Senin, 14/7/25 | 02:09 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Puisi “Ibu” Chairil Anwar dan “Ibu Dehulu” Amir Hamzah: Analisis Stilistika

Minggu, 19/5/24 | 11:56 WIB

Oleh: Siti Rubaiah Al Adawiyah
(Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Kasih sayang dibutuhkan oleh semua manusia dalam kehidupannya. Dalam pandangan psikologi humanistik Abraham Maslow, kasih sayang merupakan salah satu kebutuhan dasar hieraki, pemenuhan kasih sayang berdasarkan pada perasaan positif yang dimiliki oleh pihak yang mencintai. Hal ini melibatkan hubungan antara dua indvidu yang sehat yang dimana antara keduanya penuh kasih sayang dan keintiman, serta rasa saling percaya.

BACAJUGA

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB
Analisis Unsur Intrinsik Naskah Drama “Orang-Orang di Tikungan Jalan” Karya Rendra

Metafora dalam Puisi-puisi Sanusi Pane

Minggu, 09/6/24 | 16:07 WIB

Salah satu kasih sayang yang diinginkan oleh setiap individu adalah kasih sayang dari seorang ibu. Ibu merupakan sosok yang mengalami kehamilan serta menjalani proses persalinan untuk melahirkan seorang anak ke dunia (Astiwara dalam Cahyaningrum, 2018). Dalam susunan sebuah keluarga, ibu merupakan bagian paling penting untuk merawat anak dengan keterampilan yang ia miliki.

Penggambaran kasih sayang seorang ibu banyak dituangkan ke dalam berbagai karya sastra, salah satunya adalah puisi. Dua puisi karya sastrawan terkenal yang memiliki tema tentang ibu yaitu puisi “Ibu” karya Chairil Anwar dan puisi “Ibuku Dehulu” karya Amir Hamzah. Kedua puisi tersebut memiliki kemiripan makna dengan gaya bahasa yang dimiliki masing-masing. Gaya bahasa dapat mempermudah proses mengkomunikasikan ide/pemikiran yang kita ingin sampaikan kepada orang lain melalui tulisan khususnya karya sastra. Gaya bahasa merupakan karakteristik yang menjadi pembeda seorang penulis dalam menyampaikan perasaannya melalui penggunaan bahasa (Keraf, 2005).

Terdapat tiga bagian utama dari puisi “Ibu” karya Chairil Anwar dan puisi “Ibuku Dehulu” karya Amir Hamzah yang memiliki kemiripan makna. Bagian tersebut adalah penggambaran interaksi anak dan ibu, pengungkapan kasih sayang ibu, serta penggambaran kasih sayang ibu. Meski keduanya sama-sama bertemakan ibu, namun terdapat perbedaan cara pengungkapan sosok ibu bagi Chairil Anwar dan Amir Hamzah.

Bagian pertama adalah mengenai interaksi anak dan ibu, seperti yang terkandung dalam bait berikut.

Ibu….

Pernah aku merajuk 

Katanya aku manja 

Pernah aku melawan 

Katanya aku degil 

Pernah aku menangis 

Katanya aku lemah 

Bait di atas menggambarkan bagaimana interaksi seorang anak dan ibu yang saling melengkapi satu sama lain. Sosok anak yang merajuk, manja, melawan, dan menangis sebagai bentuk untuk mengekspresikan dirinya. Namun, ibunya memberikan respon kasih sayang yang mungkin terlihat tidak menyenangkan dengan menyebutkan beberapa kata seperti manja, degil, dan lemah. Hal itu adalah sebagai sebuah majas ironi, dimana kata-kata atau perilaku yang digunakan memiliki makna berbeda dengan yang diucapkan, seperti dalam bait tersebut. Respons yang diberikan sang ibu cenderung terlihat tidak sesuai harapan. Namun, pada kenyataannya itu adalah sebuah cara untuk memberikan pengajaran tentang kemandirian dan ketahanan kepada sang anak dalam menghadapi kehidupan.

Ibuku dehulu marah padaku 

Diam ia tiada berkata 

Akupun lalu merajuk pilu 

Tiada peduli apa terjadi 

Dalam bait tersebut terjadi interaksi yang memperlihatkan kemarahan seorang ibu kepada anaknya dengan diam, sedangkan sang anak merajuk sebagai bentuk kekhawatiran, kebingungan, atau kesedihan terhadap sang ibu. Kediaman sang ibu adalah sebagai bentuk kasih sayangnya dengan mengendalikan emosi agar tidak meledak dengan berdiam diri. Hal ini dilakukan karena jika ia mengeluarkan kata-kata ketika emosi, ia akan terbawa amarah. Bait ini menggunakan majas antisesis, yaitu penggunaan kontras yang kuat untuk menciptakan efek dramatis. Dalam bait tersebut terlihat kontras antara sikap ibu yang diam dan anak yang merajuk. Selanjutnya, adalah bait yang menyatakan tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak, seperti berikut.

Pernah aku ditegur 

Katanya untuk kebaikan 

Pernah aku dimarahi

Katanya membaiki kelemahan 

Pernah aku diminta membantu 

Katanya supaya aku pandai

Pada bait tersebut memperlihatkan bagaimana kasih sayang dari seorang ibu ditunjukkan. Seorang ibu tidak menunjukan bentuk kasih sayang dengan memanjakan anaknya melainkan dengan melakukan tindakan seperti menegur, memarahi, dan mengajarkan anaknya. Hal ini memang terasa tidak menyenangkan dan sulit diterima, namun pada dasarnya hal ini akan melatih anak untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Tindakan-tindakan tersebut merupakan bentuk bimbingan yang diberikan oleh ibu kepada anaknya. Majas yang digunakan pada bait ini adalah majas repetisi, yaitu majas pengulangan yang digunakan untuk menegaskan suatu kata dan memberikan efek ritmis. Kata “pernah aku” dan “katanya” digunakan berulang dan saling bersahutan untuk menunjukan bagaimana cara seorang ibu menunjukan kasih sayang dengan mendidik anaknya.

Matanya terus mengawas daku 

Walaupun bibirnya tiada bergerak 

Mukanya masam menahan sedan 

Hatinya pedih kerana lakuku 

 

Terus aku berkesal hati 

Menurutkan setan, mengkacau-balau 

Jurang celaka terpandang di muka 

Kusongsong juga – biar cedera 

Pada kedua bait tersebut, terlihat bahwa sang ibu sudah merasa marah pada anaknya. namun, ia memilih menatap anaknya dengan menahan amarah yang dimilikinya, sedangkan sang anak bertindak dengan menuruti nafsu, melakukan berbagai tindakan yang menunjukan kekesalannya hingga menyebabkan kekeliruan. Hal ini menggambarkan bagaimana sikap sang ibu yang meskipun sudah merasa marah. Namun, ia tetap memilih diam menahan emosinya. Padahal, sang anak malah merespon dengan melakukan tindakan-tindakan yang semakin tidak menyenangkan. Beberapa majas yang digunakan pada bait-bait tersebut adalah sebagai berikut.

Matanya terus mengawas daku, Walaupun bibirnya tiada bergerak. Larik tersebut merupakan majas personifikasi yang menggambarkan bahwa anggota tubuh seperti memiliki kehidupan sendiri dengan mata yang melakukan pengawasan dan bibir yang diam tidak bergerak.  Mukanya masam menahan sedan. Larik tersebut merupakan majas hiperbola, yaitu majas yang melebih-lebihkan suatu hal untuk memperkuat emosi yang ingin disampaikan. Pada lirik tersebut digambarkan muka yang masam karena menahan ‘sedan’ sebagai bentuk perasaan yang kuat dan berlebihan.

 Ibu…. 

Setiap kali aku tersilap 

Dia hukum aku dengan nasihat 

Setiap kali aku kecewa 

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat 

Setiap kali aku dalam kesakitan 

Dia ubati dengan penawar dan semangat 

Dan bila aku mencapai kejayaan 

Dia kata bersyukurlah pada Tuhan 

Bait tersebut menunjukan ketulusan dan pengertian yang dimiliki seorang ibu terhadap anaknya. Hal itu dapat dilihat bahwa sang ibu senantiasa memberikan nasihat ketika anaknya melakukan kesalahan, berdoa ketika anaknya mengalami kekecewaan, mengobati, dan menyemangati ketika anaknya mengalami rasa sakit, serta bersyukur ketika anaknya mendapatkan kebahagiaan.

Bangkit ibu dipegangnya aku 

Dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka 

Sejuk sentosa turun ke kalbu 

Pada bait tersebut ditunjukkan bagaimana ketulusan dan pengertian seorang ibu dengan memberikan pelukan dan kecupan sebagai bentuk dukungan terhadap anaknya. Hal ini menggambarkan bagaimana seorang ibu yang menyayangi anaknya tanpa syarat. Kedua puisi tersebut memiliki makna yang menunjukan bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Namun, masing-masing penyair memiliki gaya dan ciri khas yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh latar belakang dan preferensi kolektif masing-masing penyair.

Chairil Anwar merupakan seorang penyair Indonesia pelopor angkatan ’45. Ia dikenal dengan karya-karya puisi modern yang membahas terkait kehidupan, cinta, dan pemberontakan norma sosial. Karya-karyanya masih begitu terkenal hingga sampai saat ini. Dari generasi ke generasi senantiasa menyukai karya puisi ciptaannya. Ia membawa revolusi dalam dunia sastra Indonesia khususnya pada puisi. Dalam puisi “Ibu”, Chairil Anwar menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan lugas namun memiliki kedalaman makna dan emosi yang kuat. Permainan kata yang dirangkainya menciptakan dinamika ibu dan anak yang berhasil menampilkan ekspresi yang dialami oleh keduanya. Chairil Anwar merupakan sastrawan yang hidup di masa pergerakan, maka dari itu karyanya banyak menceritakan tentang semangat perubahan dan penolakan terhadap keterbatasan. Sementara itu, Amir Hamzah merupakan seorang penyair yang berasal dari Sumatera Utara. Ia terkenal dengan karya-karyanya yang penuh dengan romantisme dan sentimen. Ia juga disebut sebagai “Raja penyair pujangga baru”. Karya-karyanya menggambarkan tentang keindahan serta pergolakan batin manusia.

Puisi “Ibu Dehulu”, Amir Hamzah menggunakan bahasa yang cukup tradisional dan bersifat romantik. Bahasa-bahasa yang digunakan merupakan Bahasa metaforis yang menunjukkan hubungan ibu dan anak yang penuh konflik dan pergolakan emosional. Ia dibesarkan dalam pengaruh budaya Melayu yang begitu kuat, sejak kecil diperkenalkan dengan sastra lisan, pantun, dan syair sehingga ia selalu bercakap dengan bahasa Melayu. Hal itu mempengaruhi karyanya.

Tags: #Siti Rubaiah Al AdawiyahChairil AnwarPuisi
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Resensi Novel Absolute Justice, Keadilan Mutlak yang Memuakkan

Berita Sesudah

Meributkan Peran Economic Provider

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Meributkan Peran Economic Provider

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024