Rabu, 11/6/25 | 10:58 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Penggunaan Kata ‘cuma’, ‘hanya’ , dan ‘saja’

Minggu, 27/10/24 | 06:38 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Kata cuma, hanya, dan saja termasuk ke dalam kelas kata adverbia (kata keterangan). Kelas kata adverbia berfungsi sebagai kata yang memberi keterangan pada kata lain, terutama verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat). Kata lain yang juga tergolong adverbia seperti sangat, sering, selalu, dan lebih, dengan contoh sebagai berikut:

  1. Cuaca hari ini sangat panas.
  2. Dia sering membeli teh di kafe itu.
  3. Kami selalu berdoa sebelum memulai pelajaran.
  4. Saya pikir harga makanan di restoran itu lebih mahal.

Berbagai adverbia akan memberi makna yang berbeda pada kata-kata yang mendapatkan keterangan. Akan tetapi, ada beberapa adverbia yang maknanya dianggap sama (tanpa ada perbedaan), seperti kata cuma, hanya, dan saja. Oleh sebab itu, pada edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini, kita akan mencoba memahami kembali secara detail tiga penggunaan kata tersebut. Kita juga akan melihat makna yang tertera di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pada pembahasan pertama, penulis akan menjabarkan tiga makna kata tersebut. Kata yang pertama adalah cuma. Di dalam KBBI, kata ini memiliki dua makna, yaitu:

  1. hanya
  2. tidak ada yang lain (sendirian dalam jenisnya)

Kata yang kedua adalah hanya. Di dalam KBBI, kata ini memiliki enam makna, yaitu:

  1. cuma
  2. kecuali
  3. tetapi
  4. tidak lebih dari
  5. tidak lain dari
  6. saja (biasanya digunakan bersama “saja” untuk mengeraskan makna)

Kata yang ketiga adalah saja. Di dalam KBBI, kata ini juga memiliki enam makna, yaitu:

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB
  1. melulu (tiada lain hanya; semata-mata)
  2. juga; pun (untuk menyatakan tidak tentu)
  3. selalu; terus-menerus
  4. seenaknya; sesuka hati
  5. lebih baik (sebagai anjuran)
  6. sekali (sebagai penegas)

Dari penjabaran makna ini, kita sudah bisa melihat ada makna yang mirip dan ada juga yang berbeda. Dengan demikian, kita akan lanjutkan pembahasan pada penggunaannya secara detail. Kita akan memulainya dengan kata cuma. Kata cuma ada yang berbentuk tunggal dan ada juga yang berbentuk kata ulang, yaitu cuma-cuma. Akan tetapi, kata cuma dan cuma-cuma memiliki makna yang berbeda. Kata cuma-cuma memiliki makna ‘1. tidak ada gunanya; sia-sia, 2. tidak perlu membayar; tidak dikenakan (dipungut) bayaran; gratis’. Berbeda dengan kata cuma, kata hanya dan saja tidak ada dalam bentuk kata ulang.

Perbedaan tiga kata ini juga bisa dilihat dari posisinya di dalam kalimat. Secara posisi (letak kata), kata cuma dan hanya berada di depan kata yang akan diberi keterangan, sedangkan kata saja berada di belakangnya. Berikut ini adalah contoh perbedaan posisinya:

  1. Kami cuma memerlukan satu mobil untuk acara tersebut.
  2. Kami hanya memerlukan satu mobil untuk acara tersebut.
  3. Kami memerlukan satu mobil saja untuk acara tersebut.

Dari tiga kalimat ini, kita bisa memahami konteksnya bahwa mereka tidak memerlukan banyak mobil. Artinya, satu mobil sudah bisa memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, dari tiga kalimat ini pula kita menyadari bahwa kemiripan kata cuma dan hanya sangat besar, sedangkan kata saja memiliki nuansa yang sedikit berbeda. Perbedaan nuansa kata saja ini semakin terasa ketika kita bisa menggabungkannya dengan kalimat pertama dan kedua, seperti:

  1. Kami cuma memerlukan satu mobil saja untuk acara tersebut.
  2. Kami hanya memerlukan satu mobil saja untuk acara tersebut.

Mengapa kata saja bisa digabung di dalam dua kalimat ini? Karena kata saja di dalam dua kalimat ini berfungsi sebagai penegasan. Akan tetapi, kata cuma dan hanya tidak bisa digabung karena makna dan posisinya yang hampir sama. Secara makna, kata saja juga memiliki makna lain yang sangat berbeda dengan kata cuma dan hanya. Oleh sebab itu, dalam tiga kata yang bersinonim ini, kata saja cukup mudah untuk dibedakan. Kata saja di dalam contoh kalimat sebelumnya memberi batasan terhadap suatu hal (contoh: satu mobil saja). Jika kata saja berada di dalam kalimat tanya, maknanya justru sangat berbeda. Kata saja yang berada di dalam kalimat tanya berfungsi meminta jawaban yang lebih banyak atau lebih detail dari orang yang akan menjawab. Berikut ini adalah contohnya:

  1. Apa yang kamu lakukan kemarin?
  2. Apa saja yang kamu lakukan kemarin?
  3. Siapa yang datang ke acara itu?
  4. Siapa saja yang datang ke acara itu?
  5. Di mana Anda pernah bekerja?
  6. Di mana saja Anda pernah bekerja?

Singkat kata, kita bisa menarik kesimpulan bahwa kata saja memiliki makna yang lain yang sangat berbeda dengan konteks cuma dan hanya. Dengan demikian, sekarang kita akan fokus melihat perbedaan kata cuma dan hanya. Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa kata cuma dan hanya bisa digabung dengan saja untuk memberi kesan yang lebih tegas, seperti:

  1. cuma dia saja / hanya dia saja
  2. cuma bertanya saja / hanya bertanya saja
  3. cuma 000,00 saja / hanya Rp2.000,00 saja

Dari tiga contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa kata cuma dan hanya bisa mengapit kata lain dengan saja. Dalam bentuk lainnya, kata hanya bisa langsung digabung dengan saja, menjadi hanya saja. Ungkapan hanya saja sering terdengar di dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, ungkapan cuma saja tidak banyak digunakan, bahkan hampir tidak terdengar. Ungkapan hanya saja tidak lagi bermakna pembatasan seperti makna dasarnya, tetapi beralih makna pertentangan seperti makna kata tetapi atau namun. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya:

  1. Saya bisa melakukan semua pekerjaan itu, hanya saja saya membutuhkan waktu yang lebih lama.
  2. Kami sudah lama ingin berlibur ke sana, hanya saja kami belum memiliki waktu luang.
  3. Sebenarnya, makanan ini enak. Hanya saja, garamnya perlu ditambah sedikit lagi.

Perbedaan lain dari kata cuma dan hanya adalah kecenderungan kata yang diikutinya. Pada dasarnya, ini tidaklah menjadi perbedaan yang mendasar, tetapi tanpa sadar, kita lebih cenderung menggunakan kata cuma untuk kelas kata nomina (kata benda) dan pronomina (kata ganti), sedangkan kata hanya untuk kelas kata verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat). Meskipun demikian, dua kata ini bisa saling menggantikan di dalam pemakaiannya.

Penggunaan kata cuma yang sering terdengar adalah cuma kamu, cuma dia, cuma ini, cuma 2.000, cuma hari ini, cuma sepatu, dan sebagainya. Penggunaan kata hanya yang sering terdengar adalah hanya belajar, hanya menyapa, hanya mengecek, hanya memantau, hanya melihat, hanya mendengar, hanya membeli, hanya melihat-lihat, hanya ingin tahu, dan sebagainya.

Sesuai dengan penjelasan tersebut, dalam bentuk kalimat dengan informasi penyangkalan yang terkait dengan verba dan adjektiva, kita menggunakan frasa tidak hanya, bukan frasa tidak cuma. Frasa tidak hanya ini selalu dipasangkan dengan frasa tetapi juga. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya:

  1. Dia tidak hanya bekerja sepanjang hari, tetapi juga belajar.
  2. Saat pergi ke Korea, kami tidak hanya berwisata, tetapi juga mencari informasi tentang beasiswa.
  3. Adikku tidak hanya cantik, tetapi juga baik hati.
  4. Kota Padang tidak hanya indah, tetapi juga bersih.

Frasa tidak hanya di dalam empat kalimat ini sangat jarang diganti dengan tidak cuma. Inilah perbedaan dari kata cuma, hanya, dan saja. Semoga bermanfaat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Turun ke Dapil IV, Anggota DPRD Sumbar Salamat Simamora Serap Aspirasi Masyarakat Nagari Sontang Cubadak dan Sitombol

Berita Sesudah

Hubungan Sosial yang Unik di Universitas: Pengalaman 38 Tahun Bersama Pak Wahyu Pramono

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Berita Sesudah
Hubungan Sosial yang Unik di Universitas: Pengalaman 38 Tahun Bersama Pak Wahyu Pramono

Hubungan Sosial yang Unik di Universitas: Pengalaman 38 Tahun Bersama Pak Wahyu Pramono

POPULER

  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wakil Ketua DPRD Padang Pariaman Terima Audiensi Imapar UIN IB Padang Bahas Kolaborasi Pembangunan Daerah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan di Nagari Sopan Jaya Rusak, Warga Tuntut PT SAK Tanggung Jawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024