Sistemik

Minggu, 31/8/25 | 14:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Linguistik fungsional sistemik (LFS) merupakan konsep yang...

Berita Sesudah
AI Membuat Ghibli Tenar, Bagaimana dengan Hak Cipta?

AI Membuat Ghibli Tenar, Bagaimana dengan Hak Cipta?

POPULER

  • Walikota Padang Fadly Amran bersama Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara saat meninjau rehabilitasi saluran drainase dipadang pasir, Rabu (8/10). (Foto: Ist)

    Walikota Apresiasi Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara Dalam Rehabilitasi Saluran Drainase di Padang Pasir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Persiapkan Tenaga Kesehatan Untuk Ke Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenlu RI Dukung Kota Padang Kerjasama Dengan Hildesheim Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyicil dari Hasil Arisan, Ketuk Pintu Baitullah hingga Lahirkan Warisan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Tawarkan Potensi Investasi kepada Delegasi Bisnis India di Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kolaborasi Legislator PKB Hadirkan Listrik untuk 584 KK di Sijunjung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024