Rabu, 02/7/25 | 03:40 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Memahami Fenomena dalam Kelompok

Minggu, 07/5/23 | 07:04 WIB

Oleh: Riza Andesca Putra
(Dosen Departemen Pembangunan dan Bisnis Peternakan Unand dan Mahasiswa Program Doktor Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan UGM)

 

Kelompok merupakan buah dari interaksi sosial dalam masyarakat. Ciri utama interaksi sosial adalah terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan. Dengan begitu selain terdapatnya dinamika, keberadaan fenomena perilaku dalam sebuah kelompok juga menjadi sebuah keniscayaan.

BACAJUGA

Runtuhnya Kandang Open House Ayam Broiler

Gonta-ganti Kementerian: Tantangan Menghadapi Transisi

Minggu, 20/10/24 | 06:49 WIB
Runtuhnya Kandang Open House Ayam Broiler

Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler dengan Sistem Closed House

Minggu, 29/9/24 | 09:49 WIB

Fenomena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai  hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam). Dalam perspektif sosial, fenomena dimaknai sebagai realita sosial dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan lantaran adanya bentuk-bentuk perubahan sosial yang diakibatkan oleh tindakan masyarakat itu sendiri.

Banyak fenomena yang mungkin bisa terjadi dan itu tergantung dengan karakter dan jenis kelompok yang ada. Fenomena-fenomena tersebut dapat berdampak positif jika dikelola dengan baik. Namun, fenomen itu akan mengganggu keberlangsungan kelompok kalau tidak tepat menghadapinya. Denis D. Umstot dalam bukunya yang berjudul “Group Dynamics: Individuals Working Together”, menjelaskan beberapa fenomena yang ada dalam kelompok. Berikut ini ditampilkan yang ditambahkan dengan fenomena lain yang penulis temukan di dalam kelompok.

Pertama, Social loafing. Social loafing merupakan istilah untuk menggambarkan situasi di mana kinerja kelompok tidak lebih baik dari pada kinerja seorang individu. Dengan kata lain, semakin banyak individu yang terlibat dalam sebuah pekerjaan di kelompok belum tentu otomatis meningkatkan kinerja kelompok tersebut. Ketika seseorang percaya bahwa ia melakukan pekerjaan yang sama dengan orang lain, ia cenderung tidak memberikan performa yang maksimal. Social loafing muncul salah satunya karena kinerja individu sering tidak diakui atau tidak mendapat apresiasi yang cukup atau malah salah apresiasi. Berlaku juga sebaliknya ketika terdapat individu sering disalahkan ketika suatu masalah terjadi. Selain itu, pada situasi ini terkadang muncul perasaan bahwa terdapat orang lain yang akan menyelesaikan sebuah pekerjaan tersebut sehingga menunda atau tidak mengerjakan sama sekali. Social loafing disebut oleh para ilmuwan sebagai penyakit sosial yang dapat berakibat negatif baik terhadap individu, kelompok, maupun masyarakat secara umum.

Kedua, Schmoozing. Schmoozing memiliki arti ‘mengobrol’ dan/atau ‘bercanda’. Istilah ini merujuk pada kegiatan informal yang dilakukan anggota kelompok untuk bersosialisasi antara satu dan lainnya. Schmoozing dapat mengurangi efektivitas anggota dalam melakukan kegiatannya untuk kelompok dan dapat menurunkan kinerja kelompok secara keseluruhan. Namun, schmoozing tidak dapat dihindari karena bersosialisasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang juga dapat berguna untuk mengurangi kepenatan bagi pelakunya.

Ketiga, Reality shock. Reality shock merupakan situasi di mana seseorang menemukan kondisi di dalam kelompok tidak sesuai atau jauh dari ekspektasi sebelumnya. Hal ini biasanya dialami oleh anggota baru, atau pada kelompok baru terbentuk. Penyebabnya bisa terdiri dari berbagai hal. Namun, secara umum proses sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Si anggota baru tidak mendapatkan informasi yang lengkap, valid, dan realistis terkait kelompok. Dalam mengahadapi situasi ini, setiap individu memiliki respon yang berbeda. Sebagian besar mengalami kekecewaan dan biasanya berefek langsung terhadap kontribusinya dalam kelompok.

Keempat, Blocking man. Blocking man merupakan istilah yang digunakan untuk individu yang melakukan aktivitas mengganggu atau mengacau kelompok dalam mencapai tujuan. Aktivitas tersebut misalnya sebagai dominator, di mana dia akan mencoba untuk mengontrol kelompok dengan menegaskan otoritas atau dengan tampil superior. Seolah-olah apa yang dikatakan dan dilakukannya adalah yang paling benar dengan mengecilkan yang lain. Aktivitas mengacau lainnya dapat berupa pemblokir, dimana dia akan menentang kelompok dengan cara keras kepala yang di luar nalar sehingga seringkali karena alasan yang berorientasi pribadi menjadi dorongan utama. Peran pemblokir biasanya juga menggunakan agenda tersembunyi. Selanjutnya, terdapat aktivitas sebagai agresor yang menggunakan taktik perawat untuk mengungkapkan ketidaksetujuan atas orang lain, seperti aktivitas menyerang individu kelompok atau, bahkan masalah bercanda dengan cara yang sarkastik atau mencoba mengambil pujian atas kontribusi orang lain. Individu yang melakukan aktivitas blocking man tidak berbagi tujuan kelompok dengan yang lain dan tidak benar-benar terlibat dalam beberapa kegiatan kelompok. Biasanya individu dengan peran pengganggu ini bersikap sinis, acuh tak acuh, menarik diri dari kelompok, dan memiliki humor yang tidak relevan.

Kelima, Exaggerated Motto. Exaggerated Motto merupakan istilah untuk menggambarkan penggunaan slogan, moto atau tujuan kelompok yang terlalu berlebihan, misalnya slogan salah satu kelompok mahasiswa “satu rasa satu jiwa, berjuang tanpa batas”. Slogan pendukung Persib Bandung “Jabat Erat Tangan Kami, PERSIB Ataoe Mati!”. Penggunaan slogan atau motto yang dalam akal sehat hampir tidak mungkin untuk diwujudkan tersebut malah dapat merusak kelompok. Individu-individu yang realistis di dalam kelompok akan mengkaji kesesuaiannya dengan realita. Ini akan memunculkan demotivasi dan kehampaan nilai-nilai sehingga pencapaian tujuan kelompok tidak akan maksimal.

Dengan memahami fenomena-fenomena yang ada dalam kelompok, dapat membantu kita dalam mengelola kelompok yang efektif. Sosial loafing dapat diantisipasi dengan menetapkan jumlah orang yang tepat pada sebuah pekerjaan dalam kelompok. Paradigma umum bahwa lebih banyak akan lebih kuat tidak bisa digunakan pada setiap jenis pekerjaan.

Schmoozing difasilatasi dengan layak. Memberikan kesempatan kepada anggota untuk melakukan schmoozing dan memasukkannya ke dalam sistem aturan kelompok dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan anggota melepas kejenuhan dengan bercengkrama dengan sesamanya. Selain itu, kesempatan ber-schmoozing dengan pola dan porsi yang tepat juga dapat mempertahankan bahkan meningkatkan performa kelompok.

Reality shock ditangkal dengan melaksanakan sosialisasi kepada anggota dengan benar. Informasi yang diberikan apa adanya, valid dan realistis. Karena dengan berkelompok, individu-individu akan bersatu membentuk entitas baru untuk mencapai tujuan bersama.

Blocking man dikelola dengan aturan yang tepat dan indikator kinerja yang jelas. Selain itu, manajemen juga dituntut untuk tangguh dan berkomitmen dalam menegakkannya. Anggota yang melanggar diberikan sanksi yang tepat. Dengan demikian peran sebagai dominator, pemblokir dan agresor dalam kelompok tidak akan berkembang.

Exaggerated Motto dapat dihindari dengan menerapkan slogan, motto, dan tujuan kelompok yang objektif dan masuk akal. Anggota kelompok memang mesti disemangati, tetapi tidak perlu dilakukan secara berlebihan.

*Artikel ini merupakan bagian ketiga dari beberapa bagian lainnya tentang Sukses Mengelola Kelompok.

Tags: #Riza Andesca Putra
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Ucapan Selamat Lebaran

Berita Sesudah

Film Buya Hamka antara Dedikasi dan Ruang Hampa

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Minggu, 15/6/25 | 10:52 WIB

Oleh: Mita Handayani (Mahasiswa Magister Linguistik FIB Universitas Andalas)   Cassirer (dalam Lenk, 2020) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum,...

Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

Minggu, 15/6/25 | 09:39 WIB

Oleh: Arina Isti’anah (Dosen Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma) Baru-baru ini kita disadarkan oleh fenomena kerusakan alam Raja Ampat yang...

Berita Sesudah
Wednesday: antara Science Fiction dan Magical Realism

Film Buya Hamka antara Dedikasi dan Ruang Hampa

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua DPD Partai Golkar Sumbar terpilih, Khairunnas saat menerima dokumen persidangan. [foto : ist]

    Khairunnas Kembali Pimpin Golkar Sumbar, Terpilih Secara Aklamasi dalam Musda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jembatan Akses Utama Kampung Surau Rusak Parah, Warga: Jangan Sampai Ada Korban Jiwa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Depan “dari” dan “daripada” yang Tidak Tepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Ungkap Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi Masyarakat dan Polri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peringatan HUT ke-79 Bhayangkara, Ketua DPRD Dharmasraya: Polri Harus jadi Pelayan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024