Firman menyebut aksi bersih-bersih ini bukan sekadar simbolik, melainkan bentuk komitmen nyata terhadap kelestarian lingkungan. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat agar menjadikan budaya gotong royong sebagai langkah rutin, bukan hanya saat peringatan seremonial.
“Kerusakan lingkungan itu tidak terjadi dalam sehari, tapi karena kita diam bertahun-tahun. Kalau kita mau menyelamatkan alam, jangan hanya sibuk membuat slogan, tapi harus mau kotor tangan,” tegas Firman.
Ia juga menyoroti minimnya kesadaran sebagian masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan, terutama di area publik seperti pasar dan tempat ibadah.
“Ironisnya, di tempat kita menyebut sebagai pusat peradaban seperti pasar dan masjid masih banyak sampah berserakan. Ini tamparan keras bagi kita semua,” ujarnya.
Firman berharap peringatan Hari Lingkungan Hidup ini menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, khususnya di kawasan Ulakan yang memiliki nilai sejarah dan religius tinggi.
Kegiatan gotong royong tersebut melibatkan pembersihan saluran air, pemangkasan rumput liar, serta pengangkutan sampah yang menumpuk. Antusiasme warga terlihat tinggi, terutama dari kalangan muda yang ikut terlibat sejak pagi hari.
“Lingkungan yang bersih adalah bagian dari ibadah. Mari kita jaga bersama,” tutup Firman. (yrp)