Oleh: Andina Meutia Hawa
(Dosen Jurusan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
“Aku adalah orang asing yang belajar di sini. Meskipun aku berbicara bahasa selancar mereka, bekerja dengan mereka, bekerja dan tertawa akan hal-hal yang juga lucu bagi mereka, aku tetap orang asing. Mereka yakin, orang asing selalu kesulitan menyesuaikan diri. Selalu berbicara dengan logat yang berwarna. Selalu dikmaklumi jika salah, atau bahkan selalu dianggap salah. Selalu mendapat nilai tambahan sebagai pemakluman karena nilai kami tidak bisa disamakan dengan nilai orang di sini.”
Aliansi Monyet Putih yang terbit pada 18 Mei 2022 merupakan sebuah kumpulan cerpen karya Ramayda Akmal. Buku yang memuat sebelas cerpen ini mengisahkan kehidupan para pendatang di Jerman. Para tokoh yang terdapat di dalam kumpulan cerpen ini kerap mengalami diskriminasi karena ras dan ekonomi sehingga menjalani kehidupan yang terasing di masyakarat.
Para tokoh yang dikisahkan dalam buku ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Cerpen Bulan Lemon menceritakan kehidupan seorang pemuda mahasiswa Indonesia yang telah hidup di Jerman selama sepuluh tahun. Setelah gagal ujian kelulusan sebanyak tiga kali, ia juga terancam akan dideportasi karena masa tinggalnya segera habis. Sang pemuda berpikir melakukan cara lain agar ia tidak harus dipulangkan ke kampung halamannya.
Tuan Muda yang Mulia mengisahkan Joachim, bapak tua Jerman berumur tujuh puluh tahun. Tubuh tuanya membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan sehingga sehari-harinya Joachim mengemis belas kasihan dari penumpang kereta yang juga ditumpanginya di kota di daerah Hamburg. Ada semacam anekdot yang terkenal di kota tersebut, yaitu tentang musim panas yang hanya muncul tiap tanggal tiga puluh satu Juli, dari pukul dua sampai empat sore. Musim panas merupakan hal yang dinanti-nanti oleh Joachim dan penduduk lain yang tinggal di kota itu.
Cerpen Aliansi Monyet Putih menceritakan tentang Sumarmoto Hidayat yang berasal dari Kalimantan. Di Jerman ia tinggal bersama partnernya, Volker, seorang profesor Sejarah yang sebentar lagi akan memasuki masa purnawaktu. Sepuluh tahun hidup di Jerman membuatnya mantap berganti kewarnganegaraan dan merubah namanya menjadi Marquis. Ia memiliki karier yang cemerlang sebagai fashion consultant di Italia. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan kolega Volker, Marquis selalu tahu caranya menempatkan diri.
Bayi Cokelat mengisahkan kaum buruh di Bildstedt yang terletak di pinggiran kota Hamburg. Kehidupan sebagai kaum buruh tidak mudah. Tidak hanya dituntut oleh beban kerja, tetapi juga mereka juga mengalami pelecehan verbal. Kaum buruh tidak punya banyak pilihan. Mereka harus bertahan selama delapan bulan kedepan agar dapat melewati libur pada musim karena pabrik tutup pada saat itu.
Tubuh, ras, kelas, dan kapitalisme
Kumpulan cerpen Aliansi Monyet Putih memuat berbagai empat isu utama dalam masyarakat, di antaranya tubuh, ras, kelas, dan kapitalisme. Pada cerpen Bulan Lemon, isu yang dialami tokoh pemuda mahasiswa mewujud dalam isu ras dan kelas. Sepuluh tahun hidup di negeri orang bukan waktu yang sebentar. Sepuluh tahun lebih dari cukup untuk mempelajari bahasa dan mempraktekkan budaya setempat. Namun, di dalam masyarakat terdapat semacam relasi kuasi kuasa bernama ras, yang pada meletakkan tokoh pemuda mahasiswa berada di kelas orang-orang yang dipinggirkan
Dalam cerpen “Tuan Yang Mulia” isu tubuh ditampilkan. Keterpinggiran tokoh Joachim tidak hanya disebabkan oleh tidak adanya pekerjaan, tetapi juga karena tidak ada lapangan pekerjaan untuk tubuhnya yang renta. Cerpen ini merepresentasikan cerminan masyarakat kapitalisme yang menentukan kelas-kelas sosial masyarakat berdasarkan kepemilikan pekerjaan dan kemampuan ekonomi. Musim dingin merupakan penanda dari karakter masyarakat kapitalisme yang kaku. Musim panas yang hanya terjadi selama sekali setahun melambangkan harapan Joachim untuk dapat dipandang sebagai manusia, dan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat merupakan sebuah kritik kemanusiaan.
Aliansi Monyet Putih merepresentasikan praktik kolonialisme modern. Isu “self” dan “the other”, “modern” dan “tradisional”, “Jerman” dan “Indonesia” ditunjukkan melalui narasi tentang kolega-kolega bule Volker yang menyebutkan hutan di daerah-daerah Indonesia sebagai “perawan”. Segala hal yang dilakukan Marquis untuk menyesuaikan diri dengan budaya Volker seolah dikecilkan. Alih-alih meyakini identitas sebagai sebuah konsep yang monolitik dan tunggal, bagi Marquis identitas adalah sebuah praktik penentuan posisi (positioning). Dalam situs Urban Dictionary, istilah White Monkey atau Monyet Putih memiliki makna sebagai sekumpulan orang-orang berkulit putih yang berimigrasi ke Tiongkok dan dipekerjaan sebagai model busana, guru, atau pekerjaan lain berdasarkan warna kulit mereka. Dengan kata lain, bagi Marquis, tingkah orang-orang kulit putih tersebut tak ubahnya seperti monyet putih yang sedang membentuk sebuah aliansi.
Dalam masyarakat kapitalis, terdapat kelas-kelas terdiri atas pemilik modal dan kelas pekerja yang bergantungan satu sama lain. Seringnya, hubungan saling ketergantungan itu lebih menguntungkan kelas pemilik modal, dan kelas pekerja menjadi kaum yang terpinggirkan. Tidak ada reward dan sebutan karyawan terbaik dalam sistem kerja buruh. Pekerjaan dilakukan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dengan upah yang rendah. Tenaga kelas pekerja terus dieksploitasi, sehingga tubuh kelas pekerja tak ubahnya seperti mesin yang terus bekerja, seperti tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Bayi Cokelat.
Cerpen-cerpen yang terdapat dalam Aliansi Monyet Putih perlu dibaca dengan saksama agar dapat memahami apa yang ingin disampaikan sang pengarang, Ramayda Akmal. Buku ini tidak tebal namun mampu memuat berbagai kisah hidup orang-orang terpinggirkan dengan latar belakang yang berbeda. Gaya bahasa yang lugas mengupas satu per satu permasalahan yang dihadapi kaum-kaum yang terpinggirkan. Aliansi Monyet Putih tidak terlalu mengangkat isu gender. Namun, cerpen ini sangat bisa diteliti dari perspektif pandangan dunia pengarang, Ramayda Akmal, seorang penulis perempuan yang baru saja memperoleh gelar doktornya dari Universitas Hamburg. Hidup orang-orang yang terpinggirkan!
Discussion about this post