Sabtu, 14/6/25 | 21:18 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan Kata Pintar, Cerdas, Pandai, Cakap, Cerdik, dan Mahir

Minggu, 15/10/23 | 06:15 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Bahasa Indonesia, sama seperti bahasa lainnya, yaitu memiliki banyak kata yang bersinonim. Oleh sebab itu, ada banyak hal perlu diluruskan tentang konteks kata-kata bersinonim tersebut. Dari berbagai edisi Klinik Bahasa Scientia, pembahasan tentang sinonim sudah cukup sering disajikan, seperti sinonim antara kata ubah, ganti, dan tukar; sinonim antara kata pukul dan jam; serta sinonim antara kata ulang tiap-tiap dan masing-masing. Pada kesempatan kali ini, kita akan menambah wawasan pemahaman pemakaian kata yang bersinoim kembali, yaitu kata pintar, cerdas, pandai, cakap, cerdik, dan mahir.

Kata pintar, cerdas, pandai, cakap, cerdik, dan mahir merupakan kelompok kata sifat (adjektiva) yang berkaitan dengan akal pikiran manusia. Hampir keseluruhan makna dari enam kata ini bernuansa positif. Jika seseorang memberi penilaian terhadap orang lain dengan menggunakan enam kata ini, penilaian tersebut juga bisa dianggap sebagai pujian. Akan tetapi, sama seperti kata-kata yang bersinonim lainnya, sesungguhnya, setiap kata memiliki nuansa tersendiri (yang tidak bisa digantikan begitu saja oleh kata lainnya) untuk membangun konteks yang sesuai dengan maksud dari penutur atau penulis. Untuk itu, kita akan membahas makna (berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan konteks pemakaiannya.

Kata pertama adalah pintar. Kata pintar di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki tiga makna, yaitu:

  1. pandai; cakap
  2. cerdik; banyak akal
  3. mahir (melakukan atau mengerjakan sesuatu)

Kata kedua adalah cerdas. Kata cerdas memiliki dua makna, yaitu :

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB
  1. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran
  2. sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat)

Kata ketiga adalah pandai. Kata pandai memiliki tiga makna, yaitu:

  1. cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu; pintar; cerdas
  2. mahir; cakap; terampil
  3. dapat; sanggup
  4. berilmu

Kata keempat adalah cakap. Kata cakap memiliki tujuh makna, yaitu:

  1. sanggup melakukan sesuatu; mampu; dapat
  2. pandai; mahir
  3. mempunyai kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan sesuatu
  4. bagus rupanya; cantik; rupawan
  5. bagus; elok
  6. patut; serasi
  7. tangkas; cekatan (tidak lamban)

Kata kelima adalah cerdik. Kata cerdik memiliki dua makna, yaitu:

  1. cepat mengerti (tentang situasi dan sebagainya) dan pandai mencari pemecahannya dan sebagainya; panjang akal
  2. banyak tipu muslihatnya; licik; licin

Kata terakhir adalah mahir. Kata mahir memiliki makna sangat terlatih (dalam mengerjakan sesuatu); cakap dan terampil

Setelah membaca makna tersebut, kita menyadari bahwa keenam kata itu memiliki relasi kemiripan makna yang sangat kuat. Satu kata bisa menjadi makna bagi kata lainnya. Hal ini bisa kita lihat dalam kata pintar yang memiliki makna pandai, cakap, cerdik, dan mahir. Begitu pun dengan kata lainnya. Lalu, apa yang membedakan keenam kata tersebut? Berikut penjelasan yang berkaitan dengan konteks pemakaiannya bagi masyarakat Indonesia. Penjelasan yang dijabarkan dalam artikel ini adalah pemakaian kata tersebut untuk konteks khusus yang benar-benar menjadi ciri atau nuansa yang melekat pada kata itu.

Kata pertama adalah pintar. Kata pintar sering dipahami oleh masyarakat Indonesia dalam konteks pendidikan resmi. Kategori pintar biasanya dilekatkan pada peserta didik yang memiliki prestasi akademik. Contoh kalimat yang paling mudah dipahami yaitu: Tiara adalah murid yang paling pintar di kelasnya. Untuk konteks yang seperti ini, kita (masyarakat pengguna bahasa Indonesia) lebih cenderung menggunakan kata pintar sebab patokan penilaiannya terletak pada prestasi akademik murid tersebut (mendapatkan nilai yang tinggi, menjadi juara kelas, dan sebagainya). Walaupun dalam konteks ini kita juga bisa menggunakan kata pandai dan cerdas,  namun kata pintar memiliki nuansa yang lebih kuat untuk menggambarkan makna kalimat itu.

Kata kedua adalah cerdas. Kata cerdas memiliki patokan penilaian yang lebih luas daripada kata pintar. Kata cerdas bisa dilekatkan kepada seseorang yang memiliki pengetahuan luas atau bisa memahami sesuatu dengan cepat tanpa harus dibuktikan dengan prestasi akademiknya. Kita bisa membayangkan situasi seorang anak kecil yang memiliki tutur kata teratur, bisa menyampaikan pikiraannya dengan baik, dan memiliki pengetahuan yang luas, bisa dimasukkan dalam kategori sebagai orang yang cerdas, meskipun anak tersebut belum menempuh pendidikan di lembaga yang resmi. Oleh sebab itu, kata cerdas tidak mesti diukur dari prestasi akademik. Kata ini juga mencakupi segala sikap baik yang mencermikan ketinggian akal budinya sehingga dianggap memiliki kecerdasan. Orang yang memiliki banyak wawasan (barangkali diperoleh dari banyak bacaan) bisa dikatakan cerdas.

Kata ketiga adalah pandai. Kata pandai memiliki makna yang sangat dekat dengan kata pintar dan cerdas. Akan tetapi, kata pandai memiliki ciri lain yang lebih spesifik. Kata pandai mewakili kemampuan seseorang untuk menciptakan, membuat, atau melakukan sesuatu dengan baik. Contoh yang paling mudah kita pahami adalah frasa pandai memasak, pandai menari, pandai melukis, pandai menyanyi, dan segala kemampuan yang berkaitan dengan bakat dan minat. Untuk konteks ini, kita tidak bisa menggunakan kata cerdas, namun masih bisa menggunakan kata pintar. Akan tetapi, kata pandai lebih mewakilkan nuansa kemampuan bakat dan minat ini. Kata pandai berkaitan dengan sesuatu yang kemudian dihasilkannya dari kemampuan bakat dirinya tersebut. Contoh yang paling mudah dipahami adalah pandai memasak yang dibuktikan dengan adanya masakan yang enak dari orang tersebut. Untuk hal ini, kita tidak bisa mengatakan cerdas memasak.

Kata keempat adalah cakap. Sesungguhnya, penggunaan kata cakap sudah cukup jarang terdengar. Makna kata cakap sangat dekat dengan kata pandai. Akan tetapi, kembali lagi ke ruang lingkup sinonim, meski suatu kata bersinonim dengan kata lainnya, kata itu tetap memiliki konteks tersendiri, begitu pun dengan cakap. Jika kata pintar berkaitan dengan akademik, kata cerdas berkaitan dengan wawasan dan perilaku, kata pandai berkaitan dengan kemampuan membuat, menciptakan, atau melakukan, kata cakap pun memiliki ranahnya sendiri. Kata cakap sering digunakan untuk kemampuan yang dimiliki seseorang, tetapi berkaitan dengan suatu tugas atau pekerjaan yang ia lakoni. Dengan demikian, di dalam kata cakap ada nuanasa kompeten yang berkaitan dengan integritas seseorang. Contoh kalimat yang paling mudah dipahami untuk konteks ini adalah: Dia sangat cakap bekerja di bidangnya. Oleh sebab itu, dia menjadi pegawai teladan. Dalam konteks ini, cakap melampaui batasan pandai, sebab pandai hanya sebatas bisa melakukan dengan baik, sedangkan kata cakap memiliki integritas yang tinggi. Orang yang pandai belum tentu akan cakap bekerja.

Kata kelima adalah cerdik. Dibandingkan dengan lima kata lainnya, kata cerdik sudah memiliki nuansa yang berbeda sebab kata ini juga bisa digunakan dalam konteks negatif. Di dalam kata cerdik, ada makna cerdas, pintar, dan pandai tetapi dikemas dengan kemampuan berpikir yang melampaui jalur pemikiran normal, biasa, atau standar. Kata cerdik membawa pemahaman tentang taktik, analisis, strategi, dan membaca peluang. Barangkali, kita semua masih ingat dengan fabel si kancil yang digambarkan sebagai tokoh yang sangat cerdik. Kata cerdik digunakan untuk menggambarkan kemampuan diri kancil sebab dia bisa memikirkan banyak cara untuk menyelamatkan hidupnya sekaligus mendapatkan keuntungan. Sejalan dengan itu, kata cerdik yang mencakup makna taktik, strategi, analisis, dan membaca peluang, membuat kata ini pun bisa digeser ke konteks negatif. Hal ini disebabkan seseorang yang dikatakan cerdik dianggap sebagai orang yang punya banyak akal untuk melakukan sesuatu.

Kata keenam adalah mahir. Kata mahir hampir sama dengan pandai dan cakap. Lalu apa perbedaannya? Di dalam kata pandai, ada makna mampu melakukan dengan baik atau bisa melakukan dengan baik (pandai memasak, pandai bernyanyi, dan sebagainya). Di dalam kata cakap ada makna pandai dan juga berkompeten. Tidak jauh dengan itu, kata mahir pun digambarkan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Akan tetapi, bukan hanya sekadar bisa, baik, dan bagus, namun juga ada pengalaman yang teruji dan profesionalitas. Secara hierarki, kata mahir lebih tinggi daripada sekadar pandai. Contoh yang lebih mudahnya dalam frasa pandai berbahasa Korea dan mahir berbahasa Korea. Kata pandai memberi pemahaman bisa (bisa berbicara, mendengar, menulis, dan membaca dalam bahasa Korea untuk kebutuhan sehari-hari), sedangkan kata mahir memberi pemahaman sudah ahli (dalam berbagai kebutuhan).

Inilah perbedaan nuansa dari keenam kata tersebut. Namun demikian, dalam pemakaian bahasa sehari-hari oleh masyarakat Indonesia, kata-kata yang bersinonim sering digunakan untuk saling menggantikan (substitusi) dalam menggambarkan situasi yang serupa. Oleh sebab itu, terkadang kita sulit menjabarkan perbedaan masing-masingnya. Semoga bermanfaat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Festival Kembang Api Kota Busan

Berita Sesudah

Cerpen “Umak Saddam dan Tuah Batang Gadis” Karya Muttaqin Kholis Ali dan Ulasannya Oleh Azwar

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Berita Sesudah
Cerpen “Umak Saddam dan Tuah Batang Gadis” Karya Muttaqin Kholis Ali dan Ulasannya Oleh Azwar

Cerpen "Umak Saddam dan Tuah Batang Gadis" Karya Muttaqin Kholis Ali dan Ulasannya Oleh Azwar

Discussion about this post

POPULER

  • Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maling Sawit dan Getah Karet Marak di Dharmasraya, Petani Menjerit

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kata Penghubung dan, serta, dan Tanda Baca Koma (,)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Nagari Sikabau Keluhkan Ganti Rugi Lahan Plasma Terdampak Jaringan Listrik PT AWB

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024