Konferensi yang diinisiasi oleh mahasiswa CSU dan didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini turut dihadiri oleh Presiden CSU Sacramento, Dr. Luke Wood, serta ratusan mahasiswa dari berbagai bidang studi. Dalam acara ini, Puan hadir bersama sejumlah anggota DPR RI lintas komisi, menunjukkan kuatnya dukungan parlemen Indonesia terhadap isu-isu global.
Dalam sambutannya, Puan menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat yang diberikan kepada delegasi Indonesia. Ia mengaku kagum dengan lingkungan kampus yang asri dan mendukung kegiatan akademik.
“Atas nama delegasi Indonesia, saya mengucapkan terima kasih kepada Sacramento State University atas keramahan dan kesempatan yang luar biasa ini,” ujar Puan di hadapan peserta konferensi.
Puan menyoroti peran penting perempuan di berbagai sektor, baik di Indonesia maupun di dunia. Ia memaparkan bahwa perempuan mencakup hampir setengah dari populasi dunia dan menjadi kekuatan utama dalam aktivitas ekonomi. Di Indonesia, dari 280 juta penduduk, hampir separuhnya adalah perempuan yang berperan aktif di bidang politik, sosial, lingkungan, hingga sains.
“Banyak perempuan Indonesia telah memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa,” tegas Puan.
Ia juga menggarisbawahi kemajuan keterlibatan perempuan dalam politik Indonesia, termasuk melalui aturan kuota 30% keterwakilan perempuan di parlemen yang tertuang dalam UU Pemilu. Selama periode 2019–2024, keterwakilan perempuan di DPR meningkat menjadi 21,39%.
Puan mengangkat pentingnya kesetaraan gender sebagai bentuk penghormatan terhadap martabat manusia. Menurutnya, perbedaan biologis tidak boleh membatasi peran dan peluang perempuan.
“Kesetaraan gender bukan tentang siapa yang lebih unggul, tapi bagaimana laki-laki dan perempuan bisa berjalan sejajar membangun peradaban,” katanya.
Tak hanya soal gender, Puan juga mengajak dunia untuk bersatu menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, krisis energi, dan dampak sosial-ekonomi. Ia menilai ketahanan global hanya bisa tercapai jika negara-negara saling bekerja sama dan membangun sistem yang adil.
“Setiap negara butuh negara lain untuk membentuk tatanan dunia yang lebih manusiawi, adil, dan terbebas dari eksploitasi serta dominasi,” tegas cucu Proklamator RI Soekarno itu.
Puan juga menekankan bahwa sudut pandang perempuan sangat penting dalam membentuk kebijakan publik yang inklusif. Menurutnya, kehadiran perempuan dalam diplomasi dan pengambilan keputusan akan memperkuat keadilan sosial dan mendorong perdamaian yang berkelanjutan.
“Perempuan dapat menjadi agen perubahan, pembawa solusi, dan penggerak dalam membangun masa depan yang lebih baik,” ucapnya.
Sebagai Ketua DPR RI, Puan menegaskan komitmen Indonesia dalam menyuarakan isu kesetaraan di forum-forum internasional, termasuk pertemuan parlemen G20 (P20). Ia menutup pidatonya dengan pesan bahwa kemajuan peradaban manusia tak akan lengkap tanpa kemajuan dan kesejahteraan perempuan.
Sementara itu, Dr. Luke Wood dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas kehadiran Puan Maharani di kampus CSU Sacramento.
“Kehadiran Ibu Puan sebagai Ketua DPR RI perempuan pertama menjadi simbol kuatnya demokrasi dan semangat kesetaraan. Ini adalah momen penting dalam membangun jembatan antarbudaya dan nilai-nilai kemanusiaan,” kata Wood.
Konferensi ini juga menghadirkan tokoh-tokoh dari Indonesia seperti Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng, akademisi Prof. Edy Suandi Hamid, Dr. Inge Gunawan, serta perwakilan APTISI Dr. George Iwan Marantika. Mereka bersama-sama mendorong peran aktif perempuan dalam membangun dunia yang lebih tangguh dan inklusif. (yrp)