Oleh: Andika Ramadhan
(Mahasiswa Program Studi Manajemen dan Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia Universitas Andalas)
Media sosial akhir-akhir ini sedang ramai membicarakan Gen Z. Gen Z menjadi topik yang paling banyak muncul atau FYP (For Your Page) di TikTok. Warganet khususnya generasi milenial berpendapat bahwa Gen Z adalah generasi yang lemah dan baperan. Mereka menganggap Gen Z adalah generasi yang tidak bisa bertahan di dunia kerja. Banyak orang dari generasi-generasi sebelumnya mengecap Gen Z punya mental sensitive. Melihat hal demikian, banyak dari Gen Z yang membantah pernyataan tersebut. Gen z mulai menunjukkan mereka bukan generasi yang bermental lemah. Banyak video yang mereka buat tentang bagaimana mereka bertahan dalam menjalani hidup. Keadaan ini sedikit menimbulkan polemik antara Gen Z dengan generasi-generasi lainnya.
Mengutip laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, terdapat beberapa penggolongan generasi berdasarkan tahun lahirnya. Pertama, ada generasi Baby Boomer yang lahir pada tahun 1946-1964. Kedua, generasi X yang lahir pada tahun 1965 hingga 1980. Ketiga, generasi Y atau milenial mereka yang lahir pada tahun 1981 hingga 1996. Keempat, generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Kelima, generasi Post Gen Z atau Alpha yakni mereka yang lahir pada 2013 dan tahun seterusnya.
Generasi Z atau Gen-Z merupakan kelompok usia penduduk Indonesia yang banyak menjadi pusat perhatian dalam beberapa tahun ini. Populasi Gen-Z di Indonesia mencapai hampir 75 juta jiwa atau 27 persen dari total populasi nasional. Generasi ini merupakan generasi pertama yang tumbuh dalam era digital dan sering disebut sebagai “digital native“, yang artinya mereka sangat terbiasa dengan teknologi digital dan internet.
Belakangan ini, Gen Z tengah menjadi sorotan. Dari diberi label sebagai generasi lembek hingga dituduh terlalu memprioritaskan gengsi dibandingkan dengan tata krama. Gen Z menjadi sasaran kritik karena dianggap lebih lemah, kurang pekerja keras, atau kurang tangguh dibandingkan generasi sebelumnya. Gen z dianggap lemah oleh generasi milenial karena mereka sering resign dalam pekerjaan dan lebih mementingkan mental health. Milenial menganggap Gen Z tidak bisa bertahan di dunia kerja karena mental mereka lemah dan tidak bisa bekerja di bawah tekanan.
Di TikTok saat ini sedang viral video yang dibuat oleh pemilik akun @AngelWijaya yang menyenggol Gen Z. Pemilik video yang merupakan seorang HRD mengomentari pelamar kerja yang diwawancarai. Pada video tersebut, HRD itu menyampaikan bahwa Gen Z terlalu banyak mau dalam mencari kerja. Selain itu, dia menganggap Gen Z terlalu banyak pilih dalam mencari pekerjaan. Video tersebut tentunya memicu berbagai reaksi dari warganet, mulai dari dukungan hingga kritik balik. Beberapa warganet setuju dengan pandangan video tersebut,terutama dari kalangan milenial dan generasi yang lebih tua. Sementara itu, banyak Gen Z yang tidak setuju dengan video tersebut. Mereka langsung membanjiri kolom komentar video tersebut. Beberapa komentar Gen Z dalam video tersebut sebagai berikut:
@faisalimg: kerja milih milih, ya iya lahhh, kerja milih sesuai passion biar lagi banyak kerja juga yang dirasain cuma cape nya, gak sampe stress nyesel kerja
@flowLyy.:Emng knpa sih klo milih milih kerja? aku sebelum nya juga gitu biar bisa nyesuain diri worth it gk dri segi jam kerja sama gaji nya
@м α я к я ι η α : Setuju aku kerja buatku yang nyaman., bukan soal uang|
@mochi.ku :sedih ak apa² gen Z, pdhl nggk smua gituuu????
@kapucino :gen z ga seburuk itu kali.
Selain merespon dengan komentar, para Gen Z juga membuat video yang menunjukkan kesibukan mereka. Video tersebut banyak dibuat sehingga menjadi trend yang diberi nama “Gen Z lemah?”. Pemberian nama Gen Z lemah tersebut sebagai bentuk satir terhadap persepsi warganet kepada Gen Z. Pada tren video tersebut berisikan bagaimana kesibukan Gen Z yang sangat padat. Salah satu akun dengan nama @aadyaksaf membuat tren “Gen Z lemah” dengan membagikan kesehariannya. Dimulai dari kuliah pagi sampai sore, kemudian dilanjutkan dengan latihan futsal, kerja dari sore sampai malam, dan lanjut membuat tugas dari malam sampai pagi. Selain itu, akun @kanseuuuu juga ikut membuat tren tersebut. Dia menceritakan mulai dari pagi ngajar, siang lanjut kuliah, sore sampai malam kerja jadi barista, dan pulangnya lanjut membuat tugas kuliah sampai subuh.
Dari tren tersebut, Gen Z menunjukkan dirinya bahwa mereka bukanlah generasi lemah seperti yang distereotipkan. Mereka seakan menunjukkan Gen Z adalah generasi yang juga tangguh dan pekerja keras. Gen Z adalah generasi yang kreatif dan suka pada tantangan. Tuntutan zaman sekarang menjadikan Gen Z harus serba bisa dalam berbagai hal. Keadaan ini membuat mereka mau tidak mau harus belajar dan explore hal baru setiap hari.
Perkembangan zaman yang semakin pesat mendorong Gen Z untuk mencapai kemandirian finansial. Mereka ingin memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tanpa bergantung kepada orang tua. Banyak dari Gen Z mengabil pekerjaan paruh waktu atau part time. Pekerjaan part time memberikan mereka pengalaman awal dalam dunia kerja. Selain itu, part time juga membantu mereka memperluas relasi. Mayoritas Gen Z mengambil part time sambil melanjutkan pendidikan. Jam kerja yang fleksibel memungkinkan mereka untuk bisa mengatur waktu kerja dan studi. Ini membantu mereka untuk tetap fokus pada pendidikan dan memperoleh penghasilan tambahan.
Gen Z sangat memprioritaskan mental health (kesehatan mental) dalam kehidupan mereka. Jika suatu pekerjaan akan merusak mental health mereka maka Gen Z akan memilih keluar dari pekerjaan tersebut. Pengaruh media sosial membawa dampak yang besar bagi mental health Gen Z. Tekanan untuk selalu tampil sempurna dan haus akan validasi dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, pandemi Covid-19 sangat berdampak pada kesehatan mental manusia, terutama Gen Z itu sendiri. Pengalaman ini membuat mereka lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental.
Gen Z merupakan generasi yang paling paham tentang teknologi. Mereka lahir di era teknologi sedang berkembang dengan sangat pesat. Sedari kecil mereka sudah terbiasa dengan teknologi sehingga mereka mudah beradaptasi dengan teknologi baru. Dengan memanfaatkan teknologi, Gen Z dikenal sebagai generasi yang kreatif. Mereka bisa menciptakan ide-ide yang baru melalui media sosial. Inovasi baru juga banyak yang mereka luncurkan. Gen Z terbiasa mengekspresikan diri mereka melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram,YouTube,TikTok, dan lain,lain
Keberadaan media sosial juga menumbuhkan kesadaran sosial yang tinggi terhadap Gen Z. Mereka tumbuh di lingkungan yang beragam dan terbuka terhadap isu sosial. Mereka memanfaatkan media sosial sebagai alat dan media untuk menyuarakan pendapat tentang berbagai isu di masyarakat seperti lingkungan, kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan keadilan sosial. Di samping itu, Gen Z juga memanfaatkan media sosial untuk kepedulian sesama. Di media sosial, mereka melakukan penggalangan dana, penyebaran petisi, dan gerakan sosial. Salah satu contohnya adalah konten “Tiktok do your magic”. Konten tersebut adalah untuk membantu penggalangan dana atau mencari orang hilang melalui aplikasi Tiktok. Konten ini dinilai sangat efektif dan dapat dilihat dari banyaknya donasi yang terkumpul dan orang hilang yang dicari bisa ditemukan.
Di Indonesia, keberadaan Gen Z cukup membawa pengaruh yang signifikan. Melansir dari website resmi KPU, sebanyak 55% pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari Gen Z dan Milenial. Gen Z dinilai menyumbangkan suara yang cukup besar pada Pemilu 2024. Dengan keikutsertaan Gen Z dalam pemilu, tentunya kesadaran akan politik berbangsa dan bernegara akan semakin tertanam kuat pada seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, generasi Z tentunya akan lebih melek politik sehingga mereka bisa paham dan mengerti akan keadaan negara Indonesia.
Menganggap Gen Z sebagai generasi lemah adalah hal yang keliru. Mereka adalah generasi yang tangguh, penuh inovasi, dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Mereka memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam menghadapi tantangan global. Gen Z menunjukkan bahwa mereka memiliki potensi besar untuk memimpin dan membawa perubahan positif di masa depan. Gen Z tentunya layak mendapat ruang untuk tumbuh dan berkembang, serta dukungan dan penghargaan atas kontribusi mereka dalam kehidupan sosial.
Discussion about this post