Minggu, 13/7/25 | 16:14 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Gadget dan Kesehatan Masa Depan

Senin, 30/9/24 | 04:58 WIB

Oleh: Hardisman
(Dokter, Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan,
dan Profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas)
 

Waktu telah berganti, masa telah beralih, dan zaman pun telah berubah. Pengalaman masa kecil yang dilalui anak-anak masa kini tidaklah sama dengan Pelajaran yang dialami oleh orang tuanya di masa lalu. Apalagi jika dibandingkan dengan zaman kakek dan neneknya.  Pada saat ini, setiap orang dengan mudahnya mendapatkan informasi di jaringan internet. Kalau hanya sekadar ingin tahu, internet jauh lebih menyediakan informasi, bahkan yang lebih cepat dan lengkap dari apa yang tersedia dan diberikan di sekolah.

Akses informasi tanpa batas tentunya juga mudah diakses oleh anak-anak. Tidak jarang pula, kemampuan anak-anak menggunakan perangkat elektronik untuk mencari dan mendapatkan informasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa. Akses informasi melalui internet tidak lagi terbatas dengan pelajaran dan laptop, tetapi juga dapat dilakukan dengan berbagai gadget (gawai). Gadget hadir sebagai piranti atau alat yang dilengkapi dengan teknologi canggih dengan bentuk dan ukuran lebih praktis sehingga mudah dibawa. Gadget dulunya hanya telepon yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal yang saat ini sudah bertransformasi menjadi telepon seluler atau handphone (HP) yang lebih pratis dengan fitur teknologi lengkap.  Saat ini, gadget menjadi gadget perangkat utama yang dimiliki oleh semua orang.

BACAJUGA

Bahaya Mandi Malam: Antara Mitos dan Fakta

Bahaya Mandi Malam: Antara Mitos dan Fakta

Senin, 11/11/24 | 06:25 WIB
Menguatkan Fungsi Keluarga Demi Kesehatan Ibu dan Anak

Pengobatan Alternatif: Bisakah Menjadi Pilihan?

Senin, 04/11/24 | 12:32 WIB

Gadget Bermata Dua

Penggunaan gadget atau ponsel oleh sebagian besar masyarakat sudah masuk dalam kategori yang tidak sehat. Fitur internet dan segala aplikasi turunannya, seperti media sosial, aplikasi sharing video online, dan game online pada sebagian orang tidak lagi menjadi sebuah hiburan dalam waktu luang. Akan tetapi, sudah menggangu aktivitas penting harian, pekerjaan,  bahkan juga hubungan sosial dan hubungan dalam keluarga.

Media sosial yang sejatinya adalah ajang untuk berinteraksi dengan teman dan sahabat jauh yang tidak dapat bertatap muka langsung, kini menjadi ‘alat’ yang memisahkan jarak orang-orang yang berdekatan. Saat penggunanya keasyikan sendiri menikmati video di dunia maya atau game online, mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Tidak jarang kita saksikan orang berkumpul pada tempat yang sama yang semula tujuannya untuk berinteraksi, namun masing-masing lebih sibuk dengan gadget. Kondisi ini menunjukkan kecendrungan autistik.

Secara psikoneurologi, penggunaan gadget dengan segala fitur dan aplikasinya tidak dapat dikalahkan dan digantikan oleh buku atau permainan-permaianan lama yang terkesan kuno dan tidak menarik. Adanya ketidaknyamanan atau kebosanan dalam diri seseorang (boredom) menjadi pemicu awal untuk penggunaan fitur gadget terus-menerus. Ketika seseorang menggunakan sebuah aplikasi atau game, boredom tersebut terobati. Selanjutnya, dalam aplikais tersebut ada reward pada game atau video yang lebih menarik lagi, atau adanya like  dan comment  ketika sharing sesuatu.  Reward yang tak berkesudahan akan membuat seseorang betah untuk berlama-lama menggunakan aplikasi tersebut, lalu lagi dan lagi. Jika penggunaan gadget dengan berbagai aplikasi sudah tidak lagi dapat dikontrol, kondisi tersebut termasuk ke dalam tahapan kecanduan.

Kecenderungan perilaku tersebut tentu akan lebih parah jika sudah masuk dalam tahapan kecanduan gadget (gadget addiction). Kecanduan gadget merupakan kondisi ketika seserorang sudah menggunakan gadget berlebihan yang berdampak terhadap Kesehatan, baik fisik atau mental dan sudah mengganggu fungsi dan pekerjaan hariannya (wellbeing). Keadaan seperti ini, menurut Indrakanti dkk. dari UC Berkeley sudah mengenai semua orang di dunia tanpa batas usia, baik anak-anak hingga dewasa.

Kecanduan gadget juga berkembang menjadi gangguan psikologis baru yang disebut ‘Nomphobia’. Pada kondisi ini seseorang sudah takut berlebihan, bahkan menjadi irrasional jika jauh atau tidak memegang gadget atau Hp. Penelitian Rao dkk. di salah satu wilayah di India menyebutkan bahwa 1 dari 3 mahasiswa mengalami kondisi Nomophobia. Mungkin saja, masyarakat kita belum terdeteksi kecanduan gadget ataupun Nomophobia. Akan tetapi, sudah mengarah kepada keduanya.

Dampak kecanduan gadget sudah dirasakan pada kesehatan fisik ataupun mental dalam kondisi sedang hingga berat. Ganguan kesehatan mental pada anak dapat dilihat dari kurang konsentrasi dan daya tangkap terhadap pelajaran hingga perilaku agresif tidak terduga yang membutuhkan penanganan lanjut. Gangguan kesehatan fisik juga dapat muncul sakit kepala, nyeri tengkuk, insomnia, dan gangguan penglihatan, mulai dari sedang hingga berat.

Kita Harus Bagaimana?

“Gadget ibarat pedang bermata dua”. Jika digunakan secara bijak, ia adalah alat untuk mencari dan mendapatkan informasi pendukung pengetahuan dan pendidikan. Akan tetapi, jika digunakan secara berlebihan dan pada saat yang tidak tepat, ia akan menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah masalah kesehatan.

Pencegahan terhadap timbulnya masalah kesehatan yang lebih berat terkait penggunaan gadget tdak lain adalah dengan cara mengurangi penggunaannya. Bagi orang yang sudah dewasa, perlu menyadari dan mendisiplinkan diri untuk menggunakan gadget secara bijak.

Menciptakan masyarakat yang sehat paripurna masa depan, salah satunya adalah dengan mencegah terjadinya kecanduan gadget. Secara sosial, masyarakat perlu kembali menggiatkan olahraga atau aktivitas bersama di luar ruangan (outdoor).  Setiap kelompok masyarakat perlu kembali mengaktifkan berbagai permainan, menggiatkan kembali membaca buku, dan interaksi sosial secara langsung (face to face).

Untuk membentuk anak yang sehat dan bugar di masa depan, orang tua perlu bijak dalam memberikan gadget pada anak. Anak hanya diberikan gadget pada usia membutuhkan dan penggunaannya dapat dikontrol oleh orang tua. Jangan malah orang tua melakukan sebaliknya dengan memberikan gadget pada anak sebagai alat untuk menenangkan anak pada usia dini.

Selanjutnya, pada masa anak-anak hingga remaja awal, sangat perlu pembatasan penggunaan gadget. Anak-anak dapat diberikan schedule atau waktu maksimal penggunaan gadget sehingga sejak awal anak-anak sudah menyadari dan mampu menempatkan penggunaan gadget sebagai ‘wadah rekreasi’ yang bermanfaat setelah urusan sekolah dan tugas utama lain diselesaikan.

Jauh yang lebih penting dari itu, orang tua harus menjadi contoh dan keteladanan dalam hal penggunaan gadget. Orang tua harus pertama kali yang pandai memosisikan gadget sebagai alat bantu kebutuhan dan menggunakannanya dengan bijak. Ketika orang tua mengarahkan dan menasihati anaknya, mereka telah melakukannya terlebih dahulu. Di samping itu, orang tua punya waktu yang berkualitas untuk berdiskusi dan bercengkerama dengan anak-anak. Orang tua di rumah adalah tempat bercerita, bukan tempat saling diam dan sibuk dengan gadget masing-masing. Tidak lupa pula, ada waktu untuk aktivitas bersama, seperti jalan pagi, olahraga, atau kegiatan-kegiatan bersama lainnya. Jika ini dapat diterapkan pada setiap keluarga, hal itu dapat mengurangi gangguan kesehatan mental masa depan dan munculnya penyakit degeneratif, otot, tulang, dan sendi yang lebih berat. Semoga.

Tags: #gadget#Hardisman#kesehatan masa depan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Memahami Relasi Bahasa dan Ideologi dalam Wacana

Berita Sesudah

DPRD Padang Setujui APBD Perubahan 2024 Sebesar Rp2,8 Triliun

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Foto bersama usai Sidang Paripurna DPRD Kota Padang terkait, Penyampaian Akhir Fraksi-Fraksi terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Tentang APBD-P TA 2024, di Ruang Sidang Utama Kantor DPRD Padang, Senin (30/9). (Foto: Ist)

DPRD Padang Setujui APBD Perubahan 2024 Sebesar Rp2,8 Triliun

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024