Dharmasraya, Scientia.id – Di hamparan sawah luas di antara deretan rumah penduduk Nagari Gunung Medan, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, menyimpan sebuah harta karun tersembunyi: Tobek Nagari Gunung Medan atau masyarakat menyebutnya sebagai Tobek Rajo. Ada legenda, pesona alam, dan budaya memikat di sana.
Di balik keindahan, Tobek Rajo terselip cerita rakyat menarik. Tobek Rajo boleh dikatakan memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata di Nagari Gunung Medan.
Destinasi tobek ini berjarak sekitar 6,1 kilometer dari ibu kota kecamatan, Sitiung, sedang dari ibu kota kabupaten, Pulau Punjung, berjarak 16 kilometer.
Menelusuri Legenda Tobek Rajo
Tobek Rajo bukan sekadar kolam air jernih biasa. Di balik kejernihan airnya tersimpan legenda tentang anak Rajo Siguntur yang tersedak ketika memakan ikan puyu. Selain anak rajo yang tersedak, ada lagi legenda ulau bantau (ular bantal), penjaga tobek yang dihormati masyarakat. Legenda yang menjadi pengingat kekayaan budaya-tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Cerita Anak Rajo Siguntur: Tempat Arena Bermain dan Tragedi Naas
Di balik ketenangannya, tobek menyimpan cerita heroisme kemurahan hati yang terukir dalam legenda Dharmasraya. Kisah Anak Rajo Siguntur berlatar di sebuah tempat bernama Tobek. Tobek ini merupakan arena bermain yang digemari oleh anak Rajo Siguntur.
Suatu hari, tragedi yang nahas menimpa anak sang rajo. Saat sedang bermain di Tobek, anak Rajo Siguntur menelan ikan puyu. Ikan puyu tersebut tersangkut di tenggorokannya dan membuatnya tersedak. Tragedi tragis keturunan darah biru.
Melihat anaknya tertimpa musibah, Rajo Siguntur panik dan segera menghimbau kepada orang-orang yang ada di Tobek. Ia berjanji akan memberi hadiah kepada siapa saja yang berhasil menyelamatkan anaknya.
Saat itu, seorang pengembala kerbau yang kebetulan lewat di Tobek mendengar seruan Rajo Siguntur. Tanpa pamrih, ia bergegas membantu anak Rajo Siguntur yang tersendak ikan puyu. Dengan sigap dan penuh kepiawaian, pengembala kerbau tersebut berhasil mengeluarkan ikan puyu dari tenggorokan anak Rajo Siguntur.
Rajo Siguntur berterima kasih atas pertolongan pengembala kerbau, memutuskan untuk memberikan hadiah yang istimewa. Ia menganugerahkan Tobek, tempat di mana kejadian naas itu terjadi, kepada masyarakat setempat.
Legenda Ulau Bantau (Ular Bantal)
Tobek ini dalam legenda, sejak dulu menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat dan diyakini memiliki penghuni istimewa: Ulau Bantau (Ular Bantal).
Ulau Bantau (Ular Bantal), bukan sembarang ular. Masyarakat setempat mempercayai bahwa makhluk ini bukan ular biasa, melainkan penjaga tobek yang membawa keberlimpahan air.
Konon, kehadiran Ulau Bantau (Ular Bantal) telah mendiami tobek untuk memastikan airnya selalu mengalir jernih dan melimpah.
Kisah Ulau Bantau (Ular Bantal) telah diwariskan dari generasi ke generasi. Para tetua desa menceritakan kepada anak cucunya tentang bagaimana Ulau Bantau (Ular Bantal) menjaga tobek dengan penuh kasih sayang.
Mereka percaya bahwa jika Ulau Bantau (Ular Bantal) dihormati dan tobeknya dijaga kelestariannya, maka air akan terus mengalir tanpa henti.
Legenda Ulau Bantau (Ular Bantal) yang diyakini sebagai penjaga tobek telah menjadi bagian dari cerita rakyat dan tradisi di Gunung Medan.
Kepercayaan ini bukan hanya sekadar cerita rakyat, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku masyarakat. Mereka selalu menjaga tobek agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran. Mereka juga tidak pernah mengganggu atau membahayakan Ulau Bantau (Ular Bantal), karena takut membawa kutukan kekeringan.
Kisah Ulau Bantau (Ular Bantal) dan tobeknya merupakan contoh nyata bagaimana legenda dan kepercayaan rakyat dapat hidup berdampingan dengan realitas. Cerita ini bukan hanya sebuah hiburan, tetapi juga mengandung pesan moral dan nilai-nilai budaya yang penting untuk dilestarikan.
Seiring waktu, tobek keramat ini menjadi saksi bisu perkembangan peradaban yang memiliki nilai budaya dan spritual yang tinggi di Gunung Medan.
Keberadaannya telah menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Di sekitar tobek ini, tumbuhlah komunitas yang erat dan saling menggantungkan satu sama lain.
Keunikan dan Manfaat Tobek
Keunikan Tobek Nagari Gunung Medan terletak pada air yang tak pernah kering. Airnya jernih dan melimpah dimanfaatkan sebagai sumber irigasi untuk persawahan penduduk. Dahulu, tradisi “Manangguak Basamo” (mencari ikan bersama) menjadi agenda rutin tahunan yang dinanti, di mana masyarakat bersuka cita dalam berebut ikan. Manangguak menggunakan peralatan tradisional seperti tangguak, luka, dan jalo. Ikan yang terdapat dalam tobek ini berupa ikan uwan (ikan gabus), ikan puyu, ikan limbek, dan ikan sapek menjadi buruan utama. Pada hari biasa tobek ini juga menjadi spot potensial bagi pemancing.
Salah seorang warga sekitar, Netra, mengatakan orang yang datang ke tobek ini dari berbagai daerah untuk memancing tanpa di pungut biaya. Umpan pancing yang mereka gunakan yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di tobek seperti udang, cacing, dan koncek (Kodok) untuk mereka jadikan umpan pancingnya.
Perihal mengenai air tobek ini, Netra menyatakan, airnya tidak sejernih seperti dahalu lagi, ketika tobek ini menjadi tempat bermain kami sewaktu masa kecil.
“Faktor yang menyebabkan airnya tidak jernih karena masuknya hewan ternak seperti kerbau ke dalam tobek tersebut yaitu di areal tobek yang diatas,” ungkap Netra.
Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
Upaya pengembangan Tobek Rajo sebagai destinasi wisata mendapat dukungan penuh pemerintah daerah. Pada 2004, Pejabat Bupati Dharmasraya, Ahmad Munawar, menandai babak baru dengan pelepasan ribuan benih ikan.
Acara ini dimeriahkan dengan hidangan konji gesek masakan tradisional khas Bundo Kanduang Nagari Gunung Medan. Melihat pontensi yang dimiliki tobek ini juga membuka mata para anggota legislatif Dharmasraya dan donatur. Sehingga memantik mereka ambil bagian dalam mempercantik tobek tersebut. Namun begitu luasnya areal tobek ini salah satu kendala keterbatasan anggaran dana yang tidak memadai untuk pengerjaan.
Komitmen pengembangan tobek ini semakin diperkuat di bawah kepemimpinan Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Pada Kamis (21/11/ 2019) ia sempat meninjau lokasi tobek. Dana pun digelontorkan untuk pembangunan Balai Pemuda yang berlokasi di tobek tersebut. Puncaknya, pada Selasa (23/6/2020), Balai diresmikan dan pelepasan benih ikan kembali dilakukan, menandakan harapan baru bagi tobek ini.
Potensi Besar dan Mimpi Masa Depan
Sutan Riska Tuanku Kerajaan yakin bahwa Tobek Nagari Gunung Medan memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata. Letaknya yang strategis di Jalan Lintas Sumatera, dengan pemandangan plang merek Dharmasraya dan Hutan Gunung Medan yang eksotis, menjadikannya daya tarik tersendiri.
Apalagi nanti plang merek ini dilengkapi lampu – lampu serta akan di bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) oleh pemerintah Dharmasraya, kata Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan di lansir dari unggahan video berdurasi 15 detik di akun Facebook milik Nagari Gunung Medan tertanggal 14 November 2017, saat meninjau pembangunan plang merek tersebut, ”Woow keren benget”.
View yang menarik menjadi spot foto andalan nantinya. Pembangunan fasilitas tersebut sebagai bentuk dukungan kepada Gunung Medan untuk menjadi ikon wisata di Ranah Cati Nan Tigo.
Atas kerja keras orang nomor wahid di Negeri Petro Dolar ini berhasil menghantarkan Nagari Gunung Medan menyabet piagam penghargaan Anugerah Desa Wisata (ADWI) melalui destinasi wisata Puncak Gunung Medan dan kuliner Tambang Boyo di tahun 2022.
Penerimaan piagam penghargaan ini merupakan Anugerah Desa Wisata (ADWI) tahun 2021 yang di gelar pada 7 Desember 2021 lalu, dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari 16 Nagari/Desa di Dharmasraya. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Dharmasraya nomor 188.45/124/KPTS-BUP/2021 tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Dharmasraya tertanggal 6 April 2021.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Sutan Riska Tuanku Kerajaan di halaman Kantor Bupati, Senin (7/1/2022) pagi. Dikutip dari website resmi Nagari Koto Besar yang berjudul Nagari Koto Besar Menerima Penghargaan Sebagai Nagari Wisata! dan media online Topsumbar terbitan Minggu, 6/2/2022 yang bertajuk 16 Nagari di Dharmasraya Bakal Terima Penghargaan Anugerah Desa Wisata 2021 serta terbitan Minggu, 3/4/2022 yang bertajuk Desa Wisata Terancam Gagal di Dharmasraya, Ketahui ini Penyebabnya.
Sutan Riska Tuanku Kerajaan menambahkan, “Khusus pengembangan Tobek Rajo ini kita sudah koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS), rancang gambar juga selesai oleh Dinas PU. Mudah – mudahan bisa kita prioritaskan pembangunan di 2021”, ungkap Sutan Riska Tuanku Kerajaan di kutip di unggahan video akun Facebook milik Nagari Gunung Medan.
Pembangunan tobek ini difokuskan pada fungsi penampung cadangan air, budidaya ikan, dan eco tourism seperti yang terlihat di master plant yang bertuliskan Embung Tobek Rajo, (Lihat unggahan video berdurasi 2 menit 6 detik Selasa 11/8/2020 di akun Facebook milik Nagari Gunung Medan dengan 2,7 ribu tayang).
Masyarakat Nagari Gunung Medan pun menyambut gembira rencana pengembangan ini. Mereka berharap tobek ini dapat menjadi sumber ekonomi baru dan membawa kemajuan bagi nagari mereka.
Senada, Syahrial Naro selaku ketua pelaksana kegiatan waktu itu dikutip dari unggahan video di akun Facebook milik Nagari Gunung Medan mengatakan pemerintah daerah bisa menjadikan ini sebagai ekowisata.
Setiap dinas yang mempunyai potensi (pengembangan) dipersilakan. Ikan silakan diisi, kalau ada instansi-instansi lain silakan, ujar Syahrial Naro.
Terpisah, Syahrial Naro menerangkan bantuan anggaran dana dari Pemerintah Dharmasraya untuk pembangunan Balai Pemuda tersebut berkisar lebih kurang Rp 140 juta dan bantuan benih ikan yang di tebar sebanyak 2.000 ekor, ungkapnya kepada penulis, Rabu (17/4/2024) malam.
Begitu juga dikutip dari terbitan Scientia.id Selasa (23/6/2020) yang berjudul Tobek Nagari Gunung Medan Potensial Untuk Destinasi Wisata Syarial Naro menyampaikan bahwa untuk menjadikan Tobek menjadi destinasi wisata sudah lama kita impikan.
Dengan demikian ucapan terima kasih kepada bupati yang telah memasukan Tabek Nagari Gunung Medan untuk pembangunan Embung pada tahun anggaran 2021.
Hal ini diperkuat juga oleh salah seorang warga Nagari Gunung Medan, Ery menyebutkan, masyarakat Nagari Gunung Medan memang sudah lama ingin menjadikan Embung Tobek Rajo sebagai destinasi wisata kebanggaan nagari.
”Maka dengan dukungan bupati, embung tersebut bisa menjadi destinasi wisata yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat,” tandasnya. Pernyataan ini di kutip dari media online SuhaNews terbitan Jumat, (26/6/2020) yang berjudul Bupati Sutan Riska, Dorong Ekonomi Masyarakat melalui Sektor Perikanan dan Pariwisata.
Tobek Nagari Gunung Medan: Sebuah Cerita yang Menanti
Tobek Nagari Gunung Medan tidak sekadar menawarkan keindahan alam, tetapi juga membawa jejak sejarah, tradisi, dan harapan masyarakat. Bagi yang ingin menyelami budaya lokal, kisah legenda dan tradisi “Manangguak Basamo” dapat menjadi cerita menarik untuk didengar.
Perpaduan ini menjadikannya sebuah cerita yang menanti untuk diungkap dan dinikmati oleh para wisatawan. Dengan dukungan pemerintah dan semangat masyarakat, mimpi menjadikan Tobek Nagari Gunung Medan sebagai destinasi wisata unggulan dapat segera terwujud.
Penulis
(Bustanol: Pengiat Budaya dan Lingkungan Sumbar)
Discussion about this post