Senin, 01/12/25 | 15:32 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan Kata “Salam” dan “Salim” saat Lebaran

Minggu, 30/3/25 | 07:07 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)

Beberapa hari lagi, umat Islam akan merayakan Idulfitri (Lebaran). Momen ini sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim setelah sebulan berpuasa. Oleh karena itu, ada banyak kegiatan yang dilakukan untuk menyambut hari yang istimewa tersebut. Kegiatan yang berkaitan dengan Idulfitri sudah bisa terlihat sebelum hari raya. Ada banyak orang yang membersihkan rumah, membuat kue, membeli pakaian baru, dan sebagainya. Pada hari raya, umat Muslim akan bertemu dengan keluarga, tetangga, kerabat, sahabat, dan yang lainnya.

Pada momen ini, keluarga yang jarang bertemu akan bersua kembali. Keluarga yang berdomisili di kota yang berbeda juga akan datang berkunjung. Pertemuan ini adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu, baik tua maupun muda. Pada saat-saat seperti ini, semua orang akan bersalaman, begitu pun dengan anak-anak kecil.

Tidak jarang pula kita mendengar orang tua mengajarkan anaknya dengan ujaran “Salim dulu sama nenek” atau “Sudah salim sama om?” Kemudian, anak-anak akan bersalaman dengan orang di sekitarnya sambil mencium tangan orang yang lebih tua. Biasanya, ada juga anak-anak yang menempelkan tangan orang yang disalami ke keningnya atau ke pipinya. Semua gerakan ini dipahami dengan kata salim.

Secara bunyi, kata salim mirip dengan kata salam. Akan tetapi, akhir-akhir ini, untuk aktivitas berjabat tangan atau mencium tangan orang yang lebih tua sering disebut dengan kata salim. Meski demikian, sesungguhnya, kata salam juga sering digunakan untuk kegiatan serupa. Lalu, apa perbedaannya? Atau apakah sebenarnya dua kata ini sama, hanya saja memiliki dialek yang berbeda? Untuk itu, mari kita bahas lebih lanjut.

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Bahasa Indonesia itu Mudah atau Sulit?

Minggu, 30/11/25 | 12:42 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB

Kita akan mulai dengan kata salam. Ada beberapa ujaran yang berkaitan dengan kata salam yang sering terdengar, yaitu:

  1. Titip salam untuk ayah dan ibu ya!
  2. Kemarin, ada yang kirim salam buat kamu.
  3. Sebelum masuk ke dalam rumah, jangan lupa ucapkan salam.

Tiga kata salam di dalam kalimat-kalimat ini tidak bisa digantikan dengan kata salim. Jika suatu kata tidak bisa digantikan kata lain secara mutlak, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dua kata tersebut memiliki perbedaan. Kata salam (yang berkaitan dengan pembahasan ini) di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) termasuk ke dalam kelas kata nomina (kata benda) yang memiliki tiga makna, yaitu:

  1. n damai
  2. n pernyatan hormat; tabik
  3. n ucapan as-salamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Berbeda dengan kata salam, kata salim menempati dua kelas kata yaitu adjektiva (kata sifat) dan verba (kata kerja). Di dalam KBBI, kata salim bermakna:

  1. a sehat; sempurna; tidak rusak
  2. v bersalaman dengan mencium tangan, biasanya kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati

Dari pemaparan makna yang terdapat di dalam KBBI, kita sudah bisa menarik perbedaan antara kata salam dan salim. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjabarkannya dalam beberapa poin berikut.

Pertama, kata salam adalah ucapan, sedangkan kata salim tidak memiliki makna yang sama dengan kata salam. Kata salam sebagai ucapan sudah terlihat dalam contoh-contoh kalimat sebelumnya, yaitu titip salam dan kirim salam. Frasa titip salam dan kirim salam merupakan sebuah tindakan yang dimaknai dengan adanya sapaan yang ditujukan kepada orang lain, tetapi disampaikan ke mitra bicaranya (lawan bicara) saat itu. Artinya, pembicara tidak bisa menyapa langsung orang yang dimaksud karena jarak yang jauh. Dengan demikian, sapaan tersebut dititipkan kepada orang yang ada di hadapannya saat ini. Hal ini bisa diterima secara logika karena salam adalah nomina yang bisa dikenai oleh suatu tindakan. Oleh sebab itu, kita juga sering mendengar tuturan “Ucapkan salam”. Artinya, salam bukanlah sebuah aktivitas, melainkan suatu ucapan. Kata salam bisa menjadi verba (kata kerja) jika ditambah dengan imbuhan, seperti ber-an (bersalaman) dan meny-i (menyalami). Jika kata salam yang berubah menjadi bersalaman dan menyalami juga verba, lalu apa bedanya dengan kata salim? Dengan demikian, ayo kita masuk ke pembahasan kedua.

Kedua, cara berjabat tangan yang berbeda antara salam (bersalaman atau menyalami) dan salim. Sebelum kita fokus pada perbedaannya, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu makna kata bersalaman dan menyalami yang ada di dalam KBBI. Kata bersalaman memiliki makna:

  1. v saling menyalami; memberi salam dengan saling berjabat tangan
  2. v berjabat tangan

Kata menyalami memiliki makna:

  1. v memberi hormat (salam) kepada; menjabat tangan

Dua kata ini pun (bersalaman dan menyalami) kiranya juga perlu dipahami mengapa imbuhannya berbeda. Kata bersalaman menggunakan imbuhan ber-an. Salah satu makna imbuhan ber-an adalah “saling melakukan”. Artinya, kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tetapi dua orang (atau lebih). Kata menyalami menggunakan imbuhan meny-i. Dari dua kata ini, ada dua perbedaan situasi. Kata bersalaman menandakan situasi dua orang yang saling berjabat tangan secara bersamaan. Kata menyalami menandakan situasi seseorang yang secara sadar datang kepada orang lain dan mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Untuk lebih jelasnya, kita bisa membayangkan dua situasi berikut:

  1. Ada dua orang yang bertemu kemudian mereka sama-sama tersenyum dan menyapa. Setelah itu, mereka juga sama-sama mengulurkan tangan. Kegiatan ini disebut bersalaman.
  2. Ada seseorang yang sedang berpidato di podium. Setelah berpidato, dia turun dari podium kemudian berjalan ke arah seseorang dan mengulurkan tangannya. Kemudian, dia bergerak sedikit ke arah orang selanjutnya dan mengulurkan tangannya kembali. Dia terus melakukan kegiatan itu kepada orang-orang di hadapannya. Kegiatan ini disebut menyalami. Contoh kalimatnya: Kepada Sekolah itu menyalami guru-guru setelah berpidato.

Setelah memahami perbedaan situasi antara bersalaman dan menyalami, kita masuk ke kata salim. Kata salim di dalam KBBI sudah termasuk kelas kata verba (kata kerja) dengan makna “bersalaman dengan mencium tangan, biasanya kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati”. Dari makna ini, kita sudah bisa menarik perbedaan kegiatan antara salam dan salim. Kegiatan bersalaman atau menyalami tidak disertakan dengan cium tangan, sedangkan kegiatan salim dilakukan dengan cium tangan untuk orang yang lebih tua. Artinya, kegiatan bersalaman dan menyalami merupakan aktivitas menyapa yang secara umum bisa dilakukan siapa pun dalam ranah yang sopan. Akan tetapi, kegiatan salim sangat difokuskan antara orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati (sebab ditandai dengan mencium tangan).

Oleh sebab itu, kata salim kerap terdengar dalam percakapan antara orang dewasa dan anak-anak. Pada tahap ini, kita menyadari mengapa anak-anak lebih cenderung diminta untuk salim bukan salam. Demikianlah penjelasan antara kata salam dan salim. Dua kata yang berbeda tetapi sesungguhnya selalu ada dalam ruang lingkup silaturahmi. Semoga saat lebaran nanti salam dan salim bisa ikut serta menghiasi indahnya hari raya Idulfitri seluruh umat Islam di dunia.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Fenomena Fast Fashion dalam Perspektif Ekolinguistik

Berita Sesudah

Kritik terhadap Para Pemimpin dalam Cerpen “Saksi Mata” Karya Seno Gumira

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Bahasa Indonesia itu Mudah atau Sulit?

Minggu, 30/11/25 | 12:42 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Apakah bahasa Indonesia itu sulit? Atau...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Bahasa AI dan Curahan Hati Gen Z

Minggu, 23/11/25 | 06:43 WIB

Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Doktor Linguistik dan Dosen Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas)  Ada yang menarik dari kehadiran AI...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Perkembangan Kosakata di Era Komunikasi Digital

Minggu, 16/11/25 | 07:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Sebuah kosakata, frasa, atau istilah muncul karena...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki berbagai ekspresi komunikasi,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat-Menyurat

Senin, 27/10/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas)  Ketika seseorang diminta menulis...

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Senin, 20/10/25 | 07:36 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kata saja amat sering digunakan dalam berbagai bentuk...

Berita Sesudah
Kritik terhadap Para Pemimpin dalam Cerpen “Saksi Mata” Karya Seno Gumira

Kritik terhadap Para Pemimpin dalam Cerpen “Saksi Mata” Karya Seno Gumira

POPULER

  • Kantor PDAM Kota Padang.[foto : net]

    PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DPW PKB Sumbar dan DKW Panji Bangsa Gerak Cepat Salurkan Sembako di Padang Pariaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Desak PDAM Percepat Perbaikan IPA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Water Front City Amblas 200 Meter di Pariaman Selatan, Tanpa Rambu dan Penerangan: Warga Terancam Nyawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bahasa Indonesia itu Mudah atau Sulit?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024