Senin, 01/12/25 | 14:09 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Perlawanan dalam Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Minggu, 02/6/24 | 07:00 WIB

Oleh: Rizky Amelya Furqan
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

“Aku tak mau takut padaMu ya Allah, aku ingin mencintaiMu secara bebas tanpa ditakut-takuti neraka dan diiming-imingi surga” Kiran-Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa

BACAJUGA

Skizofrenia antara Bahasa dan Realitas

Skizofrenia antara Bahasa dan Realitas

Minggu, 14/9/25 | 15:33 WIB
Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Minggu, 06/10/24 | 06:53 WIB

Berbicara tentang perfilman Indonesia sepertinya tidak akan ada habisnya karena selalu saja ada film-film baru dari sutradara-sutradara handal Indonesia. Pada tanggal 22 Mei 2024 seluruh bioskop Indonesia juga menayangkan film garapan salah satu sutradara terkenal Indonesia, yaitu Hanung Bramantyo. Karya-karya dari tangan dinginnya selalu menjadi perhatian publik begitu juga dengan Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa dengan durasi 1 jam 54 menit ini. Hanung juga menceritakan dalam sebuah wawancaranya bahwa ia tidak memiripkan secara keseluruhan dengan novel karena dalam novel penceritaannya terlalu frontal dan memihak pada satu kaum sehingga kalau dia menyamakan akan muncul kontra dari kaum-kaum tertentu.

Film yang terinspirasi dari novel karya Muhidin Dahlan dengan judul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur ini sebenarnya sudah selesai proses penulisan film dari sebelum pandemi. Namun, baru didanai oleh Raam Punjabi, pimpinan MVP Pictures. Sebelum ditayangkan di bioskop film ini telah lebih dahulu ditayangkan secara global di Jakarta Film Week 2023 pada 27 Oktober 2023. Kemudian, juga tayang di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2023. Antuasiasme masyarakat terhadap film ini cukup banyak karena terlihat dari jumlah penonton yang terus meningkat dan sudah mencapai 266.964 penonton pada hari kelima penayangan.

Aghniny Haque tokoh utama dalam film yang memerankan karakter Nidah Kirani merupakan seorang mahasiswi yang menghabiskan masa mudanya untuk melayani umat dan orang-orang saleh yang dihormati oleh banyak orang. Kemudian, dia mendapatkan kekecewaan ketika akan menjalankan pernikan dengan pemimpin kaum karena ia mengatakan bahwa pemimpin kaum tersebut telah menelponnya dan mengajukan tawaran untuk menikah siri. Namun, pemimpin kaum tidak mengakui sehingga Kirani dianggap memfitnah pemimpin kaum tersebut. Demi menjaga nama baiknya pemimpin kaum dan pengikutnya memfitnah Kirani habis-habisan sehingga dia melarikan diri dengan teman laki-laki di pengajian yang masih mempercayainya. Kemudian, ia semakin merasa ditinggalkan ketika dia sudah berbuat dosa besar dengan temannya, tetapi temannya malah menjauhinya.

Hal tersebut membuat Kirani marah pada Tuhan dan menganggap bahwa orang yang alim di sekitarnya adalah orang yang munafik. Oleh sebab  itu, dia melakukan dengan mereka yang ia anggap munafik dan sengeja merekamnya untuk diviralkan. Ia ingin membuktikan kepada Tuhan bahwa ia bisa melakukan apa pun tanpa bantuan Tuhan sehingga dia melapaskan semua identitas yang dia punya sebelumnya.

Banyak orang yang fokus pada mereka yang berpenampilan alim, tetapi munafik karena pada hakikatnya Kiran melakukan banyak hal untuk membongkar hal tersebut sehingga penonton juga kebanyakan fokus pada hal tersebut, seperti terlihat pada postingan berikut,

“Dari film ini kita belajar kalau gak semua orang yang terlihat alim dan paham agama itu benaraan taat dalam agamanya, bahkan mereka bisa menyembunyikan kemaksiatannya dan dosa besarnya dengan berpura-pura menjadi ahli agama di depan banyaknya manusia” unggahan @thyyerraawarena dalam akun tiktoknya.

Hal tersebut memang menarik, tetapi jika dilihat dari sisi Kiran yang mencoba untuk menentang Allah karena kekecewaannya juga menarik untuk dilihat. Kiran yang berusaha membebaskan dirinya dari sangkar yang menutupnya selama ini ternyata tetap saja melalui berbagai cobaan, misalnya ketika dia menjadi simpanan dosennya. Dia tetap merasakan dipukul dan ditawarkan juga kepada orang lain untuk menuntaskan proyek-proyek yang sedang dia kerjakan. Ketika Kiran melayani seorang calon pejabat universitas dia mendapatkan pelecehan sehingga dia menuangkan minuman ke pakaian pria tersebut atau ketika dia harus melayani seorang pejabat dia dipukul habis-habisan oleh si pejabat. Walaupun pada dasarnya Kiran merekam semua kejadian tersebut. Ini menandakan bahwa perlawanan yang coba dilakukan oleh Kiran ternyata tetap saja memiliki risiko yang sama besarnya ketika dia mengikuti perintah Allah.

Perlawanan lain yang coba dilakukan tokoh Kiran adalah ketika dia disekap dan dihajar habis-habisan oleh suruhan calon pejabat karena menyembunyikan video asusila mereka. Namun, Kiran bertahan dengan dirinya dan coba menentang Allah dan akhirnya dia tetap bisa melarikan diri. Namun, ternyata orang kesayangannya malah meninggal. Di sini terlihat bahwa semakin dia menentang apa yang telah dituliskan semakin jauh hal yang diinginkan darinya atau ketika dia mendapatkan sesuatu yang dia mau maka dia akan kehilangan apa yang dia sangat sayangi.

Secara psikologis, perlawanan yang dilakukan oleh Kiran terjadi karena tekanan atau kekecewaan yang ia hadapi sehingga dia tidak dapat mengontrol keinginannya. Jika meminjam teori psikologi yang dikemukan oleh Sigmund Freud, salah seorang ahli psikologi maka di sini super egonya tidak berjalan dengan baik. Super ego berkaitan dengan nilai, moral, dan sebagainya untuk dapat mengontrol tindakan yang akan diambil atau dilakukan oleh manusia sehingga tindakan (ego) tersebut tidak bertentangan dengan nilai dan norma. Pada hakikatnya, manusia seringkali dipenuhi oleh banyak keinginan (id) baik keinginan yang bersifat baik ataupun tindak sehingga perlu super ego untuk mengontrol keinginan (id) tersebut agar tidak terjadi penyimpangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan perlawanan yang dihadirkan oleh Kiran karena ketiga aspek di atas tidak berjalan dengan baik sehingga yang tercipta bukan ego yang ideal.

Hal yang juga perlu diperhatikan adalah terkait dengan kebaikan Allah karena ketika Kiran ikhlas Allah membalas semuanya satu persatu. Hal ini terkait dengan QS. Al Baqarah:216 yang memiliki arti boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. Jika disimpulkan dari keseluruhan, hal ini yang disampaikan pada penonton. Oleh sebab itu, perlu melihat keseluruhan film agar tidak terjadi kekeliruan dalam menafsirkan film sehingga yang dilihat bukan hanya tentang orang munafik saja, tetapi bagaimana kebaikan Allah kepada manusia. Namun, dalam penafsiran sebuah karya tentu saja ada perbedaan pada setiap orang tergantung dengan pengalaman yang dimiliki oleh penikmat karya.

Tags: #Film#Rizky Amelya Furqan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Disiplin Sehat: Menuntaskan Obat untuk Sembuh Sempurna

Berita Sesudah

Warna-Warni Kebudayaan Indonesia dalam Puisi “Pusparagam Budaya Nusantara”

Berita Terkait

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Minggu, 30/11/25 | 15:11 WIB

Oleh: Noor Alifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Salah satu karya sastra tertua...

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Minggu, 23/11/25 | 06:57 WIB

Oleh: Fatin Fashahah (Mahasiswa Prodi Sastra dan Anggota Labor Penulisan Kreatif Universitas Andalas)   Musim gugur biasanya identik dengan keindahan....

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Minggu, 16/11/25 | 13:49 WIB

Oleh: Imro’atul Mufidah (Mahasiswa S2 Korean Studies Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)   Kebanyakan mahasiswa asing yang sedang...

Puisi-puisi M. Subarkah

Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

Minggu, 16/11/25 | 13:35 WIB

Oleh: M. Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di tengah gemerlap dunia digital dan derasnya...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Belajar Budaya dan Pendidikan Karakter dari Seorang Nenek yang ‘Merusak’ Internet

Minggu, 16/11/25 | 13:27 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di ruang keluarga. Seorang nenek sedang...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Berita Sesudah
Puisi “Ibu” Chairil Anwar dan “Ibu Dehulu” Amir Hamzah: Analisis Stilistika

Warna-Warni Kebudayaan Indonesia dalam Puisi "Pusparagam Budaya Nusantara"

Discussion about this post

POPULER

  • Kantor PDAM Kota Padang.[foto : net]

    PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Desak PDAM Percepat Perbaikan IPA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DPW PKB Sumbar dan DKW Panji Bangsa Gerak Cepat Salurkan Sembako di Padang Pariaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bahasa Indonesia itu Mudah atau Sulit?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024