Kita semua tentu saja sudah sering melihat atau menggunakan tanda baca yang seperti garis minus atau lambang pengurangan (dalam matematika). Akan tetapi, tanda semacam ini ada yang pendek (-) dan juga ada yang lebih panjang (—). Jika tanda ini terlihat berbeda, tentu saja fungsinya juga berbeda. Namun kenyataannya, kita sering keliru menggunakannya. Dalam klinik bahasa edisi kali ini, kita akan mencoba memahami kembali perbedaan dua tanda tersebut agar bisa menggunakannya secara tepat. Kaidah penggunaan dua tanda ini ada di dalam panduan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Tanda pertama adalah garis yang lebih pendek (-). Tanda ini disebut sebagai tanda hubung. Berdasarkan namanya, tanda ini digunakan untuk menghubungkan. Apa saja yang bisa dihubungkan oleh tanda ini?
Pertama, tanda hubung digunakan untuk menghubungkan suku kata yang terpisah dari satuannya. Kasus ini sering kita temukan di dalam teks kalimat atau paragraf. Suku kata yang terpisah ini selalu berada di bagian ujung baris tulisan dengan posisi satu suku kata berada di ujung akhir baris atas, sedangkan satu suku kata lagi berada di awal baris di bawahnya. Contohnya bisa dibaca di bawah berikut:
(1) Hanbok adalah nama pakaian tradisional Korea Selatan. Sebagian besarnya berwarna ce-
rah seperti merah, putih, kuning, dan hijau.
(2) Rendang merupakan salah satu makanan Indonesia yang sangat terkenal di dunia. Awal-
nya, bahan utama rendang adalah daging sapi. Akan tetapi, saat ini sudah ada rendang te-
lur, ayam, dan ikan.
Perhatikanlah kata cerah (contoh pertama) dan awalnya serta telur (contoh kedua). Tiga kata tersebut berada pada baris yang berbeda sehingga suku katanya terpenggal. Pada situasi ini, kita membutuhkan tanda hubung (-) untuk menandakan bahwa suku kata yang terpenggal di atas, terhubung dengan suku kata berikutnya sebagai satu kata.
Kedua, tanda hubung digunakan untuk setiap penggunaan kata ulang, seperti anak-anak (bukan anak anak), kuda-kudaan (bukan kuda kudaan), kupu-kupu (bukan kupu kupu), dan kemerah-merahan (bukan kemerah merahan). Tanda hubung pada kata ulang memberi pengertian bahwa kata ulang tersebut terdiri atas dua kata yang diulang dan tidak bisa digabung langsung.
Ketiga, kata hubung digunakan untuk penulisan tanggal dengan angka seperti 17-08-1945 (17 Agustus 1945). Keempat, tanda hubung digunakan untuk memenggal setiap suku kata di dalam sebuah kata, seperti bo-ne-ka, me-re-ka, u-ni-ver-si-tas, dan i-bu. Tanda hubung dalam kasus ini memberi pemahaman kepada pembaca untuk memenggal kata sesuai dengan kaidahnya. Hal ini juga bisa membantu kita untuk bisa melafalkan kata tersebut dengan benar. Contoh untuk situasi ini sering terjadi pada kata yang berimbuhan dan kata yang memiliki diftong, deret vokal, dan deret konsonan. Kita bisa membacanya pada contoh-contoh berikut:
(1) Kata berolahraga jika dipenggal menjadi ber-o-lah-ra-ga, bukan be-ro-lah-ra-ga. Hal ini disebabkan ber- merupakan imbuhan yang dilekatkan dengan kata olahraga. Oleh sebab itu, ber- tetap berdiri sendiri ketika dipenggal.
(2) Kata terstruktur jika dipenggal menjadi ter-struk-tur.
Kelima, kata hubung digunakan untuk menghubungkan huruf kapital dengan imbuhan sebelumnya atau huruf miring dengan imbuhan. Selain itu, kata hubung juga digunakan untuk menghubungkan penggunaan huruf dan angka dalam satu kesatuan. Hal ini bisa kita lihat dalam contoh-contoh berikut:
(1) se-Indonesia (bukan seIndonesiaatau seindonesia). Awalan se- yang ditulis dengan huruf kecil tidak bisa langsung digabung dengan kata Indonesia yang diawali oleh huruf kapital. Oleh sebab itu, kata ini membutuhkan tanda hubung (-) agar bisa menghubungkan keduanya.
(2) KTP-nya (bukan KTPnya). KTP merupakan singkatan dari Kartu Tanda Penduduk dan kata –nyabukan bagian dari singkatan tersebut. Oleh sebab itu, kita memerlukan tanda hubung untuk menghubungkan keduanya.
(3) men-download (bukan mendownload atau men download). Kata download merupakan bahasa asing yang harus ditulis dengan huruf miring. Kata ini tidak bisa langsung digabung dengan imbuhan yang tidak ditulis dengan huruf miring karena jenis hurufnya berbeda. Oleh sebab itu, kita membutuhkan tanda hubung.
(4) 2000-an (bukan 2.000 an atau 2.000an). Akhiran -an pada kata ini memiliki makna ‘sekitar 2.000’. Akan tetapi, 2.000 ditulis dalam bentuk angka dan -an ditulis dalam bentuk huruf. Dua unsur ini tidak bisa langsung digabung begitu saja sehingga kita membutuhkan tanda hubung untuk menghubungkan keduanya. Oleh sebab itu, untuk penulisan tingkat pendidikan di perguruan tinggi, kita memerlukan tanda hubung seperi D-3, S-1, S-2, dan S-3.
Demikianlah kaidah penggunaan tanda hubung. Selanjutnya, kita akan masuk dalam pembahasan kata pisah (—) yang bentuknya lebih panjang daripada tanda hubung. Berikut ini adalah fungsi dari tanpa pisah. Beberapa fungsi tanpa pisah hampir mirip dengan tanda kurung (…) dan tanda koma (,). Pertama, tanda hubung digunakan jika kita ingin memberi penjelasan tambahan yang sebenarnya tidak berkaitan dengan informasi utama dari kalimat tersebut. Kita bisa melihat contoh penggunaannya di bawah ini.
(1) Aku kembali ke Bandung—kota yang memberiku banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga— bersama orang-orang yang selalu mendukungku hari ini.
(2) Ketika melihat mawar—bunga yang selalu mengingatkanku kepada ibu—itu, aku selalu tertegun dan tidak tahu harus melakukan apa pun dalam beberapa saat.
(3) Maya datang membawakanku roti cokelat—camilan yang paling kusuka.
Kalimat yang diapit oleh kata pisah pada contoh pertama dan kedua merupakan informasi tambahan yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan kalimat utama yang ingin disampaikan oleh penulis. Kalimat tersebut diletakkan di antara tanda pisah karena informasi kalimatnya terpisah dengan kalimat utama. Perbedaannya dengan tanda kurung, tanda pisah ini tidak harus digunakan dua kali (sepaket seperti tanda kurung) jika informasi tersebut berada di akhir kalimat seperti contoh ketiga.
Kedua, tanda pisah bisa digunakan jika kita ingin memberi keterangan tambahan tentang sesuatu. Kita bisa melihat contoh penggunaannya di bawah ini.
(1) Gerakan 3 M—memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak—selalu digaungkan oleh pemerintah sejak awal pandemi Covid-19.
(2) Kota Padang—ibu kota Sumatera Barat—merupakan salah satu kota yang terletak di pinggir laut.
(3) Pada pukul 12.00, Army—nama penggemar untuk BTS—sudah mulai berdatangan ke tempat konser.
Ketiga, tanda pisah digunakan untuk pengganti informasi sampai dengan atau hingga dalam penujuk waktu atau jarak tempuh. Contoh penggunannya bisa dibaca di bawah ini:
(1) Padang—Bukitinggi
(2) Senin—Jumat
(3) tanggal 1—12 November 2022
(4) bulan Maret—Juni 2022
Masih ada informasi tambahan yang berkaitan dengan tanda pisah, yaitu cara menulisnya dalam ketikan komputer. Kita bisa menggunakan tanda hubung dua kali seperti (–) ketika kita menekan tombol spasi, dua tanda hubung tersebut akan berubah menjadi tanda pisah (—) secara otomatis. Inilah informasi yang berkaitan dengan tanda pisah. Sesuai dengan namanya, tanda pisah digunakan untuk memisahkan sesuatu dari unsur utamanya atau memisahkan makna ‘mulai/dari’ dengan ‘sampai/hingga’. Berbeda dengan itu, tanda hubung digunakan untuk unsur-unsur yang seharusnya terhubung, tetapi tidak bisa dihubungkan langsung begitu saja.
Demikiankah perbedaan tanda hubung dan tanda pisah. Semoga kita bisa menerapkan kaidah penggunaan kedua tanda tersebut secara tepat di dalam sebuah tulisan.
Discussion about this post